Track 18: Impression

10.4K 2K 197
                                    

Wulan

"Lagunya udah basi."

Bagi sebagian orang, sebuah lagu mungkin tidak berarti apa-apa. Hanya kumpulan bait demi bait yang diberi nada. Akan booming di satu waktu, lalu dilupakan di waktu berikutnya. Lagu baru selalu datang silih berganti, menggantikan lagu lama yang akhirnya hanya mengisi benak sebagai bagian dari kenangan.

Dirga berpikiran seperti itu. Tidak ada yang salah dengan ucapannya. Namun, ketika dia menghina "Kamila" dan Kris Ramadhan ada di sana, mengangguk setuju atas setiap kata yang diucapkannya, aku tidak terima. Mereka sudah mengambil terlalu banyak dari "Kamila" dan sekarang dengan entengnya berkata seperti itu?

Papa menguras keringat dan memberikan seluruh waktunya untuk menciptakan lagu itu. Mereka tidak punya hak menghina lagu yang turut membuat nama Kris semakin dipertimbangkan.

Sejauh yang diketahui publik, "Kamila" diciptakan oleh Kris Ramadhan dan Donny Tobing. Setelah Raja memberitahu bahwa Dirga adalah manajer Kris di tahun rilisnya "Kamila", aku memasukkan namanya ke dalam daftar yang harus dicurigai. Raja bercerita banyak soal Dirga, dan menurutnya Dirga punya andil dalam pencurian lagu milik Papa.

Aku harus membuktikannya. Seharusnya aku memanfaatkan kesempatan tadi untuk mengorek informasi, tapi hatiku telanjur disakiti.

Sakit hati membuatku bersembunyi di toilet, di saat seharusnya aku menonton konser. Aku tidak bisa memaksakan diri untuk menikmati konser, karena Kris Ramadhan hadir sebagai bintang tamu.

Aku tidak mungkin bersembunyi di toilet selamanya. Setelah menyusut air mata, aku beranjak keluar. Lebih baik kembali ke hotel duluan, sebelum konser selesai.

Langkahku terpaku saat dari toilet laki-laki di seberang koridor kecil ini, muncul sosok Kris Ramadhan. Aku memaksakan diri untuk tersenyum. Dia menatapku sekilas, sebelum mengalihkan muka dan mendahuluiku.

Hatiku berkecamuk. Ada banyak umpatan yang siap dimuntahkan saat menatapnya. Di mata publik, Kris Ramadhan adalah solis hebat yang mampu bertahan selama lebih dari tiga dekade. Pamornya tidak pernah redup, sekalipun nama-nama baru bermunculan. Dia mungkin tidak seterkenal dulu, di dekade 90-an, era keemasannya. Namun semua orang tahu siapa Kris Ramadhan. Sosok penyanyi legendaris, legenda hidup di industri musik Indonesia. MURI pernah memberikan penghargaan sebagai lagu terlama yang menduduki chart selama lebih dari lima puluh minggu.

Salah satunya untuk "Kamila".

"Kamila" bukan lagu pertama Kris. Dia sudah punya banyak album. Fakta itu yang membuatku tak habis pikir, kenapa dia harus mengklaim "Kamila" sebagai miliknya, padahal dia bisa menciptakan lagu yang tak kalah bagusnya? Aku bertanya-tanya, mungkin Papa bukan satu-satunya. Kris tidak pernah menulis lagu. Ada orang lain di belakangnya.

Tidak jauh di depanku, Kris berhenti. Dia memutar tubuh untuk menghadapku. Matanya menatapku lekat-lekat, keningnya berkerut. Aku bergeming di tempat, berusaha mencari tahu arti air mukanya. Dari caranya menatapku, dia seperti tengah mencoba mengingat sesuatu.

Biasanya aku akan bersembunyi, tapi tidak kali ini. Aku menegakkan tubuh dan mengangkat dagu, lalu berjalan mendekatinya.

Jika dia mengenal Papa, harusnya dia bisa menebak aku siapa. Begitu banyak kemiripan antara aku dan Papa.

"Maaf, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Kris membuat langkahku terhenti.

Aku bisa mengelak. Namun, aku malah mengangkat dagu tinggi-tinggi, memberi pesan bahwa dia tidak bisa mengintimidasiku.

"Kamu wartawan yang nulis biografinya STORM?"

Aku mengangguk. "Saya pernah interview Bang Kris untuk LightSound." Itu pertemuan pertamaku dengannya di usia dewasa, karena waktu kecil, aku pernah bertemu dengannya.

The Bachelor's ScandalOnde histórias criam vida. Descubra agora