Track 19: Dimension

9.2K 1.9K 112
                                    

Wulan

Aku kembali berada di rumah Elkie. Ulang tahun Razi diadakan di sana, dan sebagai pacar pura-pura yang baik, aku terpaksa datang dan mengabaikan jatah libur yang tadinya ingin kuisi dengan tidur sepanjang hari.

Hari ini aku bertekad mendesak Elkie untuk mencari alasan, agar aku enggak perlu dilibatkan dalam acara keluarganya.

Bukannya aku enggak nyaman. Berada di tengah keluarga besar Elkie justru membuatku diterima. Hal itulah yang membuatku semakin merasa bersalah. Aku enggak mau berbohong terlalu lama.

Berbanding terbalik denganku, Elkie malah terlihat santai. Sampai siang ini, aku belum berkesempatan mengobrol berdua dengannya. Dia sibuk dikelilingi keponakannya yang menatapnya penuh puja. Elkie juga enggak peduli sekalipun dia terlihat konyol karena meladeni permintaan keponakannya. Seperti Diaz dan Uki yang memaksa Elkie memakai onesie berbentuk sapi karena mereka sedang cosplay sebagai keluarga Mason.

Aku mengabadikan foto Elkie dalam kostum sapi, dan menjadikannya sebagai senjata kalau nanti dia berubah menyebalkan. Sesekali, enggak ada salahnya blackmailing Elkie dengan foto konyol ini.

Pesta ulang tahun Razi sudah selesai. Anak-anak itu sudah menanggalkan kostum sapi, dan sibuk bermain perang-perangan dengan pistol air di kolam belakang. Suara tawa mereka terdengar hingga ke ruang makan, tempat aku berada di antara orang-orang dewasa.

"Uki, jangan di rumah mainnya. Di luar aja kalau mau main tembak-tembakan," ujar Eliana, yang langsung menggendong bocah itu kembali ke halaman belakang. Uki yang baru keluar dari kolam meninggalkan tetes-tetes air di area dapur dan ruang makan.

Tidak mudah mengendalikan anak-anak itu. Sepertinya Elkie enggak keberatan meski sekarang rumahnya berantakan. Dengan santai dia menuju kulkas dan membuat lantai basah. Omelan Eliana dianggap angin lalu.

"Kenaaa...." Uki dan Reno memojokkan Elkie di depan kulkas, menembaknya dengan pistol air. Dapur seketika digenangi air. Kedua bocah itu kembali berlari menuju kolam, enggak peduli kalau lantai becek bisa membuat mereka terpeleset.

"Liliput, ngapain lo di situ?" tanya Elkie. Dia menenggak air mineral langsung dari botolnya.

"Dasar jorok," gerutuku.

Mama yang enggak sengaja mendengar ucapanku, langsung tertawa. "Kebiasaan dari dulu. Udah dibilangin, enggak pernah dengerin. Tahu sendiri ngomong sama si Aa mah susah, suka masuk kuping kiri keluar kuping kanan."

Aku mengangguk setuju. Buktinya sampai sekarang dia belum mencari alasan untuk putus.

"Enggak ikut berenang, Teh?" tanya Elsie.

Saat melihat kolam renang, aku merasa terpanggil. Anak-anak itu juga sudah mengajakku, tapi aku menolak karena enggak bawa baju ganti.

"Enggak, deh. Panas." Aku mengelak.

Dari sudut mata, aku melihat Mama membawa nampan berisi potongan semangka. Karena masih kenal sopan santun, aku bangkit berdiri dan mengambil nampan itu dari Mama.

"Biar aku aja yang bawa."

Aku membawa nampan itu ke arah kolam, berhati-hati agar tidak terpeleset genangan air. Aku juga mengendap-endap agar enggak ada yang menyadari kehadiranku.

"Tembak Tante Wulan." Teriakan Elkie membuatku terbelalak. Buru-buru aku meletakkan nampan di atas meja lalu berbalik ke dalam rumah.

Terlambat, aku merasakan basah di punggung. Aku menoleh ke balik pundak dan mendapati Elkie beserta keponakannya menyengir lebar. Tembakan itu kembali terjadi, dan aku cuma bisa menggeram sambil mengutuk keadaanku yang basah kuyup.

The Bachelor's ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang