Prolog

6.8K 333 9
                                    

WELCOME TO MY NEW STORY!

TAU CERITA INI DARI MANA GUYS?

TOLONG JANGAN HANYA BACA SAMPAI BAB INI, KARENA AKU AKAN MENCOBA MEMBERIKAN YANG TERBAIK KEDEPANNYA!

Happy Reading...
Pukul enam pagi seorang anak laki-laki sudah siap dengan seragam sekolahnya yang berwarna putih-biru. Remaja itu duduk dibawah lantai mengenakan sepasang sepatu hitam barunya yang dibelikan oleh Ibunya.

"Sepatunya muat nggak Ngga?" tanya Ibunya berjongkok disamping Angga.

Anak itu bernama, Angga.

Angga Adhitama Rahesa namanya.

"Muat Bu, nyaman." jawab Angga sambil tersenyum.

Angga sangat menyayangi Ibunya, dia berjanji kelak jika dirinya telah dewasa ia tidak akan pernah melupakan bagaimana perjuangan Ibunya membesarkannya tanpa nafkah seorang Ayah.

"Angga berangkat dulu Bu." Angga berdiri menyusul Ibunya yang tengah membereskan baju jahitan.

"Hati-hati ya nak." Ibunya mengusap rambut anaknya dengan lembut. Tinggi Angga hampir sama dengan Ibunya.

Sambil mengucapkan salam, Angga berjalan keluar. Ia hendak mengambil sepeda gunung yang sudah terparkir di depan rumah sederhananya, namun langkah anak itu berhenti.

Ketika lagi dan lagi, dia melihat pria itu kembali datang ke rumahnya.

"Hai ganteng." sapa pria itu kepada Angga.

Setelan jas hitam bersama mobil putihnya menambah kesan wibawa pria itu.

"Angga kamu kok belum berangkat?" Ibunya Angga keluar membawa plastik lorek berisi kain.

"Ibu mau berangkat bareng Om lagi?" tanya Angga polos menuding pria itu dengan jari telunjuknya.

"Iya sayang, kamu buruan gih berangkat nanti keburu telat lho. Kamu itu habis MOS, gak baik kalau berangkatnya sampai terlambat." ucap Lesti sambil merapikan rambut Angga.

Nama Ibunya Angga ialah Lesti Ningrum.

Ada desir kawatir di hati Angga, anak itu masih trauma dengan rumah tangga orang tuanya yang berantakan. Lesti yang selalu ditampar Ayahnya kala itu, Angga melihat di depan matanya sendiri Ayahnya sering menganiaya Lesti hingga Lesti menjerit kesakitan.

Angga memegang tangan Lesti. Seolah ingin mengatakan 'Jangan dekat-dekat Om itu lagi.'

Lesti menggandeng tangan Angga menuju sepeda gunungnya, "Kamu gausah kawatir, Ibu sama Om Panji nggak ada hubungan apa-apa kok. Om Panji cuma mau nganterin Ibu ke pabrik. Kamu buruan berangkat, ini udah siang Angga." ucap Lesti pelan.

Angga menganggukkan kepalanya sambil menaiki sepeda gunungnya.

Angga mengayuh sepeda miliknya keluar dari halaman rumah meninggalkan Lesti dan Panji disana.

"Mas Angga!!" Ketika Angga sudah mempercepat laju sepedanya, seorang anak perempuan keluar dari rumahnya sambil meneriaki nama Angga.

"Bonceeeeng!" ujarnya berlari ke arah Angga.

"Kita kan beda arah." protes Angga.

"Bunda lagi bikin kue aku nggak ada yang nganter, masa aku mau jalan kaki." ujar anak itu sambil memanyunkan bibirnya.

"Yaudah naik!" Angga mempersilahkan gadis berseragam SD itu untuk naik diatas jalu roda belakang sepeda Angga.

Sebenarnya gadis itu hanya tetangga Angga, namun mereka sangat dekat bak kakak adik. Angga yang tidak punya adik dan Nayla yang tidak punya kakak.

"Waaah udah ada Angga, Bunda nitip Nayla ya Ngga. Anterin sampai depan sekolah, jangan ditinggalin di pinggir jalan." Bunda Nayla membuka jendela rumahnya.

Angga memutar bola matanya malas, "Iya."

"Nanti pulang sekolah Bunda kasih kamu roti kesukaan Nayla." kata Bunda Nayla yang bernama Layla.

---000---

"Sepertinya anak kamu tidak menyukaiku." ujar Panji kepada Lesti yang membawakannya teh hangat.

"Angga masih kecil Mas, apalagi dia juga korban perceraian aku sama Mas Gandi mungkin dia masih trauma."

"Aku ingin kamu cepat-cepat menjadi istriku, Lesti." Panji menggenggam tangan Lesti menunjukkan keseriusannya ingin menjadi suami Lesti.

"Aku janji besok kalau waktunya udah tepat, aku akan omongin ini sama Angga baik-baik. Aku yakin Angga setuju kok Mas."

"Kamu yakin?"

"Yakin."
To be continue...
--------------------------------------

PENASARAN NGGAK?

Tunggu kelanjutan ceritanya!

Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora