VIII

1.3K 263 9
                                    

Siapa yang tidak akan jatuh cinta?

Anak kecil yang sudah mati bersamaan dengan tangannya yang kotor terkena noda darah setelah mencabik cabik kedua orang tuanya.

Seseorang yang selama 20 tahun masa hidupnya selalu dipaksa mematikan sisi manusia nya demi membunuh manusia lain agar orang yang disayanginya bisa bertahan hidup.

Y/n tidak pernah sekalipun mempedulikan nyawanya. Ia hanya hidup untuk memenuhi wasiat ayahnya yang meminta nya menjaga dan mengurus sang adik. Dan karena itu. Tidak peduli mau tidak mau nya, suka tidak suka nya. Y/n harus melakukan nya.

Harus menghunuskan pedangnya pada banyak orang. Tidak memandang mau mereka bangsawan ataupun rakyat biasa.

Lalu menumpahkan darah orang orang itu. Orang orang baik yang harus mati karena kegilaan keluarga kekaisaran.

Demi adiknya.

Alana seorang.

Alasan penderitaan nya. Tapi juga alasan yang membuat nya masih bernafas sampai saat ini.

Dan dia tidak jatuh cinta pada orang yang memberikan nya arti 'kehidupan'?

Terdengar naif.

Tapi itulah y/n, seorang wanita dewasa berwujud perempuan 28 tahun yang sebenarnya hanya tubuh berisi jiwa anak kecil berusia 8 tahun.

Anak kecil yang selama ini hanya 'ada' akhirnya 'hidup' kembali pada usianya yang ke 28 tahun karena bertemu laki laki yang berhasil memberikan nya arti kehidupan tersebut. Seakan waktu kembali berjalan lagi ketika wanita bersurai raven dengan iris merah terang itu bertemu pemimpin Wilayah Utara.

Abel Heilon.

Pahlawan nya.

.
.
.

"Kau sering terlihat melamun akhir akhir ini Roseline. Apa ada sesuatu yang menganggu mu?" Suara Abel terdengar.

Mereka berdua sedang menyantap makan siang bersama. Kegiatan yang entah kenapa menjadi rutinitas semenjak wanita bersurai raven itu naik jabatan menjadi ksatria elite keluarga Heilon.

"Bukan apa apa tuan. Hanya sedikit merindukan orang tua saya." Y/n menjawab dengan senyum kecil. Tatapan nya yang terkesan sendu ketika menyuarakan kalimat barusan membuat Abel seakan bisa ikut merasa sedih.

"Aku akan memberikan mu cuti. Temui lah orang tua mu." Abel menjawab. Kalimat yang menciptakan kekehan kecil dari si surai raven terdengar.

"Maksud saya.. Mendiang orang tua saya." Jawab y/n disela sela kekehannya. Ekspresi
Abel ketika mendengar penjelasan y/n membuat perut gadis itu semakin terasa geli.

"Anda tidak mencari tahu asal usul saya tuan? Seperti bukan anda saja." Si surai raven berucap jahil.

Dia yakin laki laki di hadapannya sudah terlebih dulu mencari tau asal usulnya sejak y/n pertama kali menginjakkan kaki di istana ini. Tapi y/n juga tau kalau asal usul yang bisa ditemukan oleh Abel hanya data pribadinya. Bukan keluarga. Karena kehidupan sebagai Roseline memang hanya dirancang seadanya oleh kaisar.

Dan sekarang baik Abel maupun y/n sudah kembali memfokuskan diri pada lauk pauk di piring mereka masing-masing.

Tepat sebelum laki laki bersurai perak yang sejak awal menatap y/n lekat itu kembali membuka suara.

"Aku akan memeriksa keadaan benteng 1. Kau juga ikutlah." Ucapnya. Y/n mengangguk sebagai respon. Ia risih dan salah tingkah karena tatapan atasannya yang terus mengarah padanya.

Lalu disinilah mereka berakhir sekarang.

Berdiri berdampingan dengan pakaian tebal khas musim dingin. Cuaca utara memang selalu dingin. Dan akan lebih dingin jika berdiri bersebelahan dengan laki laki jangkung yang psikopat di sebelah y/n ini.

