029 Kedapatan Berduaan

357 76 17
                                    


Neima meninggalkan ibunya yang masih tetap berdiri dalam keterkejutan dan juga kemarahannya. Ia berjalan cepat ke dapur tempat hilangnya Fashion. Lalu perempuan berkaus putih lengan pendek itu menggedor pintu kamar mandi.


"Apa yang kau lakukan di sini?" teriak Neima.


Terdengar suara air, lalu tak berapa lama, pintu pun terbuka.


Fashion tak bisa menjelaskan apa pun melihat api menyala-nyala di mata Neima. Gegas ia keluar dari kamar kecil. Ada-ada saja kelakuannya. Saat empat mata menuding terhadapnya, dia justru kabur ke kamar kecil. Sungguh, dua gelas es teh pada malam hari benar-benar tidak mampu ditampung kandung kemihnya terlalu lama.


"Kenapa kau ada di sini malam-malam gini?" tanya Neima berusaha menekan suaranya.

Tentu saja Fashion semakin diam karena ia juga tidak memiliki jawaban. Jalan akhirnya, ia mengucapkan maaf.


"Seperti rumah sendiri, ya?" sindir Neima. "Masuk kamar orang, ya ampun!" Neima menaikkan tangannya bersiap ingin memberikan satu gamparan saja ke wajah cowok itu.


Bersamaan dengan mengucapkan maaf sekali lagi Fashion menangkap pergelangan tangan Neima. "Saya membawa Hagia. Dia tertidur di sofa setelah mandi."


"Nei," panggil Meida pelan. Pikirannya semakin tak bisa dibaik-baiki melihat anaknya dengan seorang laki-laki.


Fashion melepaskan tangan Neima. Sekarang dia sangat menyesal telah membuat Neima semakin kesal. Dan juga Fashion merasa bersalah teramat besar telah menyentuh tangan Neima.

 
"Ada yang bisa menjelaskan kepada orang tua ini?"


"Nei gak tahu apa-apa. Kau jelaskan, Fashion. Jangan coba-coba kabur!"

 
Fashion mengikuti ibunya Neima ke sofa di ruang tamu. Dia menempati bangkunya tadi, sebuah sofa single. Sementara itu, Neima memilih tinggal di dapur. Ia membuka kulkas untuk mencari minuman dingin dan menemukan satu wadah besar teh serta es batu. Neima mengambil segelas untuk diminumnya sendiri berguna memadamkan api dalam kepala. Satu gelas lagi untuk ibunya. Dia ke depan menyuguhkan Meida teh tersebut kemudian duduk di sebelah ibunya.


Meida belum memulai sesi wawancara sebelum Neima sampai. Kini, wanita tua itu menarik napas perlahan-lahan. "Nei, jangan sampai pisang berbuah dua kali."


"Ibu tega ngomong gitu? Ibu gak percaya sama anak sendiri!" Sakit sekali rasanya ia dituduh yang bukan-bukan. Apa salahnya bertanya dulu. Toh, Neima sudah mengatakan bahwa Fashion yang akan menjelaskan.


"Ibu sayang kamu dan cucu Ibu. Ibu khawatir, Nei. Kaget melihat kamu dan dia," tunjuk Meida kepada Fashion hanya dengan tolehan kepala.


Fashion menyimak saja. Ia belum diajak bicara masalahnya.


"Tapi Ibu malah menuduh aku."

 
"Ibu minta maaf kalau begitu. Ibu tidak melarang kamu dekat dengan laki-laki lagi, yang Ibu pesankan hanya jangan terulang kembali."


"Kenapa Ibu malah bahas itu terus? Ibu gak bisa maafin aku? Memang gak mudah melupakannya, makanya Nei gak akan jatuh lagi, Ibu. Kenapa Ibu gak percaya sama aku?"


"Ibu yang salah. Maaf, Nei," pinta Meida bersungguh-sungguh dan menggenggam tangan Neima. 

Putrinya mengalihkan muka ke samping karena pertahanan matanya jebol.


"Ibu hanya minta satu hal saja, kamu dan Hagia bahagia. Ibu percaya Neima."


Neima melepaskan tangan Meida. "Nei mau ke belakang. Kebelet," katanya tanpa berpikir mengucapkan alasan yang lebih elegan.

NEIMA Berdua Paling BaikWhere stories live. Discover now