Chapter 44 [S²]

168 17 0
                                    

“Teror”

[Kanglim × Leon]

Warning!! : Typo, Dll.

~•••~

Saya Ada Disini Akan Selalu Mengawasimu.
.
.
.
.
.
.
.
Itu adalah isi dari tulisan yang ada dikertas tersebut, mengerikan, apalagi dengan tinta berwarna merah. Semakin membuat leon takut, apa ini? Apa ini teror tapi dari siapa?

Leon terus mundur sampai dia berhenti karna sofa yang mengalanginya, dia memeluk tubuhnya sendiri. Air matanya sudah keluar deras, siapa pun tolong leon, dia ketakutan!

Hiks! K─kanglim..takut” lirih leon,walau dia takut, leon masih memperhatikan kertas tersebut dengan rasa takut yang amat besar. Bibirnya terus menggumamkan nama sang suami.

Leon berjalan kesofa, dia duduk, kakinya dia angkat kesofa dan mulai memeluk dirinya sendiri. Isak tanggis terdengar diseluruh ruang tamu. Leon masih menantikan suaminya.

Hingga beberapa menit terdengar suara pintu terbuka, leon kaget, itu siapa, tolong jangan masuk!dia ketakutan.

“Sayang, aku pulang” tunggu itu seperti suara, kanglim. Tapi leon masih belum percaya kala blm melihat langsung. Sampai suara langkah kaki semakin dekat menampakan pria tampan bersurai hitam itu datang.

Leon membelakan matanya, air mata masih menurun dipipinya. Akhirnya kanglim pulang “Kanglim!!” leon merentangkan tangannya dengan posisi terduduk.

Kanglim tersenyum,sembari berjalan kearah leon. Kanglim duduk disebelah leon yang langsung diserang oleh pelukan sang istri. Dia belum menyadari kalau leon habis menangis, saat tangannya mengelus surai leon. Dia mendengar isakan dari leon, kanglim kaget mendengar isakan tersebut.

“Leon? Kau kenapa?” kanglim memegang dagu leon, dia mengangkat wajah sang manik biru. Kanglim bisa melihat, mata merah, dan pipi merah sebab menangis.

Kanglim menghapus air mata yang turun dipipi leon menggunakan ibu jarinya, kanglim menghapus dengan lembut. “Ada apa?” tanya kanglim.

Leon masih enggan untuk membuka suaranya,tubuhnya masih bergetar,tangan masih memeluk kanglim. Kanglim bener bener tidak tau apa yang terjadi, untuk membuat leon tenang akhirnya kanglim mencium kedua pipi leon.

Chupp
Chupp

Sepertinya kecupan itu berhasil membuat tenang, kanglim mengelus pipi leon. Matanya menatap mata sang istri lekat.

“Apa yang terjadi saat aku tidak ada?” kanglim bertanya dengan lembut,dia tau istrinya ini sedang ketakutan.

Leon belum mengucapkan satu kata apapun, tapi tangannya mulai menunjuk sesuatu. Kanglim melihat apa yang leon tunjuk, sampai dia melihat sebuah kertas dan kaca jendela pecah. Kanglim kaget melihat itu.

Mata kanglim menjadi dingin, rasa kesal muncul. Dia ingin bangkit dan melihat kertas itu,namun tubuhnya dihalang oleh leon yang memeluknya erat.

“J─jangan..pergii..hiks hiks!” leon memeluk tubuh kanglim sangat erat,dia tidak mau ditinggal lagi.

“Aku Tidak Pergi,aku hanya ingin mengambil kertas itu. Nanti aku kembali lagi” tangan kanglim mengelus surai leon, dia mencoba menyakinkan leon.

“Tidak! J─jangan..hiks!” lirih leon,dia menggeleng. Kanglim tidak boleh pergi jauh darinya.

Kanglim menghela napas, dia membalas pelukan leon. Dia mengelus punggung istrinya. Wajahnya sangat dingin,matanya menjadi tajam. Marah,itu yang ia rasa. Siapa yang berani melakukan ini kepada Dunianya.

Suara isakan leon mereda,mungkin dia sudah tenang. Kanglim pelan pelan melepaskan pelukan leon, matanya melihat wajah leon. Ternyata dia tertidur. Kanglim mengangkat tubuh sang istri dengan hati hati, dia tidak mau membangunkannya. Terlebih lagi kandungan leon sudah membesar.

Menidurkan leon dikasur dengan hati hati, kanglim menarik selimut untuk menutupi tubuh leon. Dia menyalakan AC di kamar mereka.

Setelah itu kanglim berjalan keluar kamar,dia menutup perlahan pintu kamar. Setelah pintu sepenuhnya tertutup. Ekpresi wajah kanglim berubah tolal, wajah dingin dan datar muncul, matanya sangat tajam. Dia mengepalkan tangannya.

Kanglim berjalan,dia masih ingat benda yang ditunjuk oleh leon. Kanglim berhenti,menatap tajam jendela yang pecah itu. Kepalanya dia tundukan,mengambil sebuah kertas dilantai. Kanglim mulai membacanya.

Matanya memerah,setelah membaca isi kertas tersebut. Dia meremas kertas tersebut hingga robek. Wajahnya sangat seram.

“Bajingan, brengsek!”

Kanglim berjalan keluar, ingin dia bantingkan pintu untuk meluapkan emosinya. Namun dia tahan karna ingat leon sedang tertidur. Kanglim berteriak untuk memanggil bodyguard yang menjaga rumahnya. Mereka mendengar suara teriakan dingin dari kanglim, mereka berlari mendatangi kanglim yang berdiri didepan rumah yang tak jauh dari pintu dengan tangan melipat didepan dada.

“Ada apa Tuan besar” kedua bodyguard itu membungkuk didepan kanglim

Apa kalian tidak bisa menjaga rumah saya!” suara itu kanglim keluarkan, suara yang bisa membuat orang ketakutan. Matanya memerah, sudah terlihat seperti orang yang ingin mengamuk.

“Maaf Tuan Besar” kedua bodyguard itu masih membungkuk. Menerima amukan dari tuannya itu.

“Siapa Yang melempar Kertas dari jendela, sampai membuat istri saya ketakutan!?” benar benar, kanglim sangat marah.

“Saya Tidak Tau Tuan. Saat kami sedang menjaga ada seseorang mengenakan jubah melempar benda. Kami mengejarnya tapi orang itu berlari sangat cepat, kami kehilangan jejaknya. Dan lagi orang tersebut mengenakan masker,kami tidak bisa mengetaui wajahnya” jelas bodyguard itu.

Kanglim mendecit, sial dia benar benar kecolongan hari ini. Kanglim membalikan tubuhnya. “Jaga Rumah saya dengan benar, kalau tidak kalian akan tau akibatnya.” kanglim berjalan masuk setelah berbicara begitu.

Kedua bodyguard kanglim, menelan ludahnya sendiri. Karna telah mendapatkan amukan dari tuannya.

~•••~

Hari sudah berganti malam, harinya leon masih tidak mau turun dari kasurnya, tubuhnya bergetar, kanglim selalu menenangkan leon. Sampai akhirnya dia bisa membuat leon tertidur, ada rasa cemas didirinya. Dia takut efek ketakutan leon membahayakan kandungannya.

Kanglim berjalan keruang tamu,dia terduduk. Mengeluarkan sesuatu yaitu Rokok.

Kanglim menyalakan Rokok tersebut, entah dari kapan pria itu merokok. Kanglim mengisap satu batang rokok tersebut,asap bisa terlihat dari batang rokok tersebut. Wajahnya menjadi dingin. Matanya,seluruh tubuhnya dingin. Rasa marah,benci. Menjadi satu.

Kanglim mengisap rokoknya, matanya memandang seluruh penjuru rumah.

Senyun kecil muncul dibibirnya. Namun, matanya yang dingin,bertambah dingin. Tidak ada senyuman sama sekali dimatanya.

Mengambil ponselnya,ia mulai mengirimkan pesan kepada seseorang.

‘Cari dan bawa Si brengsek kepada gw, yang sudah membuat dunia gw menangis’

Kanglim bangkit,berjalan kearah pintu, dia mengambil suatu benda yang jarang orang melihatnya.

Kamera pengintai.

Krekk!

Dengan satu injakan,kanglim berhasil menghancurkan kamera itu.

Entah ada berapa kamera yang disembunyikan, dan entah dari kapan kamera itu disembunyikan.

“Ternyata Sudah Kembali. Kau yang terlebih dahulu memulainya.”
























Tbc.

☆Aku Akan Selalu Menjagamu!☆حيث تعيش القصص. اكتشف الآن