12

85 11 1
                                    

Alhamdulillah, ketemu lagi kita^^
Gimana kabarnya temen-temen, sehat?

Happy reading


Matahari terbit dari arah timur, memancarkan sinar hangatnya pada dunia pagi ini. Sisa-sisa air hujan yang hinggap di dedaunan semalam terlihat berkerlip seumpama berlian saat cahaya matahari menerpanya.

Udara dingin menyelimuti, mengukung sebagian daerah bumi di bawahnya.

Suasana pagi ini seakan sangat memihak pada Jeno yang kini tengah menyandarkan bahu kanannya pada dinding dekat jendela, dengan secangkir kopi panas di tangannya. Pandangan pria itu melihat keluar jendela.

Kenikmatan yang sederhana, namun agak sukar untuk Jeno mendapatkannya.

Pria yang terlihat rapi sekaligus tampan itu memutuskan untuk berangkat ke kantor sedikit lebih siang. Mood nya hari ini masih sama seperti kemarin, atau bahkan lebih parah karena ia mendapat masalah lain semalam.

Masalah yang membuatnya telat pulang ke rumah, sampai-sampai seisi rumah mengkhawatirkan keadaannya.

"Pagi, "

Lee Jeno menoleh ke arah suara. Pria itu memperlihatkan senyum tipis sekilas saat melihat sosok yang menghampirinya.

"Pagi, kak. " Balasnya, kembali mengalihkan fokusnya pada pemandangan pagi kemudian. Mingyu yang baru saja datang mengikuti arah pandangan sang adik ipar.

"Tumben nih, Bapak CEO belum berangkat, udah hampir jam delapan. " Sindirnya sebelum Mingyu menyesap teh hangat miliknya. Pria dengan kaos abu-abu itu mengedarkan pandangan, seolah mencari sesuatu. "Ini Bu Sekertaris nya mana? Bosnya udah rapi, tapi dianya belum nongol. Biasanya ngintil. "

Mingyu sedikit keheranan saat tidak menemukan Yoon Eun di sekitar sini.

"Mulai hari ini di nggak akan masuk. " Kata Jeno tanpa mengalihkan atensinya.

"Lah, kenapa emang? Sakit? " Kim Mingyu semakin keheranan.

"Nggak, gue pecat. "

"Uhuk! " Salahkan Jeno. Ini karena Lee Jeno yang mengatakan hal itu sehingga Mingyu terkejut dan tersedak.

Pria itu tidak habis pikir dengan adik iparnya ini.

Kim Mingyu menatap Jeno dengan tatapan tak menyangka, "bisa-bisanya lo pecat istri sendiri, kenapa? Pengen sekertaris baru buat cuci mata lu, ya? Wah, pantes aja istri sendiri di pecat. Parah! "

"Apaan sih, lu? Jangan sembarangan kalau ngomong! " Lee Jeno meletakkan secangkir kopinya di atas meja yang berdiri kokoh di dekatnya, dan di susul oleh Mingyu yang juga melakukan hal yang sama.

"Ya lagian elu, nggak ada angin nggak ada ujan, tiba-tiba bini sendiri di pecat. Nggak ngerti deh gue, jelasin coba. " Pintanya.

Kalau di pikir, kenapa Mingyu seterkejut itu dan seolah tidak terima? Itu karena Kim Mingyu tahu bagaimana kinerja adik ipar wanitanya itu. Wanita cantik itu memiliki kinerja yang sangat baik.

"Kemaren dia bikin kesalahan, dan gue udah nggak bisa tolerir lagi. Selain itu, gue juga pengen dia cukup berperan sebagai seorang istri aja buat gue. Gue gak mau dia ikut-ikutan capek kerja sementara gaji gue juga lebih dari cukup buat nutup segala kebutuhan. " Jika sudah seperti itu, Kim Mingyu hanya bisa menganggukkan kepalanya paham.

"Terus semalem kenapa lu bisa telat pulang? Seisi rumah khawatir tau sama lu! Gyuri juga nggak berenti nangis sampe lu pulang! Dari mana lu? Selingkuh? " Pria Kim itu mengganti topik sembari berkacak pinggang.

Till The End | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang