10 | Sebuah ruang dimana ada kamu

749 128 4
                                    

“Hati ini selalu menunggu. Meskipun sakit, tapi inilah aku.”

_____oOo_____


Akhir – akhir ini Raya merasa agak sedikit kelelahan. Lelah fisik juga lelah pikiran. Ia setiap hari harus membersihkan rumah sebesar ini dengan keringatnya sendiri. Chandra sesekali berniat membantu, namun gadis itu tak jarang menolak. Karena menurutnya, ini semua adalah kewajiban seorang istri, sekalipun ia tak pernah menganggap Chandra sebagai suaminya.

Kepalanya juga pening, serasa ingin meledak. Memang akhir – akhir ini banyak sekali tugas yang sangat memusingkan kepala. Raya sampai tak sempat untuk melahap makanan ke dalam mulutnya. Ia memang seperti ini jika sudah disibukkan dengan tugas kuliahnya. Namun gadis itu tak pernah lupa akan kewajibannya, ia selalu menyiapkan makanan untuk Chandra. Ya, hanya untuk Chandra, ia enggan untuk memakan masakannya sendiri.

Bahkan sejak kemarin, ia hanya makan nasi sekali dalam sehari. Pagi ini pun ia tak menyantap apapun. Chandra jelas khawatir, namun Raya selalu bicara bahwa ia memang sudah terbiasa seperti ini. Raya ingin mengurus dirinya sendiri, ia tidak suka merepotkan orang lain, sekalipun itu orang terdekatnya.

Seperti saat ini, berulang kali Raya menolak untuk sarapan. Tapi Chandra juga bisa menjadi sosok suami yang tegas. Ia tak ingin Raya kenapa – napa.

“Gue gak nafsu makan, Chan,”

“Gak usah dirasaain, makan aja. Kamu hari ini ada kelas kan? Gak bagus kalau perut kosong.” Raya mau tak mau harus menuruti ucapan suaminya itu.

Raya memang sangat keras kepala, bahkan semua orang terdekatnya pun menyetujui pernyataan itu.

Tiba – tiba terdengar bel dan ketukan pintu dari arah depan. Seketika Chandra dan Raya menghentikan aktifitas sarapannya dan beradu pandang.

“Siapa?” Tanya mereka bersamaan.

Sepertinya tamu adalah salah satu ketakutan terbesar bagi mereka sekarang.

“Aku yang cek dulu deh.” Ujar Chandra bergegas keluar.

Raya di meja makan terus saja bergelut dengan pikirannya. Ia menerka – nerka siapa tamu yang datang sepagi ini. Jangan – jangan itu temannya Chandra, atau bahkan sahabatnya sendiri. Bola matanya terus berputar. Sampai dimana Chandra masuk kembali dan bergumam.

“Ada tamu nih.”

“Sia...Mama?” Sontak Raya berdiri dan mencium pucuk tangan seseorang yang ia panggil Mama itu.

“Mama kesini kok gak ngabarin dulu.” Raya menyapa Ibu mertuanya.

“Biar surprise dong.” Ujarnya dengan senyum manis. Walaupun sudah berkepala empat, namun kecantikannya itu tak dapat luntur dari wajahnya.

“Ini Mama bawakan makanan kesukaan Chandra. Raya, maaf ya sayang, Mama gak tahu kamu suka apa, jadi Mama bawain ini aja untuk kalian berdua.” Lanjutnya.

“Ih gak pa-pa Ma, Mama kesini aja Raya udah seneng kok.”

Mama hanya tersenyum dan kemudian netranya tertuju pada meja makan yang sudah terisi oleh beberapa menu.

“Kalian lagi sarapan bareng?” Tanya perempuan paruh baya itu seraya duduk di samping Raya.

“Iya Ma, kita berdua selalu sarapan bareng setiap hari loh.” Ujar Chandra yang hanya membuat Raya tersenyum dan berguman dalam hatinya, “Jago banget aktingnya.”

“Iya kan sayang?” Ujar Chandra yang membuat Raya tersedak makanan saat mendengar kata Sayang terlontar dari mulut lelaki itu. Padahal itu adalah suapan pertamanya hari ini.

Ursa MinorㅣLee Haechan ✔Where stories live. Discover now