Benteng 1 adalah benteng yang biasanya hanya diserang oleh monster level 5 atau 6 monster terlemah di wilayah Utara. Namun entah kenapa malam tadi Abel dan y/n mendapatkan kabar kalau 30% ksatria gugur karena serangan monster.

Dan karenanya Abel memilih melihat keadaan dengan mata kepalanya sendiri.

"Nona Roseline. Jika anda tidak keberatan di sana juga butuh bantuan tambahan." Ucap ksatria yang tiba-tiba menghampiri y/n dan Abel.

Abel melirik ksatria itu.

"Jeron kamu pergilah. Roseline tetap disini." Putus laki laki itu seenaknya. Kebiasaan yang selalu membuat y/n ingin memukul kepala Abel.

"Ini bangkai monster level 3." Gumaman y/n setelah mengamati tubuh berbulu monster yang kepalanya sudah terpenggal di depannya.

Abel berjalan mendekat. Ikut menatap monster yang sedang mengambil atensi perempuan bersurai raven di sebelahnya.

'Ada yang aneh.. kalau monster yang seperti ini ada disini berarti pemimpin kelompok monster tingkat 5 dan 6 yang sebelumnya sudah dihabisi.' batin y/n. Intuisinya semakin terasah karena sudah lama menghabiskan waktu dengan para monster buruk rupa ini.

"Tuan saya akan masuk ke dalam." Penyataan tiba tiba wanita dengan iris merah terang itu membuat Abel menghembuskan napas lelah.

"Bawakan dua kuda kemari." Titah Abel pada salah satu bawahan mereka.

"Padahal saya bisa sendiri tuan.." gumam y/n. Dia hanya memberi tau bukan mengajak Abel ikut juga.

"Bagaimana bisa aku membiarkan ksatria tersayang ku masuk dalam sarang monster sendiri an?" Jawaban yang tak disangka sangka oleh y/n terdengar dari orang yang juga tidak disangka sangka.

'tungguuu!!!! Tersayangg????' batin y/n berteriak. Diikuti wajah rupawan nya yang perlahan memerah seperti orang yang baru terkena demam.

Y/n masih tidak terbiasa dengan kelakuan Abel yang tidak jelas. Terkadang laki laki itu terlihat memperlakukan nya berbeda seakan memberinya kesempatan untuk mendekat. Lalu di lain waktu Abel menjadi orang yang sangat membatasi diri darinya.

"Anda gila tuan?!" Teriak y/n tertahan. Sebelum wanita itu melarikan diri dengan kudanya.

Tingkah yang berhasil menciptakan senyum tertahan terlihat dari mimik datar laki laki bersurai perak yang sebelumnya dengan sengaja menggoda y/n..

***

Sudah lewat dua hari sejak Abel menggoda y/n di benteng 1. Namun dalam jarak waktu 2 hari itu baik y/n dan Abel belum bertemu satu sama lain. Alasan nya bukan karena y/n masih salah tingkah atau malu. Tapi karena mereka berdua memang masih sibuk mengurus rekrutmen ksatria baru.

Terutama y/n yang diminta melatih para calon ksatria itu.

Dan sebelum melakukan pelatihan tentu nya y/n harus mengetahui identitas orang orang yang akan menjadi bawahan sementara nya kan. Maka dari itu, kini terlihat seorang gadis dengan iris merah terang yang sedang duduk sofa kamarnya. Dengan setumpuk file berisi data diri calon ksatria tepat di hadapannya.

"..ya.. baiklah mari kita mulai." Ucap si surai raven sembari merenggangkan diri.

Sekitar 2 jam kemudian.

Suara ketukan di pintu kamar y/n terdengar. Bersamaan dengan terlihat nya sosok dayang kesayangan gadis itu. Michel.

"Nona.. maaf mengganggu tapi. Seperti nya tuan duke memerlukan bantuan anda." Tertangkap nada khawatir dalam ucapan Michel membuat y/n semakin bertanya tanya apa yang terjadi.

"Ada apa?" Y/n berdiri dengan segera sembari mengambil mantel bulu nya yang tergeletak di sudut sofa.

"Tuan pulang dari benteng 2 dalam keadaan mengerikan."

Chrysanthemum || Abel x Reader [Author of My Own Destiny]Where stories live. Discover now