07: Where are u? hesa.

Mulai dari awal
                                    

Alya kesal mendengarnya, gadis itu tidak tahan lagi.

"Kalau ayah butuh uang, cari saja sana sendiri! kerja! jangan hanya mengandalkan ibu aja!" teriaknya berani.

Romy terdiam sesaat, memandang anaknya itu dengan sorot mata yang sulit untuk dijelaskan. Entahlah itu sorot mata apa, bercampur aduk antara marah dan juga gelisah.

"Alya, kamu masih kecil dan kamu nggak tau apapun! ayah mengembangkan uang dari ibu kamu juga untuk keluarga kita."

"Jadi, kamu diam aja." jawab Romy.

"Mengembangkannya dengan cara berjudi maksud ayah?" sarkas Alya.

Rahang Romy mulai mengeras, tangan pria itu mengepal sempurna. Hampir kehabisan kesabarannya.

"Bocah kecil kurang ajar!"

Romy berjalan mendekati Alya dan bu Cinta dipojokan tembok yang sudah ketakutan. Tangan bu Cinta tak lepas mengenggam tangan kecil putrinya itu.

Romy berjongkok kearah Alya dan ibunya, sambil berkata.

"Dengar, saya tidak butuh kalian. yang saya butuhkan hanya uang, jadi kalau kamu nggak bisa ngasih saya uang lagi, jangan harap kalian bisa tinggal disini. Kamu paham, Cinta?" ucap seringai dari Romy.

Cinta menahan air matanya sendiri sambil memandang suaminya dengan tatapan takut. Kemudian menundukan kepala dan menganggukannya.

Setelahnya, Romy bangkit kemudian berjalan meninggalkan bu Cinta dan juga Alya.

Cinta tidak dapat menahan dirinya lagi, wanita itu menangis sambil menutupi wajahnya. Alya sangat tidak tega dengan suara pilu tangisan ibunya itu, anak itu memeluk tubuh sang ibu dengan penuh kasih sayang.

"Udah, ya. ibu jangan sedih, disini kan masih ada Alya." ucapnya.

Cinta membuka tangannya dari wajahnya, kemudian mendekap tubuh anaknya itu.

"Alya sayang, cuma karena kamu ibu bertahan." ucap Cinta.

"Tapi ibu berharap, dimasa depan nanti, kamu nggak akan memiliki nasib yang sama seperti ibu."

"Ingat pesan ibu ya, kamu harus jadi wanita yang kuat, wanita yang mandiri, dan wanita yang tidak takut dan nggak boleh lemah."

Cinta terdiam, berusaha mengontrol dirinya dari tangisannya itu.

"Ka-kalau suatu saat nanti ibu nggak ada, ibu mohon. Jadilah gadis yang kuat, dan jangan pernah putus asa."

"Karena, setelah badai, pasti akan ada pelangi yang begitu indah, sayang..."

Alya tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak menangis dari kata-kata yang ibunya itu ucapkan.

"Dan, jangan pernah tinggalin ayah kamu, apapun yang terjadi. Karena sebenarnya, ayah sayang sama kita. Tolong rubah ayah, ke jalan yang benar lagi."

"Ibu serahkan semuanya sama kamu, Alya. Tumbuh dan jadilah gadis yang tetap rendah hati dan tidak putus asa."

"Ibu sayang kamu, sangat sayang."

kilas balik Svarga dan SatyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang