𝑬𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈☼︎☼︎☼︎

346 44 145
                                    

Mobil Fajar masuk ke pekarangan rumah. Mendengar itu, cepat-cepat Fiola beranjak, ia tinggalkan ponselnya lalu menyambut anak bujangnya pulang.

"Gimana, Mas? Cantik, kan?"

Raut Fajar yang semula suntuk suram, kini bertambah kusut lesu tak tertutupi.

Fajar cium punggung tangan Fiola, lalu berjalan masuk. "Jelek."

"Ih! Definisi cantik menurut kamu itu gimana, lho, Mas? Udah cantik, pinter, baik gitu, masih aja!" protes Fiola mengekori langkah lebar anaknya.

"Ayo kita kawin lari."

Caramel mengangguk dengan raut seriusnya. "Sana kawin lari sama kambing Ayahku!"

Satu cubitan maut mendarat di pinggang Fajar.

Fajar mendengus kasar, sebal mengingat momen di mobil tadi. Ia kira, semua akan selesai saat Caramel mengangguk, rupanya gadis itu hanya mengerjainya saja.

"Definisi cantik itu ya cuman Caramel, selain Caramel berarti nggak cantik."

"Aih, kamu ini, Caramel mulu. Jadi bujang tua tau rasa, kamu!"

"Nggak nikah seumur hidup juga nggak papa daripada mau nikah sama perempuan selain Caramel."

Brak!

Pintu kamar tertutup sempurna. Perdebatan selesai.


*****

"Kak Fajar, hari ini nggak usah jemput aku."

"Kak, aku udah pulang duluan."

"Kamu di mana, Mel?" tanya Fajar melalui sambungan telpon. Dirinya sudah ganteng begini, rapih, wangi, plus martabak sekantong besar. Tapi yang diapeli malah tak di rumah.

"Lagi nggak dirumah pokoknya."

"Ya diman—" Tut!

Nah kan. Begini saja terus gaya gadis itu selama empat hari belakangan. Ketara sekali Caramel menghindari dirinya semenjak hari dimana ia makan siang bersama gadis yang tak Fajar ingat namanya itu. Gati? Gigi? Ah entahlah, itu pokoknya.

"Kak Fajar tenang aja. Pokoknya martabak ini bakalan sampe ke penerimanya." Liona mengacungkan jempolnya sembari menyubal mulut dengan martabak yang ia bawa.

Fajar hanya manggut-manggut. Ini bocah... tidak tau, ya, kalau dunia sedang genting?


*****

Fajar gusar di kasurnya. Sambil memeluk guling ia berfikir keras, menciptakan banyak spekulasi tentang Caramel yang terus menghindarinya. Benarkah gadis itu sudah memiliki pacar? Kalau iya, ini pasti karena dirinya yang tak bergerak cepat. Caramel kan gadis cantik, pintar, banyak yang mau dengannya.

Benar-benar ini keteledorannya yang fatal. Ibaratnya, lengah sedikit, di balap orang. Fajar buka aplikasi whatsapp di ponselnya, segera ia menekan gambar rekam di pojok bawah kanan. Voice note lebih baik, dari pada ngetik, otaknya sedang buntu, pasti nanti berujung typo bertebaran. Bikin sakit mata!

Anda

Mel, aku tau aku bukan laki-laki yang baik, nggak bisa ngasih kepastin atas hubungan kita, juga nggak berdaya sama keadaan... Aku sayang kamu, ayo berjuang sedikit lagi, Mel, bertahan sebentar lagi. Bantu aku yakinin Ibu bahwa kamu wanita yang tepat, bahwa cuman kamu wanita yang aku mau.

"Hah! Segitu dulu, deh." Engap juga rupanya berbicara panjang lebar.

Matanya menatap tak minat pada berkas-berkas di meja. Juga beberapa note tentang kliennya yang berkonsultasi tadi mengenai masalah persidangan juga perpisahan.

I'm okay (END)Where stories live. Discover now