CHAPTER 1 | Apa hubungan kita akan berhasil, Kal?
🩹 🩹 🩹
Draft
From : serafine.roe@gmail.com
To : kaleel.jivananta@gmail.com
Subject : Tidak Bahagia
Kal ....
Gue gak ngerti sama diri gue sendiri. Gue gak ngerti sama hubungan yang lagi kita jalani.
Gue tau lo selalu ada buat gue. Gue selalu ingat setiap hal kecil yang lo lakuin ke gue. Kayak lo akan bela-belain datang ke kampus-padahal lo lagi gak ada kelas-cuma karena gue belum sarapan.
What the f*ck?! Kadang gue gak ngerti, Kal, kenapa lo bisa sepeduli itu cuma buat gue doang?
Gue mau banget teriak di depan muka lo, Kal! Kita ini cuma pacaran. Gue bukan istri lo. Lo juga bukan suami gue. Gak perlu hal-hal lebai seakan gue adalah tanggung jawab lo.
Kita belum nikah. Gue masih tanggung jawab orang tua gue dan begitu juga lo. Tapi dasar otak batu! Gue minta lo angkat Monas ke Prancis juga lo lakuin kali.
Tapi Kal ... gue gak bisa bilang langsung sama lo. Gue gak mau lo sakit hati karena berapa pun peduli yang tersedia di hidup lo buat gue, gue merasa gue gak kayak dulu lagi waktu dapat itu dari lo.
Entah kenapa gue gak bahagia, Kal.
🩹 🩹 🩹
Kaleel Jiva Nanta adalah orang yang sangat bahagia ketika bisa bebas datang ke kelab malam Jakarta untuk pertama kalinya. Seolah-olah ia baru saja mendapat pengumuman karena berhasil lolos masuk perguruan tinggi favoritnya. Padahal itu semua hanya karena ia sudah cukup umur. Sejak saat itu kelab malam menjadi tempat yang sering Kal datangi, tentu bersama dengan kekasihnya. Rora.
Ia mencari kesenangan di tempat itu. Tepatnya mereka berdua senang berada di sana. Bukan hanya Kal yang menikmati minum alkohol namun Rora juga. Meski cewek itu tidak memiliki uang tapi selagi ada Kal, semuanya memang terlihat mudah.
Mereka berdua terus meneguk gelas demi gelas sampai keduanya hampir kehilangan kesadaran-atau mungkin sudah kehilangannya.
Kal sendiri merasakan matanya terpejam sepanjang dirinya berjalan ke mobil. Awalnya ia berpikir tidak akan sampai di parkiran kelab, tapi ia tersadar sudah berada di dalam mobilnya sendiri. Matanya mencoba untuk melihat ke sekitar meski sangat berat, tepat di sebelahnya Rora juga berhasil duduk dan sampai tanpa salah mobil.
Walaupun cewek itu sudah meracau kata-kata tidak jelas menurut Kal. Meskipun Kal juga tidak yakin yang didengarnya benar atau tidak.
"Gue ...," lirih Rora lalu cegukan. "Benci banget ... sama lo, Kal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Hidup Tidak Pernah Ada
Romance"Kal, kalau hidup kita berakhir, apa kita akan bahagia? Atau nanti kita makin menderita?" Pertanyaan itu seharusnya Kal anggap canda. Suatu hal yang tidak perlu ia anggap serius. Tapi entah kenapa ia sadar, Rora sedang mabuk, setiap ucapannya bisa s...