Chapter 48 [S²]

161 15 0
                                    

“Janin”

“Kanglim × Leon”

Warning!! : Typo, dll.

~•••~

“Leon..”
.
.
.
.
.
.
.
Karna darah yang trus mengalir, kanglim pun menggendong leon alay bridal styal. Kanglim berlari keluar untuk membawa leon ke rumah sakit.

Namun saat ingin keluar vila tersebut, tiba tiba saja ada yang mencegah kanglim dan menepuk pundaknya. Kanglim menengok kebelakang, ternyata itu ian yang menatap kanglim tajam yang dibalas tanjam juga oleh kanglim.

“Mau Kemana lo?!” ujar ian yang terlibat kesal kanglim membawa leon.

“Lepas!” kanglim melotot, dia juga sepertinya marah lebih marah kebanding ian.

“Lo pikir gue sebaik itu ngelepasin elo?” ian menatap kanglim remeh, cengkraman dipundak kanglim dia keraskan.

“Gue mohon ian! Tolong izinin gue pergi!!” kanglim tidak peduli akan harga dirinya, sekarang dia hanya mau membawa leon kerumah sakit. Tidak peduli dia mohon mohon kepada ian, bahkan sampai sujud pun ia turuti agar leon kerumah sakit.

“Sudah Gue Bilang..GUE GA SEBAIK ITU HAHA!”

Brukk!

Satu pukulan itu menjadat diwajah kanglim, darah segar keluar dari hidung kanglim. Dia mencoba untuk seimbang agar dia tidak jatoh karna sedang menggendong leon. Kanglim pun menahan untuk tidak menonjok ian.

“Mantap..tidak melawan akan lebih baik!!” ian melotot yang menyengir, berniat untuk menonjok kanglim lagi.

Namun ian merasakan ada yang menghalangnya, dia menengok kebelakang, ternyata itu asagi menahan tangannya.

“Lo lagii?!!” kesal ian

“Cepat pergi lim!!” asagi menyuruh kanglim pergi walau wajahnya sudah babak belur menghadapi ian dan river tadi. Kanglim ragu dia tidak enak meninggalkan asagi sendiri, tapi dia juga harus membawa leon. Ah tunggu! Ada pengawal diluar,dia bisa memanggil mereka.

Kanglim pun berlari, dan pergi dari sana, ian kesal melihat kanglim yang kabur membawa leon.

~•••~

Kanglim sudah berada dirumah sakit, dia cepat karna membawa mobil full power. Kanglim langsung memanggil suster yang ada disana, sampai suster datang kanglim menaruh leon dikasur roda yang suster itu bawa. Kanglim mengikuti mereka yang membawa leon, dia trus bergumam “kumohon..bertahan...leon..”

Sampai mereka membawa leon keruangan rumah sakit. “Tuan tidak boleh masuk” perintah suster tersebut, kanglim hanya mengangguk dia berdiri didepan ruangan tersebut. Berharap semua akan baik baik saja, dia tidak peduli walau wajahnya sakit dan bengkak karna tadi. Kanglim duduk dikursi ruangan tersebut.

~•••~

Sudah 5 jam namun dokter belum kunjung keluar membuat kanglim semakin tidak tenang, dia ingin mengetaui kondisi istrinya.

Sampai suara pintu terbuka membuat lamunan ketakutan kanglim buyar, dia langsung mendongak dan berdiri saat melihat dokter keluar dari ruangan leon.

“Dokter Bagaimana Kondisinya!?” kanglim langsung bertanya dan mengahadap dokter tersebut.

“Anda Siapa Pasien?” tanya dokter itu.

“Saya Suaminya” ujar kanglim, dokter itu hanya mengangguk angguk.

“Baiklah..karna pendarahan yang sangat banyak membuat darah berkurang itu pun berbahaya untuk janinnya” kanglim membelakan matanya mendengar penjelasan dokter tersebut.

“Maka Saya Meminta izin, apakah tuan mengizinkan untuk kami melakukan pengangkatan janin?. Karna itu satu satunya cara agar pasien dan janinnya selamat” ucap dekter tersebut.

“Selamatkan Istri dan anak saya dok!!” tanpa pikir panjang, kanglim langsung mengizinkan.

“Baik pasien segera kami pindahkan keruang oprasi” ucap dokter,kanglim mengangguk dia serahkan kepada tuhan dan dokter itu.

~•••~

Kanglim sudah pindah menunggu diruang oprasi, berjalan mondar mandir karna pikirannya kacau akan ketakutan. Sampai sampai sebuah air mata mengalir dipipinya, matanya memerah. Dia bersumpah jika ada yang terjadi kepada leon dan anaknya, kanglim tidak segan segan membunuh sibajingan ian.

Sudah berapa jam selama oprasi berlangsung, dokter belum kunjung keluar. Tapi setelah itu, ajaib pintu ruang oprasi terbuka menampakan seorang dokter mengenakan masker keluar.

“Bagaimana Keadaan Istri dan anak saya!?” kanglim langsung bertanya kepada dokter itu, dia meninggikan suaranya.

“Oprasinya berjalan lancar, dan selamat anak anda laki laki,tapi karna anak anda lahir secara prematur,anak anda harus memakai alat untuk membantunya, dan juga anda tidak boleh memegang atau menggendongnya dulu” jelas dokter itu, kanglim hanya menatap tidak percaya,tapi dia bersyukur anaknya selamat.

“Baiklah..Lalu bagaimana dengan kondisi istri saya?!” kanglim bertanya lagi karna dokter blm memberitau keadaan leon

“Pasien tidak apa apa, hanya kelelahan, untung saja tadi dia sadar jadi tidak ada kendala. Kalau dia masih pingsan saya juga tidak tau harus buat apa.” ujar dokter, kanglim benar benar ingin menangis sekarang.

“Baik Terima kasih dok, jadi apakah saya boleh menemuinya?” tanya kanglim

“Boleh asal jangan menganggunya dia sedang istirahat, dan juga anda boleh melihatnya saat sudah dipindahkan keruang inap.” setelah dokter berbicara begitu kanglim mengangguk,dan dokter itu pun pergi.
.
.
.
.
.
Kanglim menatap seorang pemuda terbaring diranjang rumah sakit dengan wajah damai, kanglim membelai pipinya. Dia benar benar lega istri dan anaknya baik baik saja, walau sekarang dia tidak bisa menggendong anaknya.

Mata lentik yang pipinya sedang dibelai oleh kanglim itu mulai terbuka, menampakan manik biru terang yang indah. Itu leon, dia belun terbiasa karna lampu ruangan dia membiasakan dulu lalu dia pun sudah terbiasa. Leon menatap sampingnya, ternyata ada kanglim, leon membelakan matanya, air mata jatuh melewati pipinya.

“Kanglim!!─hiks!” leon menangis, dia memeluk pinggang kanglim, sedangkan pria yng menjadi sasaran pelukan leon itu hanya mengusap lembut surai pirang yang sedang memeluknya sembari menangis.

Sstt~ aku disini, jangan takut”
























Tbc.

☆Aku Akan Selalu Menjagamu!☆Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz