30. Kiwi

56 16 5
                                    

Setelah mengetahui kami tak bisa mengukur kekuatan masing-masing hanya dengan menghadapi Living Pudding, aku dan Selena memutuskan untuk mendatangi ruangan bos lantai yang terhubung dengan lantai dua.

Pada dasarnya setiap lantai di dalam labirin saling terhubung menggunakan formasi sihir tertentu yang dapat memindahkan pengguna dari satu tempat ke tempat lainnya. Formasi sihir ini terletak di dekat ruangan bos setiap lantai namun aku yang sekarang belum bisa menggunakannya.

Mengapa? Itu karena aku belum mengalahkan bos lantai satu.

Benar, untuk mencapai lantai berikutnya maka penantang labirin harus mengalahkan bos lantai terlebih dahulu. Sesudah itu labirin secara otomatis mengenali penantang yang telah mengalahkan bos lantai dan membiarkan mereka bebas berpindah ke lantai selanjutnya.

Benar-benar khas game RPG, bukan?

Tapi, ini pertama kalinya aku menghadapi bos lantai. Apa tidak apa-apa? Apakah kami berdua mampu mengalahkan bosnya?

"Tuan, Magical Beast di lantai ini sebagian besar adalah Living Pudding dan sebangsanya." Selena tiba-tiba mengangkat suara, "Apakah mungkin bos lantai ini juga sejenis Pudding?"

"Hmm, kalau aku tak salah ingat pegawai serikat petualang mengatakan bos pada setiap lantai selalu acak sesuai Magical Beast yang ada di lantai tersebut," jawabku mengingat kembali nasihat pegawai serikat beberapa waktu sesudah aku menjadi petualang, "Tapi mengingat di lantai ini hanya ada Living Pudding dan sebangsanya, kurasa bosnya juga akan berupa Pudding."

"Kalau begitu tidak ada yang perlu ditakutkan jika hanya menghadapi Pudding!" Selena berseru menyemangatiku dan dirinya sendiri sambil menyiapkan pedang raksasanya.

Apa benar seperti itu? Meski kau berkata tidak ada yang perlu ditakutkan tetap saja perasaan khawatir ini tak bisa hilang.

Kau tahu, ini pertama kalinya aku akan menghadapi bos labirin dan aku sama sekali tak mempunyai informasi mengenainya selain akan berupa Pudding.

Ya, labirin di dunia ini meski mirip dengan game RPG tetapi musuhnya cukup acak. Kita tidak tahu pasti jenis bos apa yang akan kita hadapi nantinya dan inilah salah satu alasan mengapa petualang lebih fokus terhadap kemampuan bertahan hidup daripada bertarung.

Sebagai tambahan, ruangan bos di labirin manapun tidak mengunci penantangnya sampai salah satu pihak kalah atau mati.

Pintu akan tertutup dan terkunci begitu penantang masuk namun dapat dibuka setelah pertarungan berjalan sekitar 10 menit sehingga jika mampu bertahan hidup selama itu, maka penantang bisa melarikan diri jika tak mampu mengalahkan bos.

Sistem yang cukup baik, 'kan? Aku saja sampai dibuat terkejut saat pertama kali mengetahui mekanisme ini.

Jika nanti aku dan Selena tak mampu mengalahkannya maka kami hanya perlu bertahan hingga sepuluh menit sebelum kabur.

Apa? Aku terlalu pesimis, katamu? Daripada pesimis aku lebih ingin disebut 'terlalu berhati-hati'.

Di labirin semua dapat terjadi. Menurutku lebih baik terlalu berhati-hati daripada terlalu cepat mati.

Aku kemudian memasuki ruang bos bersama Selena setelah memastikan persediaan pil penyembuh dan pil pemulih Mana mencukupi.

Begitu kami menapakkan kaki pada lantai ruangan, pencahayaan ruangan yang redup kini menjadi lebih terang berkat sumber cahaya dari kristal-kristal aneh pada dinding dan tentunya kami juga disambut oleh sang penunggu ruangan.

"Tubuh lendir berwarna hijau, berdiameter sekitar 5 meter dan tinggi 3 meter, serta mempunyai dua Magical Core di dalam badannya." Aku mengutarakan analisisku terhadap lawan di hadapan kami, "Acid Pudding, ya?"

Rais der MisfortunasWhere stories live. Discover now