XXII

900 183 1
                                    

"Aku akan menemui Fiona. Ikut lah." Suara Abel terdengar. Mereka baru memasuki ibukota beberapa saat lalu.

Tepat seperti janji Siegren yang akan menyusul Fiona ke ibu kota. Kini mereka benar benar mendatangi ibu kota. Bersama banyak ksatria. Dan membawa kepala naga sebagai pembuktian untuk menarik perhatian penduduk ibukota.

Mereka melakukan kampanye itu dengan tujuan yang sederhana. Agar Siegren bisa mendapat citra indah dimata penduduk sebagai pahlawan.

"Baik. Abel.." panggil y/n sesaat sebelum mereka turun dari kuda.

"Hmm?" Tanya Abel. Tanpa menatap wajah y/n karena sedang memberikan kuda nya pada salah satu ksatria.

"Sekarang saya adalah komandan kemiliteran Heilon. Tolong jangan memanggil saya dengan panggilan yang aneh aneh di depan banyak orang." Terang y/n. Ia takut laki laki bersurai perak di depannya bertingkah seenaknya seperti biasa.

Karena fakta bahwa tunangan seorang Abel Heilon adalah seorang rakyat biasa bisa menimbulkan banyak kericuhan bagi bangsawan kelas atas.

"Aku tidak janji." Jawab Abel jahil. Kalimat yang membuat y/n ingin menggeplak kepala pria itu.

.
.
.

"Kalau anda bekerja pada saya. Saya janji anda akan mendapatkan kedudu-"

"Hal itu tidak boleh terjadi."

Pemandangan yang menyambut Abel dan y/n begitu tiba di tempat seharusnya Fiona berada justru hal yang tidak menyenangkan.

Fiona sedang duduk bersama seorang laki laki bersurai maroon di sebuah Cafe.

Dan kalimat yang diucapkan laki laki itu semakin membuat pria bersurai perak di sebelah nya mendidih.

"Seperti nya kamu masih belum tau siapa dia. Marquess Clovis." Abel melanjutkan ucapannya. Muncul tiba tiba di belakang laki laki bersurai maroon bernama Arendt Clovis itu.

"Ah.. lohh? Tuan Duke Abel?!" Kali ini suara Fiona yang terdengar. Nada terkejut milik perempuan itu membuat y/n yang berada di belakang Abel menahan tawanya.

Y/n mengintip sebentar. Tersenyum cerah menatap putri kecil nya yang juga menatap terkejut melihat keberadaan nya di ibukota.

Tangan y/n terangkat. Melambai pelan pada Fiona.

"Wah.. saya tidak menyangka akan bertemu anda disini. Kebetulan yang menyenangkan." Tapi suara Arendt menghilangkan senyuman ramah pada wajah rupawan y/n.

Laki laki bersurai maroon itu tanpa tau malu menggenggam lembut tangan y/n sebelum mengecup nya sopan. Tindakan yang membuat Abel menatap garang intensitas bersurai merah di depannya.

Y/n menarik tangan nya dengan segera. Tersenyum seadanya sebelum bersuara.

"Maaf saya sudah punya tunangan. Lalu.. anda siapa ya?" Ucapnya dengan tampang polos.

Tentunya itu suatu kebohongan. Sudah sering y/n melihat sosok laki laki bernama Arendt Clovis berkeliaran di istana selama dia menjadi y/n. Namun mereka memang tidak pernah bertemu secara langsung sebelum nya.

Arendt tersentak sebelum sedetik kemudian memasang tampang tersakiti.

"Kita sudah pernah bertemu di istana kekaisaran beberapa tahun lalu nona Roseline." Balas Arendt.

"Saya tidak tau. Apa hubungan anda dengan calon istri saya. Tapi tolong jaga tangan anda agar tidak sembarang memegang milik orang lain marquess." Abel membalas dingin. Menarik lembut pinggang y/n agar mendekat kearah nya.

Fiona menahan senyum. Merasa puas dengan keadaan tak terduga yang cukup menyenangkan di depan nya.

"Lalu ada urusan apa marquess Clovis dengan anak ini?" Lanjut si surai perak. Mereka berdua kini sudah berdiri di belakang Fiona yang masih terduduk di kursi cafe.

Y/n tersenyum hangat. Menyentuh pundak kecil milik gadis yang duduk di depan nya. Senyum hangat yang terkesan mengancam.

"Saya sedang membicarakan hal yang sangat penting pada nona 'Celine'." Terang Arendt. Kalimat yang membuat y/n dan Abel reflek menoleh dengan tatapan bertanya tanya kearah Fiona.

"Begitu kah? Tapi sepertinya pembicaraan itu harus ditunda." Abel kembali bersuara.

"Sayangnya tidak bisa begitu." Arendt juga tidak mau kalah.

"Apa saya boleh tau topik pembicaraan yang tidak bisa ditunda itu tuan?" Kali ini y/n membuka suara. Arendt tersentak.

"Dengan berat hati saya tidak bisa mengatakan nya walaupun saya ingin nona." Si surai maroon menjawab. Ekspresi nya terlihat sedih. Sangat terlihat jelas kalau ia menaruh setidaknya sedikit perasaan pada y/n.

"Kalau begitu dengan berat hati juga. Saya merasa harus meminta tuan Clovis menunda perbincangan nya. Karena saya ingin menghabiskan waktu dengan putri kecil saya." Balas y/n mengusap pelan surai perak Fiona.

Arendt tercengang. Menatap Abel dan y/n bergantian.

"Saya baru tau kalau anda sudah memiliki putri."

"Dia putri angkat kami. Baru saja menjadi putri kami." Abel menjawab dengan segera.

"Tapi nona Celine tidak terlihat tahu mengenai hal tersebut." Arendt masih berniat bersilat lidah.

Y/n menghembuskan nafas lelah. Tatapan nya yang sebelumnya hangat kini memperlihatkan kilat marah dalam iris merah terang nya.

"Marquess Clovis-"

"Baiklah.. kalau begitu saya permisi."

Belum sempat y/n menyelesaikan kalimatnya. Arendt sudah memotong. Tingkah yang sangat terlihat mengesalkan dimata Abel.

Walaupun untungnya dia masih bisa menahan emosinya karena y/n mengusap lembut punggung pria itu.

Tapi suasana tenang setelah kepergian Arendt Clovis tidak bertahan lama karena suara teriakan histeris orang orang mulai terdengar.

"Kyaakk"

"Apa itu?!"

"Apa itu monster?"

"Cepat lari!"

Teriakkan teriakan penduduk yang membuat situasi semakin rusuh. Fiona berlari segera setelah mendengar teriakkan itu. Namun Abel dan y/n menahan gadis itu.

"Tenang lah. Itu bukan monster seperti yang kamu bayangkan." Y/n berucap pelan. Fiona tersentak.

"Semua nyaa jangan larii! Jangan lari dan lihatlah." Kali ini suara anak laki laki kecil terdengar.

Abel tersenyum samar. Menunjuk tepat ke depan kampanye yang dipimpin oleh Siegren. Kepala naga besar terlihat di tengah tengah kampanye tersebut.

'Nah Fiona.. lihatlah'

'Itu bukan monster yang akan menggangu orang orang'

'Tapi bocah yang datang mengejar mu.'

Chrysanthemum || Abel x Reader [Author of My Own Destiny]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum