Track 20: Validation

10.5K 2.1K 90
                                    

Wulan

"Ada kelanjutan soal kabar pencurian lagu, Lan?"

Butuh waktu untuk mencerna pertanyaan Bang Akbar. Dia bersandar ke pembatas kubikel, menatapku dengan enggak sabaran. Bahkan dia sengaja mengentakkan kaki, seolah aku membuang-buang waktunya.

Aku menggeleng, membuat muka Bang Akbar berubah masam.

"Lo bikinlah kelanjutannya. Kemarin, kan, udah gue mulai. Masa gue lagi yang bikin, itu kan tugas lo," lanjutnya. Aku harus menahan diri untuk tidak memutar bola mata ketika mendengar dia menimpakan kesalahan kepadaku.

Sedikit banyak, aku bersyukur Bang Akbar membuat tulisan itu. Meski ujung-ujungnya menimbulkan spekulasi.

"Gue tunggu hari ini, sebelum lo pulang," ujarnya.

Sepeninggal Bang Akbar, aku menimbang permintaannya. Meski ada keengganan di dalam hati, aku juga tidak bisa memungkiri bahwa ini satu dari sedikit jalan yang bisa kutempuh. Aku sudah memberi beberapa petunjuk kepada Elkie, meski samar. Setidaknya dengan menambah tulisan terkait pencurian lagu, aku menyebar petunjuk yang lain.

Tidak menghiraukan rasa gusar, aku membuka dokumen baru dan menulis artikel lanjutan. Artikel itu pendek, tapi aku memberikan petunjuk yang lebih jelas.

"Lagu Terkenal Kabarnya Hasil Pencurian"

Masih soal kabar pencurian lagu yang ramai dibicarakan belakangan. Click mendapat desas desus kalau lagu yang dimaksud merupakan salah satu lagu terkenal, bahkan dinobatkan sebagai salah satu lagu terbaik di Indonesia dan sempat menempati posisi nomor satu selama hampir satu tahun penuh di pertengahan tahun 2000an. Ada pun soal pelaku masih simpang siur. Beberapa petunjuk menuju kepada penyanyi legend yang masih aktif hingga sekarang.

Tanpa pikir panjang, aku memencet tombol send. Tidak sampai satu detik kemudian, artikel itu sudah tayang di halaman depan Click.

Melihat senyum pongah di wajah Bang Akbar, aku yakin dia akan mimpi indah malam ini karena pageviews yang meningkat.

Pekerjaanku sudah selesai, sehingga kuputuskan untuk pulang. Dering handphone mengagetkanku. Namun, yang lebih mengejutkan adalah saat mengetahui siapa yang meneleponku.

Elkie.

Jantungku berdebar kencang saat mengangkat panggilan tersebut.

"Lan Lan, gue di depan kantor lo."

Mataku sontak terbelalak. Buru-buru aku menyingkir dari ruang redaksi, padahal enggak ada juga yang bisa mencuri dengar pembicaraan telepon tersebut.

"Ngapain?" tanyaku.

"Lo ikut ke kantor MusiKata." Itu sebuah pernyataan, bukan ajakan apalagi pertanyaan.

"Ngapain?" tanyaku untuk kedua kalinya.

"Nyari master file punya bokap lo."

Jantungku nyaris berhenti berdetak saat mendengar jawaban Elkie. Dia berkata tegas, tidak ada ruang untuk sanggahan.

"Buruan. Gue di parkiran." Dia memutus telepon sebelum aku setuju.

Langkahku terasa limbung saat menuruni tangga menuju lobi. Dari balik pintu, aku bisa melihat mobil Elkie. Seharusnya aku menerima ajakan ini dengan senang hati, tapi yang terjadi malah langkahku terasa berat.

Aku menghela napas panjang berkali-kali saat menghampiri mobilnya. Elkie yang menyadari kehadiranku, membukakan pintu mobil untukku.

"Punya lo. Ketinggalan di rumah. Gue kepaksa cek dompet buat tahu siapa yang punya jadi lihat nama lo di KTP." Elkie menyerahkan tas kecil berwarna pink yang kucari ke seantero rumah, ternyata malah ketinggalan di tempat Elkie.

The Bachelor's ScandalWhere stories live. Discover now