I

3.8K 385 6
                                    

Ruangan luas dengan design interior yang mewah serta singgasana Raja yang terlihat tepat di ujung ruangan tersebut menjadi latar kejadian mencekam di siang musim dingin hari itu.

Kejadian yang menjadi awal mula semua kesengsaraan dalam kehidupan seorang gadis bersurai kelam. Seakan akan peristiwa itu..

Menjadi garis start dari penderitaan tak henti yang akan dia alami pada masa yang akan datang.

"Yang mulia. Saya mohon kerendahan hati anda. Tolong bantu putri bungsu saya.. tolong berikan obat itu pada putri saya." Suara seorang lelaki paruh baya terdengar.

Laki laki yang berpakaian seragam lengkap khas kesatria kekaisaran. Sedangkan di sebelah laki laki itu. Terlihat seorang wanita yang mengenakan pakaian dayang istana. Kedua orang yang diyakini sebagai pasangan suami-istri tersebut sedang dalam posisi bersujud, memohon kerendahan hati dari seorang pemimpin yang saat ini duduk nyaman singgasana nya.

Seringaian sinis terlihat sebagai balasan. Tepat sebelum laki laki bersurai emas itu melirik pengawal di sudut ruangan. Seakan memberikan kode untuk memanggil seseorang.

Ksatria yang menerima perintah dari sang kaisar dengan segera menghilang dari pandangan. Sedangkan ruangan luas dengan banyak ornamen mewahnya kini dipenuhi kesunyian.

Dua insan yang masih bersujud di hadapan kekuatan absolute di wilayah tempat tinggal mereka ini, mulai merasa keringat dingin perlahan menghiasi punggung dan pelipis mereka.

"Saya menghadap matahari kekaisaran." Suara seorang perempuan kecil terdengar. Memecah kesunyian mencekam yang sedari tadi mencekik semua orang yang ada di ruangan itu, tentunya terkecuali kaisar itu sendiri.

Iris merah menyala milik gadis itu sempat tersentak sejenak begitu mengenali dua sosok yang sedang bersujud beberapa langkah di depannya.

'Ibu? Ayah?' batin si surai kelam bertanya tanya.

Kaisar kembali tersenyum. Kali ini senyum yang terlihat memiliki makna yang dalam.

"Kalian ingin aku memberikan obat itu untuk anak kalian?" Tanya si surai emas.

Ekspresi y/n yang sebelumnya terkejut kini sudah kembali normal. Seakan ia paham garis besar keadaan di ruangan ini.

"Kalau begitu matilah." Lagi lagi suara dingin itu terdengar.

Ekspresi bingung tercetak jelas di wajah dua orang yang kini mendongak menatap kaisar. Reflek karena terkejut mendengar titah laki laki itu beberapa saat yang lalu. Berbeda dengan y/n. Perempuan kecil ber iris merah terang itu kini menahan napas nya, dengan tangan kecil nya yang gemetar.

"Nyawa dibalas nyawa bukan?" Penjelasan dari kaisar membuat ayah dan ibu nya menelan ludah dengan susah payah.

"Bersihkan." Kali ini perintah itu tertuju pada si surai raven.

Dan tepat setelah kata itu terucap. Beberapa ksatria yang berada di sekitar mendekat kearah ayah dan ibunya. Mereka bertugas membalikkan tubuh dayang dan ksatria yang masih berlutut itu menghadap y/n.

"Sa-saya tidak bisa yang mulia." Suara yang menjawab perintah barusan terdengar lirih dan bergetar. Tatapan matanya yang bertatapan dengan kedua orangtuanya membuat y/n semakin gemetar.

"Karena mereka kedua orang tua mu, jadi kamu tidak bisa membersihkan nya?" Kaisar kembali bersuara. Menatap sosok y/n dengan tajam.

"Tidak.. apa apa y/n.." Suara sang ayah yang sama bergetar nya terdengar. Diikuti isakan tangis yang y/n yakini adalah milik ibu nya.

"Bunuh lah, atau adik mu mati." Kaisar kembali bersuara. Memberikan kode pada salah satu ksatria nya untuk memberikan y/n pisau berukuran sedang.

Y/n menggeleng. Menolak menggenggam pisau yang sedang di berikan kepada nya. Tangan kecil nya terkepal kuat. Tubuhnya masih bergetar ketakutan. Aliran air matanya pun semakin lama terlihat.

"Y/N!" Suara teriakan perempuan terdengar. Y/n tersentak. Lalu menatap wajah rupawan ibunya.

Senyum hangat yang familier tercetak jelas. Walaupun wajahnya juga dipenuhi air mata, tapi itu tidak menghilangkan garis wajah indah milik seseorang yang melahirkannya 8 tahun lalu itu.

"Ibu.."

"Tidak apa-apa nak.. demi adik mu.." balasan dari panggilan y/n sebelum nya membuat gadis itu ingin berteriak marah.

'Apa nya yang tidak apa apa!' batin nya mengamuk. Terlalu sesak untuk ia suarakan.

"Aku melirik mu karena kamu punya bakat. Kenapa menjalankan perintah ku susah sekali? Apa karena ini yang pertama?" Kaisar menginterupsi.

.
.
.

"Y/n berjanji lah satu hal. Tolong, jaga dan rawat Alana.."

"Jangan takut."

"Kami bangga padamu."

"Kamu.. adalah.. anak yang baik.. y/n.."

.
.
.

Pantulan bayangan nya tercetak jelas dalam kubangan darah di bawah pijakannya. Y/n menatap kosong kaki laki laki yang berdiri menjulang tepat dihadapan nya. Tangannya masih setia menggenggam pisau itu dengan erat.

Tubuh nya kotor terkena cipratan darah. Tidak jauh berbeda dengan wajahnya. Campuran antara air mata yang sudah mengering dengan noda darah.

Hall utama istana kekaisaran menjadi saksi bisu kebrutalan kejadian siang itu.

"You look pretty with blood all over your face.." Suara kaisar terdengar.

Diikuti dengan telapak tangan dingin yang menyentuh kulit pipinya.

Entah mengusap noda darah atau hanya sekedar untuk menyentuh pipi nya. Seakan memberi apresiasi yang tidak berarti bagi si surai raven.

"Tidak salah aku memilih mu." Seringai jahat kembali terlihat.

Lalu tak lama setelah nya. Kaisar dan seluruh ksatria pribadinya pergi meninggalkan y/n sendirian bersama dengan kubangan darah dan jasad kedua orang tuanya.

Chrysanthemum || Abel x Reader [Author of My Own Destiny]Where stories live. Discover now