Singkirkan Dia

7 4 0
                                    

Hai, hai. Siapa yang kangen aku? Hihi, bercanda. Bagaimana kabar kalian? Semoga sehat selalu, ya!

Oh, ya. Aku up lagi, nih. Semoga kalian tetap suka, ya ^^

Kalau ada kesalahan, bisa diingatkan langsung melalui kolom komentar, okey?

Terima kasih atas perhatiannya
-Selamat Membaca-

Salam ceria dari Matcha
(◍•ᴗ•◍)❤






Selama bersekolah di Jatasi High School, Deka dan teman-temannya banyak belajar. Mulai dari belajar beradaptasi dan memahami lingkungan sekitarnya.

Wajar, di kota jauh berbeda dengan yang di desa. Yang biasanya disuguhi pemandangan berkabut saking dinginnya, sekarang disuguhi pemandangan berpolusi karena saking panasnya. Deka betah? Aslinya, sih, tidak. Ia mana betah sama yang panas-panas, kecuali nasi hangat selauk-lauknya.

Dan pagi ini, cuacanya cukup cerah. Deka mengerutkan keningnya saat melihat jalanan yang tampak lebih ramai dari biasanya. Meskipun setiap hari selalu ada kemacetan, ini jauh lebih macet. Kendaraan yang beroda dua atau lebih terlihat memenuhi jalan raya. Beberapa kali klason mobil dan motor saling bersahutan, tidak sabar untuk melintasi kemacetan.

Beberapa saat kemudian, Deka sadar. Hari ini hari Minggu, pantas saja jalanan terlihat ramai. Dan di saat itu juga ia mengingat sesuatu. Suatu hal yang sejak semalam ia susun rapi, tapi ia lupakan pagi ini.

"Astaghfirullah, ulang tahun Nana," ucap Deka sembari mengusap keningnya.

Bergegas ia melangkah masuk ke dalam kamarnya. Bersiap-siap dan membawa sebuah kado yang akan ia berikan pada Nana. Kadonya sederhana, tapi mahal berharganya.

"Loh, Ka. Mau ke mana? Rapi banget pagi-pagi, jalanan lagi macet tuh!" celetuk Clara saat menyadari bahwa Deka akan pergi.

Terlihat dari pakaiannya yang santai, tapi sangat rapi. Sebuah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan sebuah kado yang didekap dengan tangan kanannya.

"Oh?" Deka menoleh ke sumber suara, melihat Clara dan Kalil yang bersebelahan. "Mau ke ulang tahun Nana. Kalian mau ikut?"

Kalil memasang wajah bingung, begitu juga dengan Clara. Cowok berambut tebal dan agak ikal itu menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Emang ulang tahunnya sekarang? Bukannya bulan depan?" tanya Kalil. Sebenarnya ia juga tidak ingat, sih.

"Ha? Emang iya? Sekarang tanggal 20 November, 'kan? Masa bulan depan," ujar Deka. Ia berjalan menghampiri Kalil dan Clara yang masih diam di tempat.

Clara melihat handphonenya, lalu memberitahu pada Deka bahwa sekarang memang tanggal 20. Sesaat kemudian, Clara melotot, tangannya reflek memukul lengan Kalil.

"Lil, kita lupa! Ini beneran tanggal 20 November, kok kamu ga ngingetin aku, sih!" bentak Clara menepuk lengan Kalil berkali-kali, tentu hal itu membuat Kalil mengadu kesakitan dan meringis.

Kali ini Deka tidak melarang Clara lagi untuk menabok Kalil seperti dulu-dulu. Sekarang, biarlah menjadi urusan masing-masing karena mereka sudah beranjak dewasa. Ya, sekarang mereka sudah kelas 12.

Waktu berjalan begitu cepat, kan? Ya, tidak terasa.

"Deka, temenmu ini loh! Kok ga dilarang lagi, sih?" Kalil mendengkus, berusaha menghindari tabokan Clara.

Power Actuator (Deka) | Segera Terbit ✔️Where stories live. Discover now