20: Angga Bokek

1.9K 147 7
                                    

Halo jumpa lagi!

Selamat menikmati liburan semester, dan selamat membaca kembali cerita Naughty!

Happy Reading...
Angga mengenakan celana training panjang berwarna hitam dipadukan dengan kaos longgar polos abu-abu. Lelaki itu segera menyisir rambutnya yang berantakan sehabis mandi setelah hujan-hujanan tadi.

Kakinya melangkah lebar menuju kamar miliknya.

Benda pipih yang tengah terhubung kabel data tersebut lantas ia cabut untuk kembali dimainkan. Sambil rebahan Angga membuka pesan dari nomor yang habis ia simpan beberapa jam lalu.

"Lucu." Lagi-lagi senyuman tipis mendarat dari bibirnya setelah membaca pesan terakhir yang dikirimkan oleh seseorang itu.

Putri
Jgn biang-bilang Nayla tapi...
16.05

Angga hanya memberikan tanggapan jempol pada pesan terakhir tersebut, kebiasaan Angga yang tidak berlarut-larut dalam memberikan balasan pesan namun bisa dibilang ia fast respon.

"Ini gak bisa ditahan apa ya?" Angga menepuk perutnya yang terasa sangat lapar.

Lelaki itu bangkit dari kasur ternyamannya, ia merangkak mengambil tas yang tergeletak di bawah tempat tidurnya. Jangan heran, tempat tidur milik Angga berantakan sekali. Ada gitar yang tergeletak dibawah, buku-buku mapel yang berjatuhan dan baju seragam yang dibiarkan terselampir di kursi.

"Buset tinggal lima puluh ribu." Ia terkejut saat melihat isi dompetnya yang menyisakan uang berwarna biru dan beberapa lembar warna abu-abu serta koin-koin.

"Padahal ini baru setengah bulan." Angga memincingkan matanya ke arah kalender yang terpasang di tembok.

Ia kembali rebahan dengan satu tangan yang menari diatas layar ponsel.

"Nay, besok Bunda buat kue agak banyak gih. Gue bantu jualin." Angga berucap lewat panggilan telepon.

"Pasti lagi bokek nih." Tebak Nayla sampai terdengar dari kamar Angga, setelah Angga menoleh ke jendela ternyata jendela kamar gadis itu dibuka sehingga langsung berhadapan dengan kamar Angga.

"Hem." Angga tetap mengaktifkan sambungan panggilannya walaupun wajah tetangganya itu sudah terlihat di depan mata.

"Uang gue abis padahal baru setengah bulan." Ujar Angga menatap kearah gadis itu.

"Dasar boros." Cibir Nayla.

"Gue mau keluar, lo nitip apaan?" Tanya Angga.

"Gue dah bilang ya Mas, mending tuh masak sendiri aja. Kalau lo beli diluar terus ya boros lah." Sambungan telepon sudah Angga matikan dan kini mereka saling berbicara di jendela.

"Gue gak bisa masak. Kalau gue masak mie lo nggak boleh, gue jajan lo juga nggak boleh. Apa baiknya gausah makan sekalian kali ya?" Angga memasang raut datar sedangkan lawan bicaranya tertawa dengan keras.

"Ya ampun Mas, lo cukup masak nasi. Biar lauknya gue yang nganter susah amat sih."

"Ck, ngerepotin." Angga menutup rapat jendelanya, tidak lupa dengan korden yang ia tutup sehingga dari luar benar-benar tidak nampak.
...

Selesai dengan urusan perutnya, Angga berniat membeli martabak telur yang enak, lokasinya dekat dengan rumah Ibunya. Namun ia membeli martabak tersebut bukan untuk Ibunya, melainkan untuk Ibu keduanya, yaitu Bunda Layla.

"Zeni? Sama siapa dia?" Angga memfokuskan penglihatannya.

Setelah yakin anak kecil memakai bandana pink tersebut ialah adiknya, Angga menghampiri gadis kecil itu setengah berlari.

Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]Where stories live. Discover now