32 | Nightmare

530 86 8
                                    

“Maaf, aku tak bisa menjaga hubungan ini lebih lama lagi. Takdir berkuasa dalam segalanya.”

_____oOo_____


Suara tembakan terdengar sangat keras. Polisi datang dan mengepung Karin agar tak bisa kabur. Spontan saja gadis itu melepaskan pisau dari genggamannya dan mengangkat kedua tangannya. Dan bagaimana dengan keadaan Raya? perempuan itu sudah tak sadarkan diri.

“BANGSAT!!!” Chandra mendekati Karin dengan amarah yang meletup-letup, lelaki itu semena-mena menyekik leher Karin. Karin pasti sudah kehabisan napas jika Juno dan Keenan tak mencegahnya lebih cepat.

Polisi segera memborgol kedua tangan Karin dan terus mencegah agar gadis itu tidak kabur.

“Gue pastiin lo bakal membusuk di penjara,” ujar Chandra dengan tatapan menyeramkan yang selama ini tak pernah ia berikan pada Karin.

“Gue cinta sama lo, Chandra. Tapi kenapa lo jahat sama gue.” Gadis itu berujar dengan mata yang berlinang.

“Cinta lo bilang? Dengan nusuk istri gue itu cinta namanya? Itu obsesi, Karin, dan obsesi itu udah bunuh otak lo jadi gila begini,” ujar Chandra.

Karin terkekeh di samping air matanya yang terus keluar, “It’s okay, yang penting gue udah berhasil bikin dia celaka,” kata gadis itu sebelum ia tertawa dengan keras.

“GILA LO!!” Chandra sudah akan merangsek maju saat kedua temannya itu lagi-lagi mencegahnya.

Chandra benar-benar ingin menghajar gadis itu, tapi untuk saat ini, keselamatan Raya lebih penting dari apapun. Lelaki itu dengan cepat mendekati istrinya yang sudah terkulai lemas tak berdaya. Chandra melepas jaketnya dan mengikatkannya pada perut Raya agar tidak ada banyak darah yang keluar lagi.

Lelaki itu dengan segera mengangkat tubuh Raya dan berlari menuju mobil diikuti oleh teman-temannya.

Kali ini Keenan yang mengemudikan mobil dengan Reza di samping kemudi.

“Ray? Raya, bangun!” Chandra di belakang terus menggoyang-goyangkan tubuh Raya, berharap agar istrinya itu membuka matanya. Dalam hatinya, ia juga terus memanjatkan doa-doa.

Lelaki itu semakin erat menekan jaket yang ia gunakan untuk menutupi luka Raya.

“Bertahan ya, Ray, aku tahu kamu kuat.” Chandra tidak tahu apakah dia menangis atau tidak, tapi yang jelas matanya terasa panas.

Sementara mereka bertiga yang membawa Raya menuju rumah sakit, Juno memilih untuk ikut ke kantor polisi.

Tak lama mobilnya melaju, akhirnya mereka sampai di IGD rumah sakit terdekat. Dan untung saja Raya masih bisa diselamatkan. Perempuan itu harus menjalani operasi karena luka yang cukup parah dan harus mendapatkan beberapa jahitan di perutnya.

***

Raya terbangun dengan rasa sakit yang begitu hebat mendera tubuhnya. Terlebih dengan perutnya yang terasa sangat nyeri. Saat pertama kali matanya terbuka, yang ia lihat bukan lagi kegelapan. Melainkan cahaya lampu kemuning yang mengitari langit-langit ruangan tempat ia terbaring.

Raya sadar, ini bukan tempat gelap dengan minim penerangan itu. Ada sebuah infus yang menggantung di atas kepalanya. Saat ia menoleh ke samping, netranya menemukan Chandra sedang tertidur di sampingnya. Lelaki itu terus menggenggam tangannya erat. Wajah sayunya, rambut dan pakaian yang sangat berantakan. Raya meringis saat melihat ada bercak darah di kaus putih lelaki itu, ia tahu pasti itu adalah darahnya yang menempel. Raya rasa, Chandra terus berada di sampingnya sampai lupa mengurus diri.

Jam dinding menunjukkan pukul 3 dini hari. Ingatan Raya dipaksa mengingat kembali kejadian mencengangkan kemarin malam sebelum ia terbaring di ruangan ini. Gelap, hujan, Karin, dan pisau yang menusuk perutnya itu berhasil membuat dirinya meringis lagi saat mengingatnya. Mengerikan. Kolase ingatan itu sangat mengerikan untuk Raya ingat lagi meski hanya sesaat.

Ursa MinorㅣLee Haechan ✔Where stories live. Discover now