Elixir Class, Survive : Welcome

Start from the beginning
                                        

"Bentar, tali sepatu lo ikut dulu tuh." Prevan memberhentikan Haikal, lantas Haikal jongkok hendak membetulkan tali sepatunya.

Prevan dan Arka tetap berjalan, meninggalkan Haikal. "Sialan, malah ditinggalin."

"Woi, tunggu–" belum sempat teriakannya terdengar, Haikal tak sengaja melihat sesuatu didalam ruang BK. Dia menyipitkan matanya lebih tajam, mencoba melihat ada apa didalam sana.

Ada proyektor yang memutarkan sebuah video, terdengar jelas suara teriakan-teriakan. Adegan itu benar-benar sadis!

Tunggu! bukannya itu Prevan? kenapa ... dia bersimbah darah? oh tidak! di video tersebut masih banyak siswa-siswi 10 IPA yang sudah terbujur kaku dengan darah dimana-mana.

Pemandangan yang ia lihat begitu mengerikan, dia mencoba meyakinkan diri bahwa yang ia lihat tadi hanya halusinasi nya saja.

"Yaudah tunggu apa lagi? ayo kita pulang." kata Mora bersemangat.

Seisi kelas bersiap untuk pulang sekolah, lalu segera berhamburan keluar kelas, kecuali Lianz, Erik, dan Ryula yang masih mengobrol sembari membereskan alat-alat tulisnya.

"Udah belum, Li?" tanya Ryula.

"Sebentar, gue mau nyari kunci motor dulu. Tadi gue taruh situ, kok gak ada ya?" kata Lianz.

"Yaudah, gue bantu cari ya?" Erik menawarkan bantuan. Lianz menggeleng, "Kalian berdua tunggu diluar aja."

Erik dan Ryula mengangguk.

Lianz masih mencari,
'Kring' Lianz menoleh, "Oh, ternyata jatuh." gumamnya, setelah barang yang ia cari sudah ditemukan, Lianz langsung bersiap.

Namun saat siluet matanya mengarah keluar jendela, ia melihat awan disana seperti retakan kaca. Awan disana bulan bewarna biru, melainkan bewarna kuning bercampur dengan ungu.

Menyadari ada yang tidak beres, Lianz berlari kecil keluar kelas menghampiri Erik dan Ryula yang masih asik mengobrol.

"Udah?" tanya Ryula.

Lianz mengangguk kaku, "Ayo, susul yang lain." ajak Lianz, sembari menarik lengan kedua temannya.

Kini mereka bertiga berhasil menyamai langkah teman-temannya yang baru sampai ditengah lapangan. "Kenapa?" tanya Erik bingung.

"Lo berdua liat keatas deh." titah Lianz.

"Ada apa?" Ryula masih mendongakkan kepala nya, mencari sesuatu yang janggal.

"Ini masih pagi, tapi kenapa awannya warna kuning ungu?" tanya Lianz.

"Hah? lo halusinasi? itu awannya warna biru kali." jawab Erik, lalu dibalas anggukan oleh Ryula yang menandakan setuju dengan perkataan Erik.

"Enggak, itu awannya warna kuning ungu, kayak mau menjelang malam gitu loh." Lianz masih kekeh dengan perkataannya.

"Tapi awannya emang biru, Li." tekan Ryula.

"Masa sih? masa cuman gue doang yang liat? tapi kalo Erik sama Ryu gak bisa liat, berarti yang lain juga dong?" batin Lianz.

"Lah gerbangnya digembok!" seru Galan yang berada paling depan.

"Kita dikunciin?" tanya Sonie.

"Ribet banget lo pada, itu kan ada kuncinya." kata Rina.

"Mana?" tanya mereka serentak. "Disana." tunjuk Rina.

"Enggak ada, Rin, yang kamu maksud itu batu." jelas Syakara.

"Batu apa nya? jelas-jelas itu tuh kunci. Udahlah sini biar gue yang buka, gak percayaan amat." Rina berjalan, ia mengambil batu yang menurut dia adalah kunci.

Saat batu tersebut menyentuh gemboknya, tiba-tiba anak panah yang entah darimana menancap tepat dipunggung Rina.

Rina belum mati, namun sekarat. Ia memegang punggungnya yang sudah bercucuran darah.

"Akkh, s-saakit."

Teman-temannya yang lain terpaku melihat kejadian tersebut. "T-tolongin itu." seru salah satu dari mereka.

Saat mereka ingin menolong, tiba-tiba anak panah dengan jenis yang sama mulai berjatuhan, kali ini korbannya adalah Arisa dan Hensy.

Entah siapa dalangnya.

"HATI-HATI! LO SEMUA JANGAN KESANA," teriak Altharel.

"Nanti Rina, Arisa, Hensy biar gue, Revano sama Teo yang bopong. Sisanya yang cowok bawa semua cewek balik lagi ke kelas." lanjut Altharel.

"Perasaan gue gak enak .."

Semua yang ada disana lari menuju kelasnya di lantai dua dengan histeris, masih bingung dengan kejadian yang baru saja terjadi.

Sayangnya, pilihan mereka untuk kembali ke kelas di lantai dua adalah kesalahan. Mereka akan terjebak disana.

 Mereka akan terjebak disana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TO BE CONTINUED . . .

[1]  Elixir Class : Survive  ❪ ✔️ ❫Where stories live. Discover now