15

134 9 0
                                    

Di bumbui konten explicit, mohon bijak dalam membaca🙏

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di bumbui konten explicit, mohon bijak dalam membaca🙏


Happy reading

Hari semakin larut, Jeno masih terjaga menunggu Yoon Eun yang belum kunjung memasuki kamar sejak satu jam yang lalu. Tepatnya saat ia menyelesaikan kalimat akhir pada kejujurannya.

Meski belum siap, dia berusaha berlapang dada untuk menerima kemungkinan terburuk. Dia paham Yoon Eun pasti syok karena pengakuannya yang tidak terduga itu.

Pria itu kembali merenung, mengarungi suasana sepi malam dari balik dinding kamar yang hangat. Dadanya berasa sesak ketika bayangan Yoon Eun pergi meninggalkannya muncul. Membayangkannya saja membuat Lee Jeno se-tersakiti ini apalagi kalau benar-benar terjadi, pria itu bisa gila di tengah usahanya untuk berlapang dada.

Dia melirik ke arah lemari besar di pojok kamar tempat dimana Yoon Eun meletakan pakaian mereka berdua. Apa jadinya jika dalam lemari itu hanya tersisa pakaiannya saja?

Lee Jeno memggeleng, berusaha menepis bayangan-bayangan yang membuatnya sakit itu.

Hingga pintu tinggi berwarna cokelat itu terbuka, menampakan Yoon Eun yang sedang membawa nampan dengan  mangkuk yang mengepulkan asap. Hanya satu mangkuk.

Ia letakan nampan yang menampung semangkuk sup rumput laut itu di atas nakas.

"Kamu suka banget sup rumput laut buatan bunda, 'kan? Saya minta resepnya tadi, terus saya bikin... " Wanita itu mengumbar senyumnya, "kita makannya semangkuk berdua aja, ya? Biar romantis. " Kata Yoon Eun.

Lee Jeno lega dan senang bukan main sehingga ia tak mampu mengatakan apapun lagi. Tanpa aba-aba, pria itu mendekap sang istri, membawa tubuh mungil itu kedalam pelukan hangatnya. Memeluknya seerat mungkin.

Senyuman haru sudah tidak bisa Lee Jeno sembunyikan lagi, pria itu seolah membuang aura mengintimidasi nya saat ini.

Tuhan, terimakasih.

Kehangatan yang tubuh Jeno berikan seolah mendorong air mata Lee Yoon Eun untuk lolos, "ternyata kamu nyembunyiin hal sebesar itu dari saya... "

"Maaf..., saya egois. Saya nggak rela kamu di miliki orang lain. "

Pelukan itu masih belum terlepas.

"Padahal kamu bisa jujur sama saya dari awal... " Pria itu semakin mengeratkan pelukannya. Rasa takut kehilangan itu masih ada dan seolah enggan untuk enyah dari hatinya.

"Maaf..., maafin saya..., saya cuma takut. Saya nggak sanggup kehilangan kamu. "

Pandangan Yoon Eun mulai memburam, tertutup oleh genangan air mata yang mulai berkumpul siap untuk meluncur. Wanita itu memejamkan matanya, membiarkan air mata turun membasahi lereng pipinya.

Till The End | Lee JenoWhere stories live. Discover now