Prasangka Buruk

6 2 0
                                    

Hallo, apakah kalian libur? Enak, gak?
Jangan lupa untuk vote dan komen, ya! Kalau ada yang salah, tolong diingatkan.

-Selamat Membaca-
Salam ceria dari Matcha
(◍•ᴗ•◍)❤







Deka tidak habis pikir dengan orang yang kemarin tiba-tiba saja masuk dan mengatakan untuk menyerahkan hak kepemilikan charger itu. Padahal, Deka sendiri yang membuatnya. Hasil ia bergadang selama beberapa hari.

Dan sekarang, di ruang kerjanya di rumah. Deka masih tinggal bersama teman-temannya. Di rumah Gallen. Meski begitu, mereka yang membiayai kebutuhan rumah bersama. Rumah berlantai dua yang luasnya sekitar 126m², berada di perkotaan yang masih asri.

Deka menatap lembaran-lembaran yang ada di depannya. Beberapa informasi mengenai robot yang telah ia rangkum bersama Gallen beberapa waktu yang lalu. Namun, untuk sekarang Deka berusaha menyingkirkan pikiran mengenai robot itu. Yang ia pikirkan sekarang adalah, bagaimana caranya untuk terus memproduksi Aldeir Charge tanpa harus dituding plagiarisme.

"Hey!" Ada sebuah tangan yang menepuk pundak Deka, saat ditoleh, rupanya Gallen sedang membawakan sebuah teh hangat dalam cangkir mini.

"Oh? Buat aku?" tanya Deka.

Gallen mengangguk sembari tersenyum. "Iya. Kamu pasti capek mikirin permasalahan itu, kan? Gapapa, istirahat dulu. Nanti kita berlima akan bantu."

Deka meraih cangkirnya, lalu menyeruput teh hangat buatan Gallen. Enak, tidak terlalu kemanisan. Deka kurang menyukai teh yang manis, lebih menyukai teh yang hangat dan terasa sedikit pahit.

Atensi Gallen tidak sengaja melirik ponsel Deka yang ada di mejanya. Ada sebuah notifikasi muncul dari seseorang yang nomornya tidak disimpan. "Itu siapa, Ka?" tanyanya.

Deka meletakkan cangkir, lalu mengambil ponselnya. Di sana, di layar ponsel terlihat ada sebuah chat masuk puluhan dari orang yang tidak ia ketahui. Berupa ancaman bila Deka tidak ingin menyerahkan hak kepemilikannya.

Sontak, Deka memblokir nomor tersebut, tidak peduli dengan ancaman-ancaman yang dibuat. Ia yakin bahwa ia akan selamat.

"Dia yang kemarin nyusup ke perusahaan itu bukan?" Gallen bertanya lagi. Menyeret satu kursi di sebelah Deka, lalu duduk.

"Kurang tahu. Sekarang ada 7 perusahaan yang ingin mengklaim itu. Belum juga ada keputusan pasti dari pihak yang berwenang. Aku sudah mendaftarkan itu sejak awal pembuatan." Deka menyenderkan punggungnya ke kursi. Menutupi mulutnya yang menguap karena bergadang.

"Kamu bergadang lagi? Gak baik, Ka. Sejak kamu ditinggal Asha, aku jadi sering bergadang. Kalau alasannya kamu mau menyelesaikan ini, kamu bisa meminta tolong padaku. Minta tolong sama Kalil, Fathir, Devi, atau Clara. Kita semua bakal bantu. Kita juga udah berusaha buat handle produksi lagi. Semua produksi perusahaan kita hentikan sementara sampai semua urusan selesai. Kebutuhan uang, bisa kita dapat di saham lain," tutur Gallen panjang lebar.

Deka hanya mengangguk tanpa menjawab. Dirinya terlanjur pusing dengan semua urusan. Kepergian Arisha membuatnya sempat larut dalam kesedihan. Sesekali ia tidak fokus bekerja karena teringat mendiang kekasihnya.

Ya, Arisha telah tiada. Gadis yang sempat menjadi kekasih Deka itu mengalami kecelakaan yang fatal. Dalam ceritanya di beberapa saat sebelum menghembuskan napas terakhir, Arisha berkata bahwa ada sebuah truk besar yang tiba-tiba saja muncul dan menabraknya dari depan. Jelas itu salah.

Jalan itu memang sepi, ada dua jalur berbeda dalam satu jalan. Memang tidak ada pembatas, dan sering terjadi kecelakaan jika ada yang tiba-tiba saja menyalip kendaraan di depannya, lalu oleng dan menghantam mobil lain di jalur yang berbeda.

Termasuk yang dialami Arisha. Malam hari ia pulang bersama temannya sepulang dari cafe. Mereka mengadakan pertemuan terakhir sebelum salah satu teman Arisha pulang ke Amsterdam. Nahasnya, semua yang ada di dalam mobil Arisha mengalami luka yang cukup parah. Terlebih Arisha yang mengendarai mobilnya.

Arisha berusaha untuk menghindari dan banting setir ke arah kiri, namun, truk itu terus saja berjalan ke arah mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga kecelakaan tidak dapat lagi terelakkan. Mobil Arisha penyok, truk yang menabraknya menindik bagian depan mobil. Bahkan, tubuh Arisha ikut tertindih.

Banyak yang terluka, bahkan yang ada di jok belakang pun sama. Mereka berlima, tewas 2 yang berada di depan, dan yang 3 di belakang mengalami luka cukup parah.

Arisha yang malang. Badannya yang tertindih mengalami patah tulang. Bentrokan keras menjadi momen yang tak terlupakan.

Deka yang mendengar cerita dari Arisha membuatnya merasa tidak bisa menjaga kekasihnya. Ia sempat dimarahi oleh ayah Arisha lantaran putrinya tersayang yang tidak dapat diselamatkan.

Saat itu Deka memang tahu bahwa Arisha ingin berkumpul bersama teman-temannya. Namun, saat itu masih sore. Dan tanpa sepengetahuan Deka juga jika mereka akan pulang malam.

Deka yang memberi izin itu juga sedang dilanda kesibukan. Saat itu ia tidak berada di negaranya, tapi berada di China. Menemui beberapa ahli teknologi di sana.

Mengingat kejadian itu, selalu membuat pikirannya kabur. Seharusnya fokus memikirkan hidup dan pekerjaan, ia malah membayangkan wajah terakhir Arisha.

Gallen yang melihat Deka meneteskan air mata segera mengusapnya, berusaha menenangkan Deka agar melupakan Arisha secara perlahan. "Hey, don't cry, please. You are strong, kamu hebat. Jangan pikirkan lagi. Kamu fokus ke masa depan kamu sekarang. Boleh sesekali mengingat, tapi jangan diingat kejadian yang telah berlalu cukup tragis."

"Len, aku mau ke makam Nana sekarang. Ada perasaan aneh dan feeling buruk di sana. Entah dari mana aku bisa merasakannya," ucap Deka dengan nada yang rendah.

Gallen mengangguk. Tidak dapat dipungkiri bahwa ia juga merindukan Arisha. Gadis yang ceria, suka tertawa, dan menggemaskan.

⋇⋆✦⋆⋇

Sampailah di pemakaman, Deka mengedarkan pandangannya. Melihat beberapa makam yang tertata rapi di sana. Harum bunga semerbak wangi masuk ke dalam hidungnya. Benar-benar harum.

Deka mencari makam Arisha. Namun, apa yang ia lihat membuatnya terkejut. Sama halnya dengan Gallen yang ikut bersamanya. Mereka berdua mencari jalan pentunjuk.

Makam Arisha yang hancur. Batu Nisan yang tidak lagi berbentuk, tanah yang diporak-porandakan, dan bunga-bunga yang menyebar. Robekan kain putih yang kotor mencuri perhatian mereka.

Kain itu menuju sebuah pojok pemakaman. Tepat di sana, ada sebuah cangkul yang bertengger di pagar.

"Sialan. Kurang ajar!" umpat Deka dalam hatinya.

Siapapun yang menghancurkan makam ini, maka, Deka bersumpah bahwa ia akan dihancurkan sehancur-hancurnya. Kemarahannya tidak sebanding dengan hancurnya makam Arisha.

Akan tetapi, sebuah suara terdengar dari arah pojok makam. Suara serak seorang pria tua menyeringai di sana. Membawa sebuah cangkul dan sabit di tangannya.

Melihatnya saja mampu membuat mereka bergidik. Gallen mengusap bulu kuduk lengannya yang menegang.

"Ka, kalau kita dilukai gimana?"

Pria itu perlahan mendekati mereka. Semakin dekat, mereka semakin mundur. Sayangnya, Deka terjatuh karena terpeleset tanah makam yang licin.

Rahang Deka mengeras, menduga bahwa pria tua itu yang membongkar makamnya.

"Jangan takut, Nak. Saya yang menjaga makam ini. Saya yang membongkar makamnya karena di makam ini ada seekor ular piton yang bersarang. Entah dari mana asalnya," ujar pria itu.

Beliau tidak menyeringai, tapi memang wajahnya saja yang terlihat mengerikan dari jauh.

Deka dan Gallen akhirnya merasa lega. Sumpahan Deka ditarik kembali. Gallen melirik Deka yang nampak khawatir.

"Jangan asal ngumpat makanya," katanya, menasihati Deka.

"Iya, iya."

















Terima kasih telah membaca ceritanya, semoga kalian suka, ya. ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡

✍︎Ve Haley

Power Actuator (Deka) | Segera Terbit ✔️Where stories live. Discover now