02. Han River

331 67 6
                                    


20Nov2022;sunday

.

.

_____________________________________

_____________________________________

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


Kakiku melangkah turun dari kereta. Pergi menuju pintu keluar dengan tangan yang menelusup masuk kedalam kantong hoodie. Hanya bersiap menyapa udara malam di musim dingin.

Bahuku lumayan bergetar. Ya, aku tak sempat memakai baju tebal tambahan. Hanya terlalu khawatir, saat gadis nakal dan ceroboh itu mengirimkanku potongan pesan dari pamannya.

Katanya paman Jung beserta istri dan anaknya sedang pergi mengunjungi Sungai Han.

Kebetulan yang bodoh!

Karena Lisa juga sedang berkencan disana.

Aku memutuskan untuk duduk di salah satu bangku. Memakai tudung hoodie sambil memperhatikan sekitar. Mencari keberadaan Lisa atau mungkin Paman Jung.

Mengeluarkan ponsel —aku mulai mengetikkan sesuatu yang niatnya akan ku kirim pada Lisa.

Hanya tinggal menekan perintah send —namun aku memilih menghapus pesan itu. Ya, aku takut mengganggunya.

Sudah seperti idiot saja aku dibuat gadis itu.

Jika ku abaikan, aku takut mendapat imbas yang buruk dari paman Jung, atau malah dari ibuku sendiri. Bagaimana pun juga, kemarin aku sendiri yang menemui kedua orang itu secara langsung demi kelancaran kencan Lisa hari ini.

Brrr...

Aku semakin menggigil saja. Udara dingin seakan menusuk tulang-tulangku. Ku rapatkan kaki hingga menjadi satu dengan dadaku. Aku masih terus menunggu hingga waktu berlalu cukup lama.

Sepuluh menit, lima belas menit, sampai kemudian satu jam sudah terlewati.

Drrt... Drrt...

Buru-buru ku ambil benda di saku hoodie ku. Sudah bisa ditebak jika itu Lisa.

Tanpa sadar senyumku mengembang. Ya, aku agak lega meskipun belum membuka isi pesan yang masuk ke ponselku.

Jinny♡: Oppa! Kata eomma kau sedang diluar? Belikan aku pie susu dengan secangkir coklat panas ya saat pulang! Dua porsi. Untuk Jenny juga.

Ternyata adikku.

Senyum yang tadi terbentang, mulai luntur setelah membaca pesan itu. Kini bahkan sudah menjadi simpul kecil seiringan dengan jemariku yang mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan Jinny. Mereka masih lima tahun, tapi cara bicaranya benar-benar seperti orang dewasa.

Aku menyukainya, kadang-kadang. Tapi lebih sering kesal karena mereka sering meledekku dengan kata 'lelaki kesepian'.

Itu fakta, sih. Haha.

My Sour PieTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon