-Awal dari Opini-

475 125 5
                                    

Hallo, sebelumnya terima kasih karena mau mampir dan membaca cerita saya. Saya harap, kalian juga mau untuk memberikan vote dan komentar.

Apabila ada kesalahan di penulisan saya, saya meminta maaf atas kesalahan tersebut. Jika masih ada kesalahan, kalian bisa mengoreksinya langsung di kolom komentar, ya. Nanti akan saya perbaiki.

Terima kasih atas perhatiannya.
-Selamat membaca-

Salam ceria dari Matcha
(◠‿・)






Tuk tuk tuk

Derap langkah kaki terdengar semakin keras dari ujung koridor berlantai marmer menuju sebuah ruangan khusus. Wanita bergaya kasual dengan kemeja putih serta kacamata hitam yang masih melekat pada paras rupawannya.

"Permisi, bisa saya masuk?" Izinnya pada beberapa orang yang sudah berada di dalam ruangan.

"Ya, silakan." Seorang pemuda mempersilakannya.

Tidak menunggu basa-basi, wanita tersebut masuk sembari melepas kacamatanya. Pintu ruangan bergeser, menimbulkan suara gesekan pelan. Wanita tersebut menatap sekilas isi ruangan yang sederhana, tapi terlihat elegan. Berbagai alat canggih tersedia, serta banyaknya miniatur robot terpajang dalam sebuah meja kaca.

"Kamu terlambat. Dari mana, Lyora?" Jarrel, pemuda yang semula menatap fokus pada sebuah komputer, kini melihat ke arah Lyora yang masih berdiri tepat di samping meja pertemuan.

"Maaf, perjalanan saya kemari terhambat karena ada kecelakaan di jalan," tuturnya sembari membungkuk.

"Baik, duduklah." Jovan tidak ingin memperpanjang masalah hanya karena keterlambatan salah satu rekannya, ia mempersilakan Lyora untuk duduk di sebuah kursi yang telah disediakan.

"Aish, jangan berbicara formal. Aku benci situasi ini," decak seorang pemuda bernama Kalil.

"Oke." Jarrel menyetujui.

"Deka belum ke sini?" Lyora bertanya. Ia menarik kursinya, lalu duduk di sana. Meletakkan berkas-berkas dan laptopnya di atas meja.

"Dia tadi sudah datang, tapi entah pergi ke mana anak itu. Katanya mau ambil dokumen di lantai bawah, tapi sudah hampir setengah jam lamanya." Gallen melihat ke arah jam dinding berbentuk kepala kelinci yang sengaja ia pasang di sana.

"Ck, ku pikir dia juga terlambat." Lyora mengeluarkan laptopnya dari tas.

"Dia tidak sepertimu," sahut Jarrel memberikan lirikan malas pada Lyora, kemudian kembali fokus pada komputer di depannya.

"Oh, ayolah! Jangan seperti ini, jangan sangkut pautkan urusan kalian dalam ruangan ini." Lagi-lagi, Kalil mengeluh.

Mendengar penuturan Kalil, Jarrel mengangkat alisnya sebelah. "Tidak ada yang membahas urusan pribadi di sini, mengapa kamu bertanya seperti itu?"

Jarrel merasa aneh pada salah satu rekannya ini, padahal ia sama sekali tidak membahas urusan mengenai dirinya dengan kekasihnya, Lyora. Ralat, mungkin mantan kekasih.

"Itu, apaan? pandanganmuuu, tatapanmu~~."

Plak

Power Actuator (Deka) | Segera Terbit ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang