XIX

991 219 15
                                    

"Kamu seorang bangsawan ya ternyata." Siegren berucap pelan. Satu minggu sudah terlewati sejak ia datang ke istana Heilon dengan tubuh penuh luka.

"Bukan. Aku rakyat biasa. Yang kebetulan di pungut oleh Abel karena bakat ku." Balas y/n santai. Masih memfokuskan diri pada rangkaian bunga di kamar yang kini ditempati oleh laki laki kecil itu.

Hobi y/n yang sangat jarang di lakukannya karena terlalu sibuk. Merangkai bunga.

Siegren masih terdiam. Entah memikirkan apa. Sama seperti y/n yang juga tenggelam dalam lamunan nya.

"Lalu kenapa semua pelayan disini memanggil mu nyonya?" Tanya Siegren polos.

"Kamu belum cukup umur." Balas y/n langsung.

"Saya sudah 14 tahun asal anda lupa nyonya." Kali ini Siegren membalas formal. Kalimat yang entah kenapa membuat y/n tertawa renyah.

Tawa yang terdengar hangat bagi laki laki kecil yang terduduk di atas tempat tidur. Tawa familiar yang mengingatkan nya pada keberadaan seseorang.

"Kamu.. mirip mendiang ibuku." Gumam Siegren pelan. Y/n tersentak sejenak sebelum tetap melanjutkan kegiatan nya.

"Terimakasih pujian nya. Tapi beliau pasti orang yang baik." Balas y/n setelah beberapa menit terlewati.

"Lalu kamu bukan orang baik?"

"Saya bukan orang baik."

.
.
.

Suara kerusuhan khas medan perang kembali terdengar. Di tengah-tengah kerumunan monster itu terlihat seorang wanita bersurai raven dengan bilah pedang yang bersilau terkena pantulan cahaya senja.

Pemandangan indah yang tidak pernah bisa membuat bosan orang orang yang menonton nya.

Termasuk salah satu laki laki bersurai perak yang sejak tadi ikut memperhatikan dari jauh. Membiarkan wanita terkasih nya meluapkan perasaan dengan membelah belah tubuh monster.

"Nyonya.. selalu terlihat bersinar di medan perang." Jeron bersuara pelan. Kalimat yang entah kenapa membuat Abel tersulut.

"Perintah baru bagi semua ksatria. Balikkan badan kalian!" Titah laki laki itu sedetik kemudian.

Diikuti senyum kemenangan yang tercetak jelas di wajah rupawan Abel. Kelakuan yang selalu berhasil membuat Jeron lelah mengurus atasannya itu.

Tidak perlu waktu lama, y/n kini sudah berhasil mengamankan benteng 1. Perempuan itu kemudian menaiki atap benteng. Hanya untuk menatap medan perang dari sudut yang lebih leluasa.

Kebiasaan y/n setelah menjadi komandan. Ia terbiasa menghitung jumlah korban dari pihak nya. Dan mayat para monster yang berhasil di bantainya.

Langkah kaki pelan terdengar mendekati. Diikuti dengan sepasang lengan kokoh melingkar di pundak nya.

"Saya bau darah tuan." Y/n berucap pelan. Ucapan yang sangat berbanding terbalik dengan tubuhnya yang justru bersandar pada dada bidang Abel.

"Ayo pulang. Aku ingin tertidur dalam pelukan mu." Balasan Abel terdengar.

Y/n mengangguk. Menyadari nada lelah dari suara sang kekasih barusan. Akhir akhir ini penyerangan monster semakin meningkat. Walaupun jumlah ksatria juga bertambah tapi korban juga tetap berjatuhan.

Dan kenyataan itu terkadang melelahkan bagi seorang pemimpin. Karena bukan hanya harus mengamankan situasi. Abel juga harus memikirkan nasib keluarga yang ditinggalkan oleh ksatria nya yang gugur.

Y/n pun sama. Perempuan itu harus mengatur pelatihan ksatria baru. Membagi formasi untuk keamanan setiap benteng. Juga terkadang menjadi saksi mata dari rekannya yang tewas karena kebrutalan monster monster yang menyerang.

Tekanan fisik dan mental yang selalu berjalan berdampingan dengan perang.

Dan semua orang pasti akan mengalami masa lelah nya. Sesering apapun orang itu berada dalam medan perang. Kali ini adalah giliran Abel. Dan sebagai kekasihnya. Y/n adalah satu satunya tempat bersandar laki laki itu.

***

Siang keesokan harinya tepat setelah malam panas pertama yang dilewati oleh y/n dan Abel, kedua orang itu memanggil Fiona menuju ruang kerja Abel. Lebih tepat Abel yang memanggil. Karena y/n hanya mendampingi.

Layaknya ksatria pada umumnya yang berdiri di belakang tuannya yang duduk di kursi kerjanya.

Pembicaraan kedua orang itu berlangsung cukup lama. Topik awalnya adalah tentang asal usul Siegren. Lalu dilanjut dengan membahas eksistensi Fiona. Dan selama itu pula y/n hanya menyimak.

Kalau boleh jujur. Wanita itu merasa tubuhnya masih remuk karena kelakuan Abel diatas ranjang tadi malam. Tapi demi harga dirinya. Y/n tetap memaksakan diri melakukan kewajiban nya sebagai komandan ksatria Heilon.

"Semua orang yang melihat mu pasti menganggap mu genius." Suara Abel terdengar.

"Sebenarnya selama ini aku tidak tau harus mewaspadai mu atau menerima keberadaan mu.. meski bagus karena kamu kuat dan berguna. Tapi kemampuan yang jauh melampaui orang lain itu bagai pedang bermata dua." Lanjut laki laki itu. Y/n menatap lekat ekspresi tercengang dari wajah manis Fiona.

Secara kasar wanita itu merasa mengetahui apa yang sedang dipikirkan perempuan kecil di depannya.

"... Apa tuan akan mengusir saya?" Tanya Fiona pelan. Ekspresi nya berubah sedih dan takut.

"Tidak.. justru sebaliknya. Aku sudah memutuskan untuk menampung mu." Balasan dari Abel terdengar. Kalimat yang tentunya berhasil dengan segera menghilangkan raut sedih dari wajah rupawan si surai perak kecil.

"Jadi seperti nya. Tidak masalah kalau aku mulai mempercayakan hal lain pada mu." Lanjut nya. Diikuti dengan Abel memberi kode pada y/n untuk melanjutkan penjelasannya. Perintah yang langsung dilaksanakan oleh wanita itu tanpa basa basi.

"Belakangan ini, masuk petisi dari penduduk di sekitar benteng 4. Mereka bilang. Banyak prajurit bayaran yang melakukan kekerasan dan pelecehan." Terang y/n.

Memberikan beberapa lembar kertas pada Fiona yang diyakini gadis itu adalah data data tentang masalah mengenai prajurit bayaran kali ini.

"Beraninya mereka mengusik penduduk ku di daerah yang ku lindungi. Aku terkesan dengan keberanian bodoh mereka." Kali ini Abel kembali bersuara. Aura gelap menyelimuti laki laki. Menandakan dengan jelas kenyataan kalau ia sedang kesal.

"Fiona.. dengan persetujuan Abel. Aku memberikan izin sementara untuk mengurus prajurit di benteng 4. Tolong. Buat orang orang kurang ajar itu membayar tingkah mereka." Y/n berujar dingin. Senyum hangat nya yang biasa terlihat menenangkan itu kini terlihat mengerikan.

"Baik. Saya akan mengurus mereka dengan benar." Jawab Fiona tegas.

Jawaban yang terdengar memuaskan bagi dua orang petinggi Heilon di hadapannya. Lalu setelah itu Fiona kembali ke kamar. Menyiapkan barang barang untuk pergi beberapa hari mengunjungi benteng 4. Bersamaan dengan dia yang mengantar Siegren kembali ke tempat ditemukannya anak itu pertama kali.

Sedangkan y/n. Wanita bersurai raven tersebut menjatuhkan diri sesaat setelah Fiona keluar. Untung nya Abel bisa dengan cekatan menangkap tubuh ramping wanita nya sebelum benar benar menghantam keras nya lantai.

"Kamu baik baik?"

"Apa.. saya terlihat baik baik tuan ku?" Kesal y/n menatap sinis iris biru keabu-abuan Abel.

"Maaf maaf.." kekeh Abel. Balasan yang membuat tangan ramping y/n memukul bahu nya. Kesal pada kenyataan kalau Abel tidak merasa bersalah sama sekali karena sudah membuat kaki nya tidak bertenaga.

Namun walaupun begitu. Abel tetap menggendong y/n dengan lembut. Membawa wanita nya kembali ke kamarnya.

Hanya untuk y/n mendapatkan tubuh yang semakin lemah dan dipenuhi bekas kemerahan keesokan harinya.

Chrysanthemum || Abel x Reader [Author of My Own Destiny]Where stories live. Discover now