Penyerangan MI Zero

9 2 0
                                    

-Selamat Membaca-
Salam ceria dari Matcha
(◍•ᴗ•◍)❤






Ancaman kemarin tidak berhenti sampai di sana. Sekarang, bermunculan beberapa suara keras yang terdengar dari luar gedung perusahaan MI Zero. Suara sirene menggema, semakin keras bunyinya, semakin mendekat pula suara yang berasal dari luar.

Deka sedang tidak di sana. Masih di China memenuhi panggilan kerja sama. Digantikan oleh Gallen yang memegang kendali perusahaan. Saat mengetahui ada ancaman lain yang datang, dirinya panik. Tidak ada yang membantunya di sini. Hanya ada Kalil. Sayangnya, Kalil pergi bersama Devi dan Clara ke luar kota untuk mengurus hak kepemilikan Aldeir Charge.

Perusahaan yang sempat mengklaim itu memanggil tangan kanan Deka untuk mendiskusikan hak kepemilikan. Sebenarnya, mereka tidak hanya bertiga. Ada orang lain yang turut mengurusnya, seperti Jarrel, Sagara, Jovan, dan Lyora. Semua dikerahkan Deka untuk membantunya.

Sementara Deka berangkat ke China bersama Fathir. Baru saja mereka berangkat sekitar beberapa jam yang lalu. Ke luar gerbang bersama orang-orang yang mengurus Aldeir Charge di luar kota.

"Tuan, gudang konektor terbakar!" teriakan dari pengurus gudang memancing kepanikan Gallen, lantaran ia belum pernah melihat adanya kerusakan, hingga kebakaran.

Pernah sekali saat itu bagian gudang berisi ratusan komponen penting tersimpan, harus rusak karena korsleting listrik. Mematikan beberapa baterai yang sedang diuji coba. Akibatnya, baterai rusak dan terbakar. Untung saja baterai lain dapat terselamatkan.

Korsleting terjadi karena adanya badai angin yang kencang. Badai itu datang tanpa kabar. Tidak ada peringatan dari BMKG. Badai datang menerjang apapun yang dilewatinya, disusul angin puting beliung yang merusak sekitarnya.

Gedung MI Zero tidak kalah luputnya dari terjangan badai. Kacanya pecah karena benda-benda kuat yang terbang merusaknya. Keadaannya cukup parah, hingga gedung mengalami renovasi.

Gallen naik pitam. Meremat kuat tangannya di atas meja. Kemudian, beranjak dan berlari menuju gudang. Pria yang telah menjadi kepercayaan Deka itu was-was dengan bahaya yang mengintainya.

Belum sampai langkah kakinya tiba di gudang, ia dikejutkan dengan sebuah robot yang muncul. Robot berukuran manusia dengan tinggi 175 cm itu mengejutkan Gallen di jendela kantor. Lantas, Gallen membelalakkan matanya saat melihat robot itu menancapkan sebuah pistol di jendela, tepat di depan matanya.

Gallen berusaha menghindar, sayangnya, robot itu seakan mengikutinya. Namun, bukan robot yang mengikutinya, robot berjumlah sekitar 205 itu berjajar mengelilingi gedung. Bersiap untuk menerkam siapa saja yang berani menyerangnya.

Gallen tidak habis pikir. Mengapa di saat genting seperti ini tidak ada temannya yang dekat. Mereka semua pergi, meninggalkan Gallen dan para pekerja. Menghubungi temannya itu adalah sebuah bahaya. Bisa saja temannya celaka.

Tidak ada tempat lain yang menjadi tujuan Gallen. Pria berjas hitam yang sepadan dengan celananya itu berlari menuju ruang keamanan. Di mana semua beda keamanan, seperti pistol, dan lainnya disimpan. Ruang itu tahan serangan, mau gempa sekalipun tidak akan runtuh. Pernah dicoba pada masanya.

Gallen memasuki ruangan dengan tergesa-gesa, mengambil pistol dan menaruhnya di balik jas kerja. Jaga-jaga bila saat ia ke luar ada robot yang menyerangnya. Tidak lupa Gallen juga mengambil tameng, guna untuk melindunginya saat diserang.

Power Actuator (Deka) | Segera Terbit ✔️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz