SW - 41

22.1K 2.5K 190
                                    

Tiffany hanya bisa menghela nafas melihat Jeno berusaha menenangkan Woobin yang terus mengamuk dalam gendongannya. Bayi itu menolak bersama Tiffany dan dia juga menolak di beri susu.

Meski matanya sudah sayu karena kelelahan mengamuk, dia tetap tak pantang menyerah memanggil Jaemin.

“Hah, suamimu itu menyusahkan saja” Gumam Tiffany memutar bola matanya malas.

“Bu... Ku mohon jangan menambah beban pikiranku” Omel Jeno.

“Papa...”

Jeno berdecak saat Woobin terus rewel dan memanggil sang Papa. Tangannya terus menunjuk keluar, meminta Jeno untuk membawanya menemui sang Papa. Beberapa kali pria itu menghela nafas berat, sudah frustrasi menghadapi putranya.

“Iya, Woobin dengan nenek dulu. Biar Daddy coba hubungi Papa” Ucap Jeno seraya menyerahkan Woobin kepada Tiffany.

Meski masih sedikit merengek, Woobin coba untuk tenang, seolah dia mengerti dan memegang janji sang Daddy. Jeno menyambar ponselnya di meja ruang tamu dan mencari kontak suaminya.

Sudah seperti ini sejak Jaemin pergi tadi siang. Pria itu mematikan ponselnya, benar-benar memutus akses dengan Jeno, tanpa memberi Jeno kesempatan untuk bicara.

Jeno yang sudah kehabisan akal akhirnya menggendong Woobin dan membawa sang putra untuk keluar. Dengan gelisah, dia memacu mobilnya menuju rumah Jaemin. Dia tak bisa diam saja, dia harus segera bertindak sebelum rumah tangganya hancur berantakan.

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Yoona menghela nafas mendengar Jaemin terus menangis sesenggukan di kamarnya. Sejak pulang, pria itu tak keluar kamar, bahkan nampan nasi yang dibawa Yoona di atas lemari hias di sebelah pintu kamarnya tak tampak di sentuh.

Dengan ragu jemarinya bergerak mengetuk pintu kamar sang putra.

“Jaemin, buka pintunya. Kau harus makan, kasihan jaininmu. Dia perlu nutrisi” Panggil Yoona.

“Sayangku, bicaralah pada Ibu. Bagaimana Ibu bisa tenang jika kau pulang dan terus menangis” Bujuk Yoona lagi dengan kedua alis bertaut karena khawatir.

“Tinggalkan aku sendiri, Bu” Sahut Jaemin masih disela tangisnya.

“Tapi kau harus makan, kasihan janinmu”

“Pergilah, Bu. Jika Ibu tidak diam, aku akan pergi dari rumah ini” Sahut Jaemin.

Sang Ibu tak bisa berkata apa-apa lagi, dia pun memutuskan pergi, membiarkan Jaemin untuk meluapkan apa yang ia rasakan dulu. Namun, baru saja hendak masuk ke dalam kamarnya, Yoona mendengar suara deru mobil.

Dia putuskan melihat dari jendela dan melihat mobil menantunya, tak lama Jeno turun menggendong Woobin yang terus merengek.

Yoona lekas membuka pintu membuat Jeno kaget. Melihat sang nenek berdiri didepan pintu, membuat Woobin sedikit lega, tangisnya mulai mereda perlahan.

“Bu, Jaemin ada?” Tanya Jeno.

“Kalian bertengkar? Sejak pulang dia terus menangis dan tidak mau keluar kamar. Dia bahkan belum makan, aku khawatir terjadi sesuatu dengan kandungannya” Ucap Yoona.

“Dimana dia, Bu?”

“Ada di kamarnya, bujuklah agar setidaknya dia mau makan” Titah Yoona yang diangguki oleh Jeno.

Pria itu memilih masuk ke dalam rumah suaminya dan melangkah menuju kamar Jaemin. Telinganya menangkap bagaimana Jaemin menangis sesenggukan, dia tarik nafas dalam-dalam dan dengan ragu mengetuk pintu bercat coklat itu.

Surrogate Wife [NOMIN]✓ [READY PDF]Where stories live. Discover now