08

89 10 0
                                    

Happy reading

Hari sudah menjelang siang, sejuk perlahan berganti panas. Taman kota yang tadinya padat, kini mulai melenggang karena puluhan manusia telah selesai dengan olahraga paginya hari ini.

Namun kelenggangan itu tak mungkin bertahan lama, karena tidak lama lagi tempat itu akan kembali di padati oleh orang-orang dengan aktivitas dan tujuan yang berbeda. Ya, seperti berekreasi misalnya.

Orang yang mengenakan pakaian olahraga sudah mulai tak nampak lagi. Itu artinya, sesi pagi untuk hari ini sudah benar-benar berakhir.

"Saya lapar, kamu mau makan apa? " Tanya Lee Jeno tanpa berbasa-basi. Jeno berkata jujur perutnya sudah mulai terasa perih karena belum diisi apapun selain air putih sejak pagi tadi.

Wanita yang sudah duduk dengan Jeno sejak 30 menit yang lalu itu terlihat memikirkan sesuatu. Yoon Eun memikirkan tentang apa yang ingin ia makan.

Di hari yang panas seperti ini akan sangat menyenangkan jika mereka bisa makan makanan yang berkuah nan menyegarkan. Naengmyeon misalnya? Atau tteokbokki boleh juga, kuah pedas dengan kue beras kenyal yang mengenyangkan. Hey, bagaimana dengan makanan Jepang seperti ramen? Ah, Yoon Eun jadi ingin makan semua jika terlalu banyak memikirkan makanan.

"Terserah." Dan pada akhirnya sebuah kata dengan beribu kebingungan itulah yang Yoon Eun lontarkan. Ya, maklum saja kebanyakan wanita seperti itu', kan?

Tanpa berpikir lebih lama lagi, Lee Jeno sudah tahu apa yang ingin dia makan untuk memuaskan rasa laparnya, "saya lagi pengen makanan luar. Gimana kalau pasta? " Tak terdengar bantahan dari Yoon Eun. Saran Lee Jeno itu diangguki oleh sang istri kemudian.

Sebenarnya makanan bukanlah tujuan utama Jeno untuk pergi ke restoran yang biasanya bersuasana romantis itu, melainkan suasana itu sendirilah yang Lee Jeno cari. Kalian tahu kan bahwa pria yang nyaris sempurna ini tidak romantis dan cenderung kaku? Jadi, dia membutuhkan suasana romantis yang bahkan sudah ada tanpa harus dia yang membangunnya.

"Tapi nanti pulangnya saya mau es krim, ya? " Akhirnya wanita itu kembali bersuara.

"Iya, boleh... " Kini giliran Lee Jeno yang mengangguk setuju.

Tak berselang lama, Lee Jeno membawa tubuhnya untuk berdiri sembari menggenggam pergelangan tangan sang istri. Hanya untuk membantunya berdiri.

...

Ini akhir pekan dan seperti biasanya laundry milik Tiffany akan ditutup untuk sehari. Di hari liburnya, Tiffany memilih untuk membeli kebutuhan rumah dan laundry sebelum benar-benar habis. Seperti sayuran, bumbu, dan juga deterjen serta pewangi untuk keperluan laundry.

Wanita itu tidak akan memilih tempat yang jauh untuk membeli itu semua, cukup di mini market yang hanya berjarak beberapa meter saja dari rumahnya. Selain dekat, Tiffany juga dapat menghemat biaya transportasi karena ia hanya perlu berjalan kaki sedikit saja. Ya, anggap saja olahraga.

Hari ini suasana mini market terasa lebih ramai dari biasanya. Atau mungkin sebenarnya setiap hari juga begini hanya Tiffany saja yang selalu datang di waktu sepi? Ah entahlah, dia tidak datang untuk mengamati suasana mini marketnya.

Tangan kanannya terulur untuk mengambil sebungkus deterjen yang biasa ia gunakan kemudian. Wanita itu sesekali meringis saat merasakan nyeri di lengannya.

Till The End | Lee JenoWhere stories live. Discover now