SW - 25

30K 3.1K 337
                                    

Jeno hanya diam menyesuaikan langkahnya dengan Jaemin yang memilih beberapa bahan masakan untuk di beli. Pria itu sangat telaten dalam mengurus urusan dapur.

Menu masakannya enak dan beragam, dia juga rajin membuat cemilan untuk Woobin. Apa yang kurang dari Jaemin dalam mengurus dia dan Woobin, tak ada.

“Itu apa?” Tanya Jeno.

“Ini untuk membuat cookies Ahjussi” Jawab Jaemin.

“Woobin tidak bisa makan keripik?” Tanya Jeno.

“Dia tidak terlalu suka, Ahjussi. Dia lebih suka cookies dan jus buah”

“Aigooo anak Daddy suka makanan sehat ya?” Tanya Jeno seraya mengacak surai Woobin yang masih duduk seraya menggigiti siku kotak roti.

“Hmmm mamam” Omelnya seraya membuang kotak itu.

“Tidak, itu pembantunya. Mana mungkin suaminya setampan itu, submissivenya biasa saja”

“Suaminya, aku yakin. Mana ada pembantu dan atasan sedekat itu”

“Astaga, bodoh sekali dominannya kalau begitu. Penampilannya seperti bibi Ahjumoni di rumahku. Bahkan aku membelikan pakaian layak untuk bibi”

Jaemin yang tengah berjongkok memilih beberapa jenis pasta hanya menjilati bibir bawahnya, tapi wajahnya memerah. Sementara Jeno menunduk dan melihat wajah suaminya nampak sendu.

Jeno jelas melihat Jaemin sakit hati dengan ucapan dua orang Ahjumma di dekat mereka. Dengan cepat Jaemin berbalik dan meletakkan dua bungkus mi pasta ke dalam keranjang.

“Ahjussi, aku mau cari daging dulu” Ucap Jaemin dengan senyum kecut.

Jeno tatap punggung Jaemin dengan nanar, seperti itulah Jaemin hidup selama ini akibat ulahnya. Bahkan penampilannya kala bersanding dengan Jeno pun tampak berbanding terbalik.

Jeno senantiasa rapi, tampan dan wangi, akibat ketekunan Jaemin merawat Jeno, sementara Jaemin, selalu mengenakan kaos dan celana jeans saja. Tanpa riasan hingga wajahnya nampak pucat. Orang tidak akan mengira jika mereka sepasang suami dengan penampilan berbeda seperti itu.

“Woobin, ayo kita susul Papa, Sayang” Ucap Jeno dengan lantang seraya melirik kearah dua wanita didekatnya membuat mereka memekik kaget.

Jeno lalu mendorong troli dan mengajak Woobin menyusul Jaemin yang tengah memilih beberapa jenis daging dan ayam untuk persediaan selama seminggu.

Setelahnya mereka menuju kasir untuk membayar. Setelah selesai berbelanja, Jeno langsung menyerahkan Woobin untuk di gendong sementara Jeno langsung membawa belanjaan mereka untuk keluar membuat Jaemin kaget.

Dia tak menyangka Jeno mau melakukan itu. Jika di ingat lagi bagaimana sikap Jeno selama menikah, dia mungkin akan dengan tega membiarkan Jaemin menggendong Woobin sambil menjinjing belanjaan.

“Nanti kalau kau yang membawa belanjaan, akan di kira pembantuku lagi” Ucap Jeno saat melihat tatapan penuh tanya Jaemin.

Jaemin ingin merasa senang, untuk saat ini, secara tak langsung, Jeno mengakui statusnya adalah sebagai suaminya.

Dia kemudian menyusul sang suami menuju parkiran, Jaemin masuk lebih dulu sementara Jeno meletakkan belanjaan pada bagasi lalu setelahnya dia menyusul Jaemin.

Jaemin kira, mereka akan kembali ke rumah. Tapi Jeno justru membawanya pada sebuah toko pakaian. Senyum Jaemin yang tadi adik bermain dengan Woobin langsung pudar. Tidak ingin percaya diri untuk sekarang, mana mungkin Jeno berinisiatif untuk membelikannya pakaian.

“Kau tunggu disini, aku tak akan lama” Ucap Jeno pada Jaemin.

Dan benar saja. Jaemin hanya di minta menunggu di mobil. Ia putuskan untuk bermain dengan Woobin selama menunggu Jeno berbelanja.

Surrogate Wife [NOMIN]✓ [READY PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang