XV

1K 238 5
                                    

Y/n POV Start -

Kami bertemu naga. Salah satu pemimpin dari monster monster yang mendominasi wilayah utara. Tapi karena memang pada dasarnya semua ksatria yang ku bawa tidak disiapkan untuk melawan naga.

Jelas kalau bencana terjadi karena kurangnya persiapan. Dan semua menjadi kesalahan ku yang terlalu terburu-buru mengambil keputusan.

Naga itu menyerang Isak dan para ksatria lain. Seakan memang berniat mengeliminasi orang orang yang lebih lemah terlebih dulu.

Semua terjadi begitu cepat.

Yang bisa ku dengar hanya teriakan histeris penuh ketakutan akan kematian yang sudah berada didepan mata dari para ksatria ksatria dibelakang ku.

Teriakan yang sudah lama tidak ku dengar.

Diikuti suara daging dan kulit yang tersobek.  Bersamaan dengan bau karet terbakar di sisi lain.

Lalu karena menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak aku menerjang tanpa strategi. Membuat perhatian naga besar itu hanya tertuju padaku.

Tapi tentunya aku kalah setelah cukup lama bertahan. Bertarung sembari melindungi orang lain ternyata bukan hal yang mudah.

Pinggang ku terkoyak bersamaan dengan kaki kiri dan tangan kanan ku yang patah. Kepala ku pening karena terlempar ekor naga lalu menabrak batu. Serta wajah dan seragam ku yang dipenuhi darah.

'ini.. akhirnya kah?' ucapku dalam hati. Begitu terjatuh karena menarik salah satu rekan ku dari jangkauan semburan api naga.

'kedamaian yang selama ini selalau menjadi mimpi ku.. akhirnya bisa tercapai?' lanjut ku dalam hati.

"Nyonya!" Suara Isak terdengar khawatir.

"Jangan tutup mata anda! Tuan bisa membunuh saya kalau anda mati sekarang." 

'ah.. benar.. Abel..'

'apa yang akan terjadi padanya jika aku mati..'

'dia pasti baik baik saja..'

'karena selama ini hanya aku yang membutuhkan kehadiran nya..'

Pandangan ku memburam. Suara suara orang yang memanggil namaku juga kini terasa sangat jauh.

Satu hal yang ku tau dari kondisi ku sekarang.

Aku sedang berada diambang kematian.

- Y/n POV End

.
.
.

Brakk

"Tuan duke. Saya mohon tenangkan diri anda." Jeron terdengar panik. Berlari mengikuti atasan nya yang mengamuk begitu mendapati keadaan sang kekasih yang kembali dengan berlumuran darah.

Namun Abel tidak mengindahkan. Ia tetap melampiaskan amarahnya pada vas vas bunga di ruang kerja nya.

Frustasi karena tidak bisa melindungi y/n. Dan tidak berada disisi wanita nya ketika perempuan itu dalam keadaan mengenaskan.

Prang!

Lagi lagi pecahan kaca yang berserakan di lantai ruangan itu bertambah.

Dalam benak nya masih terngiang-ngiang hembusan nafas berat dari dokter yang mengobati y/n ketika keluar kamar perempuan itu.

Kondisi nya tidak jauh berbeda dengan saat perempuan itu datang dalam lumuran darah.

Dokter tidak bisa menghentikan darah yang merembes dari luka berat pada pinggang perempuan bersurai raven tersebut.

Y/n masih dalam keadaan kritis nya.

"Hubungi ibu kota. Cari penyihir dengan elemen penyembuhan. Dan kumpulkan semua dokter yang ada di wilayah Utara. Semua." Suara dingin Abel terdengar.

Laki laki bersurai perak itu akhirnya kembali mendapatkan kewarasan dan ketenangan nya.

"Jangan mencariku untuk hal yang tidak penting." Lanjut Abel.

Tepat sebelum ia beranjak dari ruang kerja nya. Menunju kamar perempuan bersurai raven yang akhir akhir ini menjadi tempat nya pulang, dari semua hiruk-pikuk kehidupan sebagai pemimpin wilayah yang tidak pernah ada kata aman.

Abel berdiri di sisi tempat tidur y/n. Menatap sedih sosok seorang wanita yang hingga saat ini masih belum membuka matanya. Tangannya terangkat. Menggenggam lembut jari jemari lentik milik si surai raven.

Seakan memberi tahu pada wanita nya kalau ia tidak sendirian. Abel ada di sisinya. Menunggu nya membuka mata. Menunggu senyum hangat kembali tercetak lembut di bibir y/n yang saat ini terlihat pucat pasi.

"Roseline.." lirih laki laki itu. Masih dengan menggenggam tangan y/n. Yang berbeda hanya, sekarang Abel menempatkan kedua tangannya yang menggenggam tangan y/n pada dahi nya.

Tak lama setelahnya Abel tertidur.

Masih dengan tangan nya yang menggenggam erat milik y/n. Seakan perempuan itu akan meninggalkan nya jika Abel melepaskan genggaman nya.

- dua hari kemudian -

Pendarahan pada pinggang y/n akhirnya berhasil dihentikan. Namun perempuan ber iris merah terang tersebut masih belum kunjung membuka mata.

Dan selama itu pula Abel selalu berada di sisinya. Merawat y/n dengan hati hati seperti ia terbuat dari kaca yang akan langsung hancur jika mendapat perlakuan kasar.

Lalu karena kejadian ini pula. Keberadaan bekas luka penganiayaan yang dulu diterima y/n. Luka lama yang selalu ia sembunyikan dari Abel. Akhirnya terkuak.

Bagaimana reaksi laki laki itu ketika mengetahui nya?

Abel mengecup semua bekas luka yang terlihat di tubuh indah wanitanya.

"Hidup sangat menyulitkan mu ya.." ucap nya kemudian. Tersenyum lembut. Tidak merasa jijik sama sekali.

"Kau selalu indah, ada tidak adanya mereka. Tapi aku cemburu.. bisa bisa nya luka luka itu selalu berada di dekat mu dan bukan aku.." lanjut si surai perak.

Tapi tak lama setelah nya. Suara ketukan pintu terdengar. Diikuti oleh penjelasan laki laki yang mengatakan terdapat penyerangan berat lagi di benteng 4.

Jadi mau tidak mau Abel harus meninggalkan y/n. Menggantikan pekerjaan yang biasa dilakukan gadis itu dalam keadaan sehat nya.

Dan setelah Abel keluar. Tangan tanpa perban y/n reflek langsung menutup wajahnya. Menutupi rona merah samar yang kini tercetak karena tingkah seorang laki laki beberapa saat lalu.

'Sial.. dasar Abel.' rutuk si surai raven.

Dia sudah bangun. Lebih tepatnya baru bangun. Sesaat setelah Abel pertama kali memasuki kamar nya hari itu. Tapi berlagak seakan masih tertidur karena takut Abel akan menatap nya dengan pandangan jijik setelah mengetahui banyak nya bekas luka pada tubuhnya.

"Haaaah.. menyebalkan.." gumam y/n pelan.

Masih salah tingkah. Namun ia juga kesal karena nyeri pada pinggang nya tidak kunjung hilang atau bahkan untuk sekedar mereda.

'pingsan saat sakit memang yang terbaik.' batinnya. Melirik jendela kamar yang berada tidak jauh dari tempat nya terbaring.

'berapa banyak yang gugur kemarin..?' helaan nafas berat terdengar. Rasa bersalah masih memenuhi ruang hati nya.

Chrysanthemum || Abel x Reader [Author of My Own Destiny]Where stories live. Discover now