45

223 18 0
                                    


"Done." Setelah tiga jam akhirnya operasi selesai, tiga perawat dan satu dokter melepaskan atribut yang dipakainya sebelum keluar dari ruangan itu.

"Kerja bagus han, makasih ya." Ucap Rayna pada asistennya yang bernama Hani.

"Kita lancar karena dokternya mbak Rayna, aku mah cuma bantu doang." Jawabnya tersenyum. "Akhirnya Bu Dian bisa sehat kembali, semoga beliau cepet sembuh dan bisa main sama cucu-cucunya." Lanjutnya membahas pasien yang mereka operasi tadi.

"Iya, semoga bu dian cepet pulih."

"Mbak Rayna nggak jadi cuti yah? Padahal baru kali ini mbak mau istirahat." Keduanya terus berjalan menuju kantor Rayna.

"Tugas negara lebih penting." Jawab Rayna tergelak membuka pintu dan duduk di kursinya sembari menenggak air mineralnya.

Rayna merenggangkan otot-ototnya bersandar santai di kursinya dan memejamkan matanya sejenak. Sudah dua minggu sejak kepulangannya dari Korea, dia juga sudah menangani lima operasi dari pasiennya.

"Makan siang dikantin yuk mbak." Ajak Hani membuat Rayna kembali membuka matanya, dia tersenyum bangkit dari duduknya dan mengambil jas putihnya.

"Yuk, gue laper banget." Ucap Rayna dan keduanya keluar menuju kantin rumah sakit yang terletak di sudut gedung lantai paling bawah, ada dua kantin sebenarnya tapi mereka memilih yang ada dibawah karena lebih dekat dengan kantor Rayna.

Sampai di kantin mereka langsung mengambil makan siangnya yang sebenarnya lebih pantas dibilang makan sore karena jam dinding sudah menunjukkan pukul empat sore. Hani dan Rayna mengambil tempat duduk di meja bundar yang memuat empat orang. Di kantin tidak ramai, hanya ada beberapa pengunjung yang sepertinya sanak saudara dari pasien rawat inap, ada beberapa suster juga yang tengah menyantap mie instan sambil menunggu pergantian sift.

"Nanti mbak Rayna langsung pulang aja, biar aku yang check pasien 506. Kebetulan aku mau pulang bareng Giselle." Ucap Hani menyebutkan salah satu pasien yang Rayna tangani.

"Nggakpapa nih?"

Hani mengangguk mantap. "Iya, dari pada aku bingung dua jam nungguin Giselle." Mendengar itu Rayna tersenyum lebar, ah asistennya ini pengertian banget sih.

"Oke deh, makasih loh. Besok gue bawain kopi kesukaan lo." Hani tergelak.

"Aku nggak maksud malak loh mbak." Ujarnya jenaka, dia dengan senang hati mengambil alih tugas Rayna yang masih bisa ia bantu tangani, melihat jadwal atasannya yang padat Hani ingin membiarkan Rayna beristirahat lebih banyak. Apalagi insiden batalnya cuti karena ajuan jadwal operasi yang dipercepat, bekerja selama dua tahun bersama Rayna membuatnya memahami pola kerja atasannya itu yang bisa dibilang sangat gila-gilaan. Dokter Rayna pernah menangani lima operasi sekaligus dalam sehari dan itu adalah hari paling melelahkan dalam sejarah hidupnya, disitu dia jadi kepikiran bagaimana lelahnya Rayna yang bertanggung jawab penuh atas operasi yang mereka lakukan. Karena itu, jika melihat Rayna kelelahan dia selalu ingin membantunya dengan sedikit uluran tangan yang setidaknya bisa meringankan beban Rayna.

Keduanya selesai makan dan kembali menuju kantornya untuk beres-beres karena sift kerjanya sudah selesai. Rayna sudah berganti baju dengan celana panjang berbahan linen dan atasan hoodie berwarna coklat pramuka.

"Gue duluan ya Han." Ucap Rayna menepuk bahu Hani sebelum pergi dan menghilang dibalik pintu.

Ponsel digenggaman Rayna berdering, ada panggilan masuk dari Edgar, supir pribadinya. Sambil berjalan menyusuri lorong dia mengangkat panggilanya.

"Udah didepan?"

"Belum. Kena macet nih, kayaknya bakalan lama. Gue bawa jeepry soalnya." Sahut Edgar diseberang sana yang terdengar sedikit menyesal. "Gue pesenin gojek aja?"

My One Coldness Boyfriend ( Kim Jong In )Where stories live. Discover now