Aldeir Charge

8 3 0
                                    

Yuhuu, aku up lagi, nih!! Ayo, ayo, jangan lupa vote dan komennya, ya.

Kalau ada kesalahan, bisa diingatkan. Oke?

-Selamat Membaca-
Salam ceria dari Matcha
(◍•ᴗ•◍)❤









Tahun 2030

Bukankah waktu cukup cepat berlalu? Beberapa tahun yang lalu, yang Deka rasakan ia masih menjadi seorang pelajar yang dimabuk asmara. Seorang pelajar yang gemar belajar dan membaca. Begitupun dengan teman-temannya.

Tapi, sekarang. Ia telah lepas dari masa remajanya. Usianya sekarang 29 tahun. Namun, sama sekali belum ada niatan untuk menikah. Hatinya masih kaku.

"Deka, mohon untuk tetap fokus. Kuperhatikan sejak tadi kau melamun. Ada masalah?" tanya seorang rekan Deka yang membuyarkan lamunannya.

Kini, Deka berada di sebuah ruang yang ia ciptakan sendiri. Ruangan itu dipenuhi miniatur robot ataupun kecanggihan mesin zaman sekarang. Ditambah dengan beberapa alat yang membantunya bekerja. Ya, seperti meneliti elemen-elemen robot.

Deka menggeleng sembari mengusap dahinya. "Aku tidak fokus, maafkan aku."

Rekannya yang tadi bertanya, sebut saja namanya Jovan. "Wajahmu pucat, matamu sembab, dan ada kantung matamu menghitam. Apa kau bergadang semalam?"

Tebakan dari Jovan membuatnya diam sesaat. Menghentikan aktivitasnya yang berkutat di depan komputer pribadi miliknya. "Ah, kau benar. Semalam aku bergadang, ada beberapa hal yang harus aku ketahui lebih lanjut. Apa sangat terlihat?"

"Tentu saja." Jovan beralih mengambil berkas yang ia simpan di laci, kemudian memberikannya pada Deka. "Kau akan kelelahan setelah ini. Berulang kali aku sudah menegurmu untuk tidak bergadang, tapi selalu saja kau lakukan. Sama sekali tidak ada istirahatnya. Sama saja seperti orang yang gila kerja!"

Jovan kembali ke tempat duduknya. Sementara Deka yang melihat berkas di tangannya, pemberian dari Jovan yang berisi beberapa jenis robot yang sedang dikembangkan.

"Ah, ya. Minggu depan ada pameran robot di pusat kota. Apa kau ingin ikut? Kudengar, ada robot yang ingin kau teliti itu. Kurasa juga mungkin akan membantumu," ujar Jovan.

"Aku rasa, aku hanya perlu waktu sendiri untuk meneliti lebih jauh. Itu hanya sekadar pameran biasa yang diselenggarakan setiap tahun. Tidak ada yang perlu aku lihat secara detail di sana," sahut Deka tanpa menoleh ke arah Jovan.

"Oh? Ke mana kekasihmu? Kau bilang, ia sering bersamamu. Walaupun sama sekali bertolak belakang dengan opinimu itu," celetuk Jovan yang teringat kekasih Deka, sempat diceritakan oleh Deka. Bahkan, dulu sering sekali melihatnya.

"Sedang beristirahat. Biarkan saja, aku tak ingin melihatnya kelelahan. Gadisku sedang berbaring dengan tenang, di tempat tinggalnya yang baru ..."

"Sampai tibalah saat, aku akan berbaring di sampingnya, melepas penat," sambung Deka dalam batinnya.

"Hey, apa kau tidak berkaca? Kau membiarkan ia beristirahat agar tidak lelah. Tapi, kau sendiri masih saja gila kerja. Uang akan tetap ada, Deka. Asal kau tahu, sehari saja kau tidak bekerja, uangmu tetap mengalir. Lihatlah! Beberapa adaptor yang kau rancang sebulan yang lalu, sekarang laris terjual. Bahkan, ada yang memesannya dengan jumlah yang besar," tuturan dari Jovan mampu membuat Deka menoleh ke arahnya.

"Oh, ya? Aku hanya iseng dahulu, bagaimana bisa menjadi selaku ini," balasnya. Deka melihat komputernya, mencari informasi mengenai perangkat yang ia ciptakan.

Dalam hitungan detik saja, web itu telah menampilkan beberapa artikel mengenai charger adaptornya yang ia beri nama Aldeir Charge. Sebuah pengisi daya cepat yang ia ciptakan.

Power Actuator (Deka) | Segera Terbit ✔️Where stories live. Discover now