BAB 4

18.2K 383 21
                                    

Axel menyentuh pipinya yang menerima tamparan dari seorang wanita yang baru saja ia cium berapa menit yang lalu. Axel yakin saat ini ia sudah mabuk itulah yang menjadi faktor kenapa ia begitu berani menarik wanita secara asal dan mencium bibirnya, Axel memengang kepalanya yang terasa berdeyut entah berapa banyak gelas alkohol yang ia minum malam ini. dan terakhir yang ia minum adalah alkohol yang berasal dari gelas wanita yang ia rebut itu.

Axel jatuh terduduk di salah satu sofa yang ada diklub ia memjamkan matanya mencoba untuk melepaskan satu kancing lagi kemejanya. hingga tiga kancing telah terlepas, dan meperlihatkan tubuhnya. bayangan wanita itu tiba tiba saja muncul dalam benak Axel seperti tatapan tajam yang wanita itu tunjukan padanya saat mulut lancang Axel yang memangil wanita itu dengan panggilan yang tak seharusnya. Axel baru saja menyadari bahwa apa yang di katakan wanita itu adalah kebenaran. bahwa apa yang Axel dengar dari bertender wanita itu bukanlah salah satu pekerja di klub malam ini.

''Lupakan saja Axel. Anggap saja kesalahan malam ini, tak sengaja lagipula kau tak bersalah yang salah adalah wanita itu yang begitu sexy di depanmu.''

Axel membuka matanya dan mencoba bangkit dari duduknya. Tapi, yang terjadi ia kembali duduk karena dirinya yang mabuk berat. tangan Axel meraih ponsel dari saku celana kain yang masih melekat pada tubuhnya ia mencari sebuah nomor yang sering kali ia hubungi entah dalam berbagi soal pekerjaan atau melakukan hal yang sering mereka lakukan sesama pria Hardin adalah sahabatnya selama 6 tahun belakangan ini.

''Hallo.''

''Jemput aku Hardin aku mabuk.''

''Shitt aku akan datang dimana kau sekarang.''

Axel sedikit tersenyum saat mendengar umpatan suara berat milik sahabatnya itu. setalah itu ia mengatakan dengan detail dimana posisinya saat ini. Axel memutuskan panggilanya secara sepihak ia kembali memejamkan matanya sembari menunggu Hardin menjemputnya, sebenarnya malam ini adalah hal yang sangat terburuk bagi seorang Axel leonidas. pertama tender besar yang sedang ia jalankan tiba tiba saja mengalami kegagalan yang membuat kerugian yang bisa dibilang tak kecil bagi Axel dan yang kedua desas desus tentang dirinya yang gay semakin menyebar dengan sangat luas bahkan hal itu sedikit menggu Axel sebetulnya tapi, ia tak ingin mengambil pusing akan hal itu. lagi pula mereka juga tak memiliki bukti bahwa Axel gay dan tak ada yang bisa mengklaim kebenaran itu tanpa bukti yang kuat.

Saat mata Axel terpejam ia merasakan usapan tangan hangat yang membelai tubuhnya yang terbuka. Axel mencoba menepis tangan itu menjauh dari tubuhnya tapi ia malah merasakan gigitan kecil pada kupingnya.

''Aku yakin? Aku pikir saat ini kau membutuhkanku sayang....Ayolah aku akan membuatmu merasa senang malam ini. ''

suara bisikan manja yang terdengar sangat menjijikan bagi Axel membuatnya sangat muak sekarang. akan tetapi saat ia membuka matanya dan menghentikan aksi wanita murahan itu Axel mendengar sebuah jeritan dan tarikan paksa yang membuka mata Axel.

''Aakhhh. lepaskan tuan.''

''Apa kau begitu tak peka saat dia menolakmu!!dia tak butuh wanita murahan sepertimu menjauhlah.'' Hardin mendorong wanita itu menjauh dari hadapannya dan mata Hardin langsung menatap wajah pria yang membuatnya sangat khawatir kerena sulit untuk di hubungi satu hari ini.

''Axel apa kau baik baik saja? Kau bisa berdiri sendiri?'' Hardin berusaha untuk menutupi rasa khawatirnya saat melihat keadaan Axel yang terlihat menyedihkan bagi Hardin yang telah berteman dengan Axel hampir 6 tahun ini batu kali ini ia melihat Axel menunjukkan sisi buruknya di hadapan Hardin seperti yang Hardin ketahui. bahwa Axel tak pernah terlihat mabuk berat seperti hari ini jika sampai hal itu terjadi maka, Hardin pastikan ada hal berat yang sedang Axel tanggung sendiri.

Hardin memijat pelipisnya ia mencoba untuk duduk di salah satu sofa yang ada di hadapan Axel. mata Hardin menatap mata Axel dengan padangan sayu jika sebelumnya, orang lain akan melihat tatapan tajam yang Hardin. yang ia tujukan saat wanita murahan itu menyentuh seseorang yang sangat ia sayangi akan sangat berbeda ketika Hardin menatap Axel, ia seperti menjadi pria yang hilang akan kekuatan lebih tepatnya Hardin merasa lemah saat bersama Axel.

''Apa yang terjadi padamu?'' Hardin menatap mata Axel mencoba untuk mencari jawaban terlebih dahulu meskipun Hardin tak cukup pandai membaca ekspresi orang lain. tapi demi mengetahui setiap kali ekspresi Axel Hardin rela belajar meskipun ia membencinya.

''Tidak ada.'' Axel memilