CHAPTER 1 ◆ Their Most Secret Plans That Have Been Leaked

158 4 0
                                    

          ALARM alami di diri Anya Alexeeva segera menyadarkannya dari tidur lelapnya. Seperti ada yang membangunkannya, meskipun dia hanya tidur sendirian, dan konyolnya berada di bawah kolong ranjang—hanya untuk berjaga-jaga jika ada yang tiba-tiba menyerangnya. Dia langsung bergerak waspada begitu terbangun sembari matanya bergerak liar memindai seluruh kamarnya yang remang-remang. Tangannya dengan cepat meraih sebuah pistol dari balik bantalnya. Perhatiannya mulai terfokus pada jendela kaca besar dengan tirai kelabu lalu pandangannya beralih lagi ke pintu masuk kamarnya. Ruang kamarnya ini sama suramnya dengan dirinya. Terlihat sederhana, tidak begitu banyak perabotan yang dia miliki. Seseorang pasti akan bosan luar biasa jika berada di kamarnya ini, namun tidak berlaku untuknya yang merasa sangat betah sekali. Untuk beberapa detik dia menunggu suara berisik dari luar yang sering dia dengar tiap paginya. Suara berisik yang berasal dari kumpulan pria-pria yang menjadi rekannya selama ini. Teriakan, suara tawa, ejekan dan makian adalah hal yang biasa dia dengar.

          Namun anehnya saat ini sunyi meskipun detik demi detik berlalu. Tidak ada suara apapun. Tenang sekali. Terasa aneh. Janggal. Tidak biasa. Ini tidak seperti pagi dengan rutinitas biasanya.

          Anya menyipitkan matanya menatap sekali lagi pintu kamarnya itu dengan curiga. Dia lalu meraih ponselnya di atas nakas samping tempat tidur dan mulai mengeceknya. Jam menunjukkan pukul sepuluh lewat dua puluh. Ini sudah bukan pagi buta lagi melainkan menjelang siang hari.

          Pikir Anya pasti ada yang salah. Selama dia tinggal di sini sejak dahulu kala, dia tak pernah melewatkan suara berisik tersebut yang selalu mengganggu tidurnya yang lelap sehingga membuatnya harus terbangun dengan rasa kesal sembari menggerutu. Mungkin itu terdengar seperti sesuatu yang bagus karena suasana saat ini sangat tenang, tapi sebenarnya itu tampak membawa kabar yang buruk.

          Apakah mereka melakukan rapat rahasia tanpa seorang Anya Alexeeva? Apakah kehadirannya tak diperlukan lagi? Tapi mengapa? Apa alasannya?

          Merasa bahwa dia tak bisa hanya menduga-duga sesuatu yang tak jelas dan membuatnya penasaran, Anya segera bergerak dari bawah kolong ranjangnya lalu melangkah keluar dari kamarnya dengan penuh hati-hati. Dia hanya menggunakan gaun tidur satin sembari memegang pistolnya dengan gerakan siaga memindai seluruh ruangan mansion megah bergaya Victoria ini.

          Perlahan Anya bergerak menuju ke sebuah pintu tanpa menimbulkan suara apapun. Pelatihan yang didapatkannya selama ini sangat membantunya dalam pekerjaannya termasuk melangkah tanpa suara meskipun bergerak cepat.

          Tangan Anya meraih knop pintu dan membukanya lalu menodongkan pistolnya ke seluruh ruangan, namun sayang, tak ada siapapun di sana. Ruangan itu kosong melompong.

          Anya bergerak cepat lagi memindai seluruh ruangan lain di dalam mansion yang luas ini. Benar-benar sangat sunyi sekali, seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Dia tiba di sebuah lorong lalu membuka pintu di mana ruangan tersebut biasa digunakan untuk tempat bersantai bersama-sama sembari bermain game ataupun menonton film. Kepala Anya mengintip ke dalam pintu, dan lagi-lagi tak menemukan siapapun di sana. Ruangan itu juga kosong.

          Benar-benar janggal.

          Memasuki ruangan lain, Anya bergerak cepat turun dari tangga menuju ke arah dapur. Di sana pun tetap kosong. Hanya banyak gelas-gelas dan piring-piring kotor yang dibiarkan begitu saja di dalam wastafel. Belum lagi bekas bungkus makanan ringan maupun cepat saji yang bergelimpangan di atas meja makan. Benar-benar pemandangan yang menjijikkan. Anya sama sekali enggan melakukan pekerjaan beres-beres meskipun dia adalah seorang wanita. Pikirnya semua orang bisa melakukannya tanpa harus memandang gender.

          Setelah dari dapur, Anya kembali menuju ke ruangan lain. Ruangan itu disulap menjadi seperti layaknya ruangan kantor. Dia masuk diam-diam dan mulai melihat berkas-berkas di atas meja. Sayangnya tak ada yang mencurigakan, jadi dia harus segera keluar. Tepat di sebelah ruangan tersebut ada ruang pertemuan yang biasa mereka gunakan jika ada pertemuan untuk pekerjaan mereka.

Darker Than NightWhere stories live. Discover now