25 | Kamu mau pergi ke mana, Ra?

207 45 1.1K
                                    

CHAPTER 25 | Kamu mau pergi ke mana, Ra?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 25 | Kamu mau pergi ke mana, Ra?

🩹🩹🩹

Draft

From : serafine.roe@gmail.com

To : kaleel.jivananta@gmail.com

Subject : -

Gue hamil, Kal.

Gue hamil anak Abe.

Lo pasti benci banget sama gue. Lo memang harus benci gue, Kal. Jangan sampai lo gak benci gue karena gue udah bohongin lo.

Lo gak pernah salah apa pun, Kal. Semuanya karena keputusan gue.

🩹🩹🩹

Way to die #5
Mengatakan yang sebenarnya.

"Kamu memang sedang hamil."

Rora terdiam ketika mengingat dokter kandungan itu berbicara tentang keadaannya sekarang. Ia menggigit bibirnya dalam. Fakta itu baru ia yakini ketika dirinya datang periksa ke rumah sakit. Sebelumnya ia masih tidak percaya bahwa dirinya sedang mengandung. Ia masih tidak begitu percaya bahwa ini terjadi karena hubungannya dengan Abe dalam waktu terakhir.

Ia melangkah keluar dari rumah sakit. Langit sore saat ini begitu mendung. Entah kenapa rasanya benar-benar tidak mengenakan. Rora bahkan tidak tahu harus merasa bahagia atau sedih.

Apa yang akan orang tuanya katakan? Apa yang akan Kal bilang padanya? Jika mereka semua tahu apa yang Rora lakukan.

Dalam waktu terakhir, ia telah jatuh cinta pada orang lain. Dalam waktu terakhir, laki-laki itu berhasil membuat Rora merasa versi cinta yang lain. Rora tidak bisa membantah bahwa ia senang memiliki perasaan itu dan kata jatuh cinta begitu tepat untuk melengkapi perasaan Rora saat ini.

Meskipun ia tahu Abe adalah pacar temannya sendiri. Tapi Rora sadar ia telah melangkah sejauh ini untuk membohongi semua orang.

Fakta kehadiran manusia di dalam tubuhnya akan membuat semua orang tahu. Kehadiran manusia di perutnya kini tidak bisa Rora lagi tutupi. Ini akan memberi tahu semua orang kalau sebenarnya ia memiliki hubungan dengan Abe.

Abe, cowok itu belum tahu apa yang Rora rasakan akhir-akhir ini. Ia mengalami tanda-tanda bahwa dirinya hamil. Ia masih terus menepis itu pada awalnya, tapi akhir ini Rora menyadari bahwa ini semua adalah nyata. Bahwa ia hamil anak Abe bukanlah mimpi.

Rora membuka ponselnya untuk mencari nomor Abe. Ia akan menghubungi cowok itu untuk membicarakan ini. Ia perlu berbicara dan memberi tahunya tentang kehamilan ini. Mereka tidak lagi bisa menyembunyikan hubungan mereka dari semua orang mulai sekarang.

Tetapi panggilan itu tidak juga terjawab. Rora kembali menekan tombol panggilan lagi. Angin di luar rumah sakit terus bertiup dengan kencangnya. Orang-orang berlalu-lalang, ada yang keluar dari mobil, dan ada juga yang baru akan pulang dari rumah sakit. Sementara Rora memperhatikan awan yang berubah makin berabu pekat.

Jika Hidup Tidak Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang