3

15.9K 1.4K 35
                                    

Hari ini Sabtu untungnya, dan ini adalah hari libur yang dinanti tiap orang yang beraktivitas full-day seperti sepasang musuh kesayangan kita ini.

"Kebutuhan Hana belum ada, baju juga cuma ini doang, kita harus belanja hari ini." Haechan memulai pagi dengan ceramahan panjang lebar, persis seperti seorang ibu yang memarahi anak gadisnya yang bangun siang.

"yaaa~~" Mark menyahut dengan malas, dia masih di kasur dengan Hana yang bermain dengan rambutnya.

"lu jangan cuman iya iya doang, cepetan bangun trus mandi!" seru Haechan kesal, dia sudah selesai mandi, tadi menumpang mandi di apart Mark dan kembali ke unitnya untuk berganti baju.

"ini masih subuh elahhh chan~" Mark merengek kesal.

"haha channn~~~" Hana tertawa dengan riang sambil meniru ucapan Mark tadi, walau hanya diujung.

"hey, ga boleh ngomong seperti itu Hana, mama katakan Mama." Mark menatap anak nya.

"Ma?"

"iya, mama" Mark mengangguk cepat.

"Mamaaaa hehe" prak, bruk, aduh.

Tuhan tolong jaga kondisi hati dan jantung Haechan juga ya, dia tidak bisa diberi serangan lucu seperti ini.

"nah, ayo sayang kita mandiii~~"

"ndiiii papa! yeyyy!" Hana tertawa riang saat Mark menggendong nya seperti Superman.

"jangan kelamaan dibiarin main air, kulitnya bayi lebih cepat keriput dari pada kulit orang dewasa" peringat haechan saat tak melihat lagi mark Dan Hana dikasur.

"iya iya Mamaaaa, katakan itu Hana." ucap Mark pada Hana.

"yyaa maaaa!" seru Hana dengan senyuman lebar.

"duh duh, hatiku." maaf mama satu ini memang tidak bisa menerima serangan uwu.

.
.
.

akhirnya keluarga kecil bahagia ini tiba dipusat perbelanjaan, dengan Mark yang menggendong Hana, dan Haechan yang selalu menanggapi ocehan bayi yang kisaran berusia 1 tahun itu.

"ttu na nda haiiii ma?" tunjuk Hana pada salah satu patung manekin.

"itu namanya patung sayang, dia tidak hidup karena dia cuma boneka." jelas Haechan, membuat bayi kecil yang berada di gendongan Mark kembali menoleh kearah patuh manekin yang dipajang di etalase toko.

"maaa tuu hai hai na!" pekik nya sambil menepuk tangan heboh dan menunjuk salah satu sudut toko.

Mark dan Haechan saling menatap lalu perlahan haechan mendekatkan diri ke telinga Mark.
"emm... lu mikirin hal yang gue pikirin ga?" Tanya Haechan dengan nada ragu.

"eee cheese burger?" plak! "aduh! kenapa sih?!" tanya Mark dengan wajah cemberut, bahu nya sakit tau, dipukul dengan suara begitu renyah oleh Haechan, dikira tidak sakit?!

"orang ini bod- ekhm sudah lah!" gumam Haechan, terpaksa menelan segala umpatannya karena keberadaan Hana, anak itu masih terlalu suci untuk mendengar ucapan penuh dosa darinya.

"iya iyaaa, gue bercanda doang, lu pasti mengira Hana bisa melihat mereka juga kan?" ucap Mark.

Haechan tidak menoleh, tapi kepalanya bergerak mengangguk.
"Jan jangan ini salah satu petunjuk soal siapa Hana?" gumaman tidak jelas itu keluar dari mulut Haechan.

"entah gue sih gatau, atau mungkin itu karena keturunan?" sahut Mark dengan nada ragu.

"keturunan apa maksudmu?"

"kita berdua bisa melihatnya, mungkin aja menurun ke Hana kan?" Haechan menatap Mark dengan pandangan datar, sementara yang di liatin cuma cengengesan sambil takut takut digaplok lagi sama haechan.

baby apart [Markhyuck] • END ✅Where stories live. Discover now