XXVII

807 153 2
                                    

Y/n melirik Abel pelan. Sama seperti laki laki itu yang ikut melirik y/n. Mereka sedang ber telepati.

Alasannya sederhana.

Suasana sarapan pagi ini terasa aneh. Ditambah Fiona yang terlihat lesu seakan tidak bisa tidur dengan nyenyak tadi malam.

"Fiona.." y/n berucap pelan. Meletakkan alat makannya ke tempat semula lalu membersihkan bibirnya dengan sapu tangan. Tatapan nya menunduk menatap piring makan nya sendiri. Sebelum y/n kini memusatkan perhatian nya pada perempuan bersurai perak di hadapannya.

"Kemarin terjadi sesuatu dengan Siegren, ya." Lanjut wanita itu tanpa memutuskan pandangan nya dengan putri angkat nya.

"Ti, tidak kok.." balas Fiona ragu. Memutuskan pandangan nya dengan sang mama.

"Jadi yang mana?" Kali ini Abel buka suara.

"Apanya tuan?" Tanya Fiona balik. Menatap bingung kearah y/n dan Abel bergantian.

"Pertama kamu mendengar pernyataan cinta. Kedua, Siegren melakukan sesuatu yang membuat mu tidak nyaman."

Jleb!

Abel membalas. Sembari menusukan garpu pada daging sapi diatas piringnya dengan tatapan dingin.

"Kalau yang pertama, aku akan membiarkan nya hidup. Kalau yang kedua, aku akan mengatur seolah dia mati secara alami." Lanjut laki laki itu.

Kalimat yang berhasil membuat Fiona berkeringat dingin karena nya. Berbeda dengan y/n yang memejamkan mata santai dengan senyum lembut terlihat pada wajah cantiknya.

"Ya, yang pertama!" Jawab Fiona segera.

Melirik y/n yang kini sudah kembali makan dengan tenang seakan tidak terganggu sama sekali dengan tingkah Abel.

Y/n mendengakkan kepala. Menatap iris merah cerah milik Fiona yang seakan sedang meminta bantuan nya untuk menghentikan Abel yang terlihat ingin sekali melenyapkan Siegren.

"Kami akan menikah." Y/n berucap santai. Topik yang dipilih nya untuk mengalihkan perhatian Abel adalah tentang pernikahan mereka.

Dan tepat sekali. Kini Abel sedang membicarakan rencana pernikahan mereka dengan Fiona yang membalas dengan antusias walau masih berada dalam keterkejutan nya.

Dan fakta yang membuat y/n terkesan adalah.

Rancangan pernikahan yang di bicarakan oleh Abel terdengar sudah sempurna.

Seakan laki laki itu memang sudah mempersiapkan nya dari lama.

"Kenapa.. tunggu sejak kapan kamu mempersiapkan itu semua?" Tanya si surai raven bingung.

"Sejak saat pertama aku melamar mu." Jawab Abel menjelaskan.

"... Itu 4 tahun yang lalu?" Gumam y/n pelan. Tidak menyangka Abel sejak dulu memang menganggap hubungan mereka berdua seserius itu.

Bukan berarti y/n tidak.

Ia lebih sering menggunakan logika ketimbang perasaan. Jadi saat pertama mereka berdua akhirnya memutuskan berkencan. Wanita itu sudah membuang jauh jauh keinginan nya untuk menikah dengan Abel.

Alasan nya jelas karena Abel pernah menjelaskan kalau laki laki itu memilih tidak menikah agar aman dari kekangan kaisar.

.
.
.

Abel terlihat menatap lekat wanita bersurai raven yang sedang fokus menatap berkas berkas pembagian gaji para ksatria yang bekerja dibawah keluarga Heilon.

'Satu bulan lagi..' batin laki laki itu sumringah.

Tidak menyangka perempuan yang didambakan nya sejak 6 tahun lalu akan benar benar menjadi milik nya satu bulan lagi.

Senyum kecil terlihat di wajah laki laki bersurai perak itu. Masih menatap wajah indah milik wanitanya.

Sosok yang selalu berhasil memberi nya ketenangan.

"Tadi Siegren masuk ruang kerja Fiona. Apa mereka sudah selesai berbincang ya?" Y/n berucap pelan. Masih membaca deretan angka dan nama pada selembar kertas di genggaman nya.

Brak!

Suara gebrakan meja terdengar. Bising yang membuat y/n langsung menoleh dengan cepat kearah sumber suara.

Abel terlihat dengan wajah kesal nya.

'dasar ayah overprotektif.' gemas y/n dalam hati.

Tingkah Abel selalu berhasil menghibur nya.

"Aku akan ke tempat mereka." Tegas Abel.

"Jangan buru buru. Biarlah mereka menyelesaikan masalah hati mereka terlebih dulu." Y/n menahan calon suami nya. Gerakan tangannya tidak berhenti membolak-balik lembar putih berisi pekerjaan nya.

"Mereka bisa saja melakukan hal yang aneh aneh." Abel menyangkal.

"Siegren bukan kamu." Jawaban langsung tanpa maksud apa apa terdengar dari si surai raven.

"Tapi dia juga laki laki." Kesal Abel sebelum meninggalkan ruang kerja mereka.

Sejak beberapa bulan lalu laki laki bersurai perak itu meminta para dayang untuk memindahkan meja kerja y/n ke ruang kerja nya. Entah karena apa.

Y/n menghembuskan nafas lelah sebelum mengejar pria kesayangan nya. Takut Abel bertingkah berlebihan.

****

Duk

Duk

Duk

"Aku tau kamu ada di dalam sana Siegren. Cepat keluar sekarang juga. Akan ku hitung sampai lima." Abel berucap datar setelah beberapa kali menendang pintu ruang kerja Fiona.

"Abel!" Sungut si surai raven.

"Satu."

"Dua."

Senyap. Tetap tidak ada balasan dari dalam. Y/n yang awalnya santai pun kini mulai berpikir yang tidak-tidak.

"Aku sudah selesai menghitung sampai lima." Datar Abel sekali lagi. Sebelum kembali menendang pintu ruang kerja Fiona.

"Nanti pintunya rusakk tuan..!" Jerit Fiona dari dalam. Bersamaan dengan itu pintu terbuka.

Abel menatap garang Siegren.

"Maaf.. aku sudah berusaha menahan nya." Y/n berucap tanpa suara begitu laki laki bersurai raven itu melirik kearah nya.

Chrysanthemum || Abel x Reader [Author of My Own Destiny]Where stories live. Discover now