23

394 32 0
                                    


"Anj*ng!"

"Baj*ngan!"

Kaivaro narik Sehun dan mendorongnya cukup keras sampai bikin laki-laki itu tersungkur Kedinding.

"Cukup bego!" Teriaknya ke Sehun dengan dada naik turun.

"Dengan lo marah marah nyakitin diri lo sendiri, masalahnya nggak akan selesai!!" Kaivaro menghela rambutnya. "Yang ada lo cuma nambahin masalah."

Sehun duduk memeluk lututnya menunduk menenggelamkan kepalanya disana. Punggungnya bergetar, menangis pilu.

"Semuanya baj*ngan. Bokap gue, nyokap gue, semuanya baj*ngan!!!" Teriaknya memukul lantai dengan buku-buku jarinya yang sebelumnya sudah berdarah semakin bertambah.

Kaivaro ikut mendudukkan dirinya dilantai apartment nya.

Tiga puluh menit lalu, Sehun datang ke apartemennya dengan penampilan seperti orang yang baru aja adu jotos di ring tinju. Lalu anak itu kembali mengamuk menyakiti dirinya sendiri sambil cerita ke varo.

Dia bercerita, Kalau sebelumnya Sehun memberitahu ke Bokap nya _yang tinggal bareng sama dia_ tentang bila. Bukannya tercapai penyelesaian, bokap Sehun malah memukulinya dan mengatakan kalau dia anak laki-laki brengsek. Nggak sampai disana, adiknya yang sepertinya melihat kegilaan ayahnya memukuli sang kakak, memberitahu ke nyokapnya yang sudah bercerai. Lalu perempuan setengah baya itu datang menambah masalah, semuanya menyalahkan Sehun. Menyudutkan dirinya. Disitu Sehun merasa bodoh karena sempat mempercayai kalau keluarganya akan membantunya menyelesaikan masalah, tapi nyatanya?

"Gue harus gimana var?" Gumam Sehun diantara isakan pilunya.

"Orang tua gue nggak bisa diandelin. Mereka cuma bisa nyalahin dan berantem." Sehun mendongakkan kepalanya. "Gue jadi takut, bakal jadi apa Bila kalau dia nikah sama gue yang punya keluarga berantakan begini."

Kaivaro hanya bisa menatap Sehun dengan iba, dia yang tahu sendiri bagaimana kehidupan Sehun menjadi sedikit memahami apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu.

Kaivaro bangkit menuju kamar mandi, mengambil kotak P3K dan membantu mengurus luka kemarin ditangan sehun yang kembali terbuka, ditambah luka baru di tangan lainnya.

Keduanya hanya saling diem, Sehun masih mendongak keatas menahan air matanya yang berakhir sia-sia karena itu malah semakin deras turun.

"Jadi lo enak ya." Sehun menoleh ke samping menatap Kaivaro yang masih telaten membalut tangannya. "Punya keluarga yang harmonis, jadi mahasiswa berprestasi, banyak yang suka dan sayang sama lo."

Kaivaro berdecih. "You will never know the suffering of others. but with those of you who are grateful that you still have someone you like, that's enough for you to make an excuse."  ucapnya.

Kaivaro yang udah selesai membalut luka ditangan sehun, natap balik temannya itu. "Bahagiain bila, bikin dia nyaman dan terlindungi di pelukan lo. Disitu lo bakal nemuin kebahagiaan yang lo butuhin. Cukup fokus ke orang yang lo suka, karena saat dia bahagia, disitu juga lo bakal ikut bahagia."

"Ngomong gampang var." Sehun terkekeh hampa, mengalihkan pandangannya. "Tapi buat lakuin itu, nggak akan mudah."

"Emang." Kaivaro ikut duduk bersandar disamping Sehun.

"Siapa juga yang bilang gampang? Kalau semua hal yang membahagiakan bisa didapatkan dengan mudah, orang-orang nggak akan ngemis nyari kebahagiaan seperti yang terjadi sekarang."

Keduanya saling menatap lalu tertawa bersama. Merasa cringe sendiri dengan percakapan mereka.

"Gue tidur di sini ya?"

My One Coldness Boyfriend ( Kim Jong In )Where stories live. Discover now