10 | Gue benci banget sama lo, Ra.

239 50 557
                                    

CHAPTER 10 | Gue benci banget sama lo, Ra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 10 | Gue benci banget sama lo, Ra.

🩹🩹🩹

Draft

From : serafine.roe@gmail.com

To : kaleel.jivananta@gmail.com

Subject : Harapan

Kal.

Gue tau lo itu gak bisa suka sama cewek dengan mudah. Gue tau setiap lo tatap gue, gue merasa selalu ada gue di sana.

Tapi, Kal, lo harusnya gak cinta sama cewek jahat kayak gue.

Harusnya lo gak pernah suka sama perempuan yang mungkin buat hati lo sakit. Kalau lo tau gue yang sebenarnya, gue harap lo gak jadi cowok bego yang mau aja disakiti.

Gue mau lo benci sama gue. Gue mau lo berhenti mencintai gue lagi.

Gue benci banget sama lo, Ra.

Kata-kata itu yang gue harapkan keluar dari mulut lo. Dan gue, siap terima apa pun atas kesalahan gue yang akan buat hati lo sakit.

🩹🩹🩹

Gea tidak lagi bertemu dengan Kal sejak ia memberi tahu cowok itu kalau dirinya menjadi Cinderella. Kal seakan menjauh dan benar-benar hilang dari dunia ini. Gea bahkan kesulitan menemukan Kal di mana pun.

Sejak saat itu Gea merasa kesal karena ternyata Kal tidak sepeduli itu dengan orang di sekitarnya. Seolah-olah hanya Rora yang sangat penting bagi cowok itu. Mungkin dia tidak peduli lagi dengan apa pun, termasuk nyawanya sendiri, asalkan Rora ada di dunia ini.

Sementara sore ini, tepat dihari libur, Gea hanya memilih mengurung diri di dalam kamarnya. Sembari memperhatikan buku jurnal milik Rora lagi. Ia kembali lanjut membaca apa yang cewek itu tulis sana.

Way to Die #2:

Pergi dengan Kal.

Gea menautkan alisnya membaca tulisan itu. Tidak seperti Way to Die pertama, tulisan kedua begitu singkat. Seharusnya bagi Rora pergi dengan Kal sudah seperti kegiatan sehari-hari, tapi kenapa cewek itu harus menuliskan kata-kata itu di sana?

Dengan cepat Gea menutup buku itu dan melemparkannya ke dinding dengan kesal. Semua hal yang berkaitan dengan Rora sangat cepat membuat emosinya meningkat. Kalau ada cewek itu di dekat Gea sekarang, mungkin ia sudah menarik rambut Rora sekuat tenaga agar kemarahannya tersalurkan.

"Non Gea?"

Ketukan pintu seketika terdengar membuat Gea berdecak. "Ya?"

Suara itu adalah milik Bi Na, pembantu di rumah Gea, wanita tua yang telah menemani Gea sejak kecil. Beliau memang selalu peduli dengan Gea tetapi Gea sendiri merasa tidak dekat dengan Bi Na. Ia tidak ingin dekat dengan siapa pun termasuk dengan pembantunya sendiri. Ia sudah begitu benci dengan hidupnya hingga ia tidak suka semua hal kecuali apa yang dirinya sendiri inginkan.

Jika Hidup Tidak Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang