❝ Harusnya lo semua ikut saran gue tadi, kita cabut sekelas.❞
⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹
26 Siswa yang berjuang untuk tetap hidup di lingkungan yang mereka tidak ketahui mengapa mereka bisa ada disana. Mereka disis...
"Kalian adalah orang pilihan! jalan keluarnya adalah mengumpulkan 25 potongan kunci."
"Jangan terlalu percaya diri! kadang apa yang dilihat, belum tentu adanya."
"Selamat bermain."
"WOI, KELUAR LO. SIAPAPUN LO, GUE GAK TAKUT." teriak Altharel.
"Percuma, teriakan lo gak bakal kedengeran. Itu cuman speaker biasa." ucap Raka.
"Kita gak punya waktu, mending sekarang kita mikirin caranya keluar dari sini, secepatnya." Erik bersuara.
"Sebentar, bukannya tadi kata lo gak ada orang sama sekali kecuali kelas kita disekolah ini?" tanya Revano, pertanyaan itu ditujukan untuk Prevan.
"Terus suara yang tadi dari mana?" lanjutnya.
"Kemungkinan diruang informasi sekolah ada orang, dan dia dalangnya."
。。。
"Jadi sekarang kita mau kemana?" tanya Wonia.
"Ke lapangan belakang, disana ada gerbang yang menghubungkan langsung keluar sekolah." jawab Altharel.
"Kalo digembok gimana, Al?" tanya Ryula.
"Kita manjat, kemarin-kemarin gue cabut lewat sana dan selalu berhasil keluar walaupun digembok." jawab Altharel lagi.
Mereka semua menyetujui.
"Nanti formasinya gini, Gue, Teo sama Gavin yang bopong Arisa, Hensy sama Rina." tambah Altharel.
"Lah kok jadi gue? ogah ah, suruh aja yang lain." tolak Gavin.
Altharel menepuk dahinya, ya Tuhan bahkan disaat seperti ini Gavin tidak bisa membantu. Padahal Altharel sengaja memilih Gavin, karena diantara yang lain, proposi badan Gavin yang paling meyakinkan untuk membopong orang.
"Apa gue dorong aja ya nih manusia dari lantai dua?" batin Lianz, sudah dipastikan ia sangat amat jengkel pada Gavin.
"Yaudah, lo aja deh, No. mau gak?" tanya Altharel pada Revano.
"Bebas."
"Rik, lo paling depan ya? cowok-cowok yang lain jaga dibelakang, kanan sama kiri cewek-cewek. Takut ada sesuatu kayak tadi lagi." kata Prevan.
Mereka keluar kelas, berjalan sambil beriringan sesuai formasi yang telah diatur dengan hati-hati, siaga satu.
Kata-kata 'survive' masih terus terbayang, mengapa mereka harus bertahan hidup? beberapa dari mereka bahkan menganggap ini hanya lelucon semata.
"Gila, ini keren banget! kejadian yang kita alamin persis kayak yang di film kesukaan gue, genre nya thriller gituu." Teza bersuara, memecah keheningan di lorong itu.
Mora merotasi kan bola matanya, "Si pick me ini mulai lagi .." gumamnya.
Ini dia Teza, seluruh siwsi 10 IPA sudah hafal dengan tabiat nya yang kadang menjengkelkan.
"Keren apanya? temen-temen lo tuh hampir mati." ucap Lianz.
"Keren lah, daripada genre romance." balas Teza.
"Gak nyambung banget sih dia." bisik Shaza pada Lianz.
"Jeysen huwuw .. jeysen." tiba-tiba Ryula bersuara dengan nada meledek.
"Maksud lo apa? lo ngeledek gue?" tanya Teza tak terima.
"Gue sih gak ngerasa ngeledek lo, kebetulan gue lagi sindrom 'jeysen huwuw', tapi kalo lo kesindir atau ngerasa sih juga gapapa." jawab Ryula tak acuh.
DUAR!
Mereka mendengar suara ledakan yang amat keras di lorong sebelah kanan sana, ledakan tersebut membuat seluruh lorong lantai dua bergetar hebat.
Dentuman nya menggetarkan seluruh rentetan kaca yang terpasang di sepanjang koridor sekolah.
"Suara apaan tuh?" Reihan hendak menghampiri asal suara tersebut, namun Lianz menahan nya, "Jangan kesana, bahaya."
"Mau cek kesana bareng-bareng gak?" tanya Getzy.
"Jangan, persentase bahaya nya delapan puluh persen." cegah Ryula.
"Mending lanjut jalan." ucap Raka dengan suara datar nya.
"Lo semua ngerasa gak sih, kalau dari tadi kita cuman muter-muter doang? dari kelas kita ke tangga itu jaraknya gak jauh-jauh banget, yaa walaupun kelas kita paling ujung." ucap Arka dengan suara tertahan.
DUAR!
Lagi-lagi ledakan itu kembali, kali ini ruangan persis didepan mereka telah meledak. Membuat mereka tiarap dengan spontan.
Asap hitam mengepul, debu-debu bekas reruntuhan beterbangan membuat siswa-siswi itu cemong tak karuan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.