𝑺𝒉𝒆 𝒅𝒐𝒏'𝒕 𝒃𝒆𝒍𝒊𝒗𝒆 𝒊𝒏 𝒂 𝒓𝒆𝒍𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏𝒔𝒉𝒊𝒑☼︎

191 42 147
                                    

Selesai urusan Caramel dan Fajar di rumah hantu itu. Hampir habis terkuras tenaga mereka untuk menjerit serta berlari tadi, kurang-kurang oksigen mereka hirup cepat-cepat sambil terus berjalan pelan-pelan.

"Sini, makan dulu." Fajar tarik tangan Caramel yang masih ada dalam genggamannya.

Duduk mereka di sebuah kedai makanan serta minuman. Mengisi perut serta menghilangkan dahaga sejenak, sebelum bersenang-senang lagi.

Berjalan lagi keduanya setelah selesai mengisi perut, melihat-lihat benda unik terpajang di sepanjang keramaian. Sesekali Fajar tawarkan ini itu pada Caramel, namun selalu gadis itu menolak.

"Mel, mau beli sandal?" tawar Fajar kala sandal imut-imut untuk wanita memikat matanya.

"Enggak, Kak." Menolak lagi. Terus saja seperti itu sejak tadi. Sebenarnya mau Caramel itu apa, sih? Padahal Fajar sudah membawa uang cash cukup. Bahkan lebih. Kalau masih kurang, bisa tarik di atm, tapi ternyata Caramel malah seperti ini.

Gemas. Tak lagi mau bertanya apa keinginan gadis itu, langsung saja Fajar beli mana yang ingin ia belikan untuk Caramel. Pokoknya, momen pedekate mereka harus manis dan romantis.

Masuk Fajar ke salah satu store pakaian. Ia pinta pada Caramel untuk memilihkannya hoodie, pun dengan Fajar yang diam-diam juga mencarikan hoodie untuk Caramel.

"Caramel mau naik wahana apa lagi?" tanya Fajar. Dengan perkiraan waktu setelah lima belas menit mereka selesai makan.

Antusias gadis itu menatap satu persatu segala wahana menyenangkan. Melengkung ke atas dua sudut bibir Caramel sembari menimang-nimang.

"Kora-kora?" celetuknya menatap Fajar penuh binar. Tersenyum lebar dengan tatapan sirat akan harapan persetujuan.

Selain lemah dengan hantu, Fajar juga lemah dengan ketinggian. Namun kini, kelemahannya bertambah satu, wajah binar serta raut bahagia Caramel. Bagaimana bisa ia tolak dan membuat binar bahagia itu meredup?

"Oke." Yeah, terpaksa.

Caramel sadari raut Fajar yang sepertinya tak seantusias dirinya. "Eh? Kakak nggak suka, ya? Kita cari yang lain aja deh." Cepat-cepat Caramel fikiri lagi wahana apa sebenarnya yang cocok untuk Fajar.

"Suka dong!" Fajar sok antusias.

Ragu-ragu Caramel tatap Fajar. "Bener?"

"Iya, lah!" Tak akan Fajar biarkan harga dirinya runtuh di depan gadis manis itu. Segera ia tarik lengan Caramel menuju tempat membeli tiket wahana kora-kora.

Dan...

Huek! Hu... Hu... HUEK!!!

MIMPI APA FAJAR SEMALAM?! Sungguh nasib buruk sangat berpihak padanya malam ini.

Malang sekali. Setelah kacau ia menjerit melengking di rumah hantu, kini ia terpaksa harus mengeluarkan isi perutnya.  Belum lagi nasib Caramel yang kini tengah memijit tengkuknya. Sungguh malu.

"Kakak sih maksain! Apa susahnya jujur kalo Kak Fajar nggak bisa naik kora-kora?!" Caramel mengomel sedikit keras. Bising pasar malam membuatnya takut bila Fajar tak mendengar ocehannya.

Fajar tadahkan tangannya ke belakang, Caramel berikan beberapa lembar tisu.

Tak mau lagi keduanya mencoba-coba wahana, setelah selesai dengan mabuk singkatnya, Fajar ajak Caramel berbelanja saja. Lebih baik begitu. Ketimbang harus membongkar semua malunya.

Sesekali mereka berhenti, membeli makanan ringan khas pasar malam. Melihat pertunjukan sirkus menyenangkan. Bermain mesin capit guna mengadu peruntungan, tapi tak dapat-dapat. Sebagai jalan pintasnya, Fajar belikan saja Caramel boneka.

I'm okay (END)Where stories live. Discover now