VII

1.4K 280 10
                                    

Crang!

Trang!

Suara bilah pedang yang beradu terdengar. Sumber yang menjadi titik pusat dari kerumunan orang orang yang memakai seragam ksatria disekitar tempat tersebut.

Pasalnya. Sangat jarang ksatria ksatria itu bisa melihat seorang perempuan yang sangat mahir menggunakan senjata tajam. Ditambah lagi orang yang menjadi lawan tanding wanita itu adalah pemimpin keluarga bangsawan Heilon. Duke Abel Heilon.

Kegiatan yang dijadikan kesempatan emas bagi mereka untuk menonton pertandingan dua orang terkenal di wilayah utara. Karena hanya dengan itu mereka bisa melihat bagaimana dua orang profesional mengayunkan pedangnya masing-masing.

"Ya! 20 menit 40 detik!" Suara Jeron terdengar. Kalimat yang menandakan selesai nya pertandingan latihan antara y/n dan Abel.

Jeron adalah ajudan Abel. Dia laki laki berbakat yang bisa terbilang cukup tampan. Ditambah kepribadian nya yang hangat membuat Jeron lumayan terkenal di antara para dayang. 

Y/n bisa mengetahui itu karena sering bergosip dengan Michel. Lalu ia juga cukup sering berinteraksi dengan Jeron mengenai masalah pekerjaan.

"Kamu sudah lebih santai ya sekarang. Dulu gerakan mu tajam sekali. Lebih cocok membunuh manusia daripada monster." Abel berucap ringan. Ucapan yang entah kenapa menohok langsung ulu hati y/n.

'yaa.. gimana yaaa...' batin si surai raven menghindari kontak mata dengan atasannya.

"Saya bisa menguasai nya juga berkat bantuan tuan." Akhirnya y/n menemukan kalimat sempurna untuk menjawab perkataan Abel sebelumnya.

Senyum samar terlihat dari ekspresi dingin si surai perak. Senyum yang hanya bisa dilihat oleh y/n yang berjarak beberapa langkah dari laki laki itu.

"Nanti siang datang lah keruangan ku. Ada yang ingin kubicarakan." Abel kembali bersuara. Tepat sebelum laki laki itu memberikan botol minumnya pada y/n dan berjalan menjauh.

'???? Kenapa dia meninggalkan tempat minum nya padaku?' ekspresi meminta penjelasan terpampang jelas dari wajah cantik si surai raven.

Tapi dengan segera pikiran gadis itu teralihkan oleh kerumunan ksatria disekitarnya yang meminta bantuan pembelajaran dari y/n. Kelakuan modus setiap y/n ada di tempat latihan. Alasan ini pula yang membuat y/n mencari tempat lain untuk berlatih.

.
.
.

"Sudah 8 bulan ya ternyata aku ada disini." Gumanan y/n terdengar. Ia sedang dalam perjalanan memenuhi panggilan atasannya tadi pagi untuk menemui laki laki yang kini itu siang hari nya.

Tok tok tok

"Tuan Abel, ini saya. Roseline." Y/n bersuara beberapa saat setelah mengetuk pintu besar dihadapannya.

"Masuk." Suara datar nan dingin milik Abel terdengar.

Dan tanpa waktu lama y/n kini sudah berdiri tepat di depan meja kerja si surai perak. Iris biru keabu-abuan milik Abel adalah hal pertama yang menyapa gadis itu ketika ia mendongak kan kepala menatap tepat ke arah depan.

'Sudah dua bulan dan aku masih belum bisa menebak isi pikirannya.' batin si surai raven itu. Cukup frustasi karena dengan itu ada kemungkinan kalau misi nya akan lebih rumit dari sebelumnya.

"Mulai sekarang kamu adalah salah satu anggota pasukan ksatria elite." Putus Abel sekenanya.

"Eh?" Entah kenapa y/n justru menampakkan ekspresi bodoh nya setelah mendengar pernyataan tiba tiba Abel.

"Kamu harus melihat ekspresi bodoh mu itu." Kekehan Abel terdengar bersamaan dengan berdirinya laki laki itu.

Y/n masih mencerna situasi yang sedang dialami nya sekarang tepat ketika laki laki jangkung dengan surai perak berdiri di hadapannya.

Tangan Abel terangkat pelan. Menyentuh lembut puncak kepala y/n. Perlakuan yang tanpa sadar membuat y/n menutup mata. Menikmati kehangatan telapak tangan di puncak kepalanya.

'Gemas nya.' Batin Abel. Senyum lembut terlihat di wajah tampan laki laki itu.

Senyum yang langsung sirna ketika y/n membuka matanya.

"Kau masih takut pada cermin?" Tanya Abel perlahan. Takut topik yang di tanyakan nya melenyapkan suasana hangat yang sudah terbangun diantara mereka berdua.

Mereka berdua kini berdiri berdampingan di balkon ruang kerja Abel. Menatap pemandangan bunga musim dingin yang bermekaran di pekarang istana Heilon itu.

Y/n melirik laki laki di samping nya sejenak sebelum membuka suara.

"Seperti nya begitu." Jawabnya santai.

Jawaban yang ternyata membuat Abel menghembuskan nafas lega. Ketakutan laki laki bersurai perak itu ternyata tak beralasan. Walaupun y/n masih terlihat enggan membicarakan nya setidaknya gadis itu tidak menunjukkan ketidaksukaan nya terang terangan.

Hening.

Y/n tenggelam dalam pikirannya dalam waktu yang cukup lama sebelum kembali tersadar karena Abel menyampirkan jas pada bahu wanita di sampingnya.

"Pakailah, sudah mulai masuk musim dingin. Aku tidak bisa membiarkan ksatria ku sakit karena flu." Kalimat penjelas dari Abel membuat si surai raven tanpa sadar menundukkan kepalanya.

'Benar.. hanya ksatria.' batin y/n tersenyum sendu.

"Kalau sudah tidak ada yang ingin anda bicarakan lagi. Saya izin kembali ke kamar." Balas y/n setelah ia berhasil kembali menguasai dirinya sendiri.

Abel mengangguk mengiyakan sebagai jawaban.

.
.
.

Seorang wanita terlihat berdiri menatap pemandangan luar kamarnya dari balkon. Hembusan angin yang cukup kencang saat itu membuat surai legam nya bergerak mengikuti arah angin dengan lembut.

Ia sudah nyaman tinggal di dalam bangunan besar ini. Istana yang terlihat dari luar seakan menjadi tempat hunian seorang iblis justru bisa lebih memperlakukan nya sebagai manusia dibanding istana kaisar yang terkesan hangat jika hanya melihat tampilan luarnya.

Y/n tanpa sadar telah jatuh hati, baik pada istana Heilon. Maupun sosok pemimpin istana itu.

Orang yang seharusnya menjadi tokoh utama misi pengintaian nya kali ini.

Chrysanthemum || Abel x Reader [Author of My Own Destiny]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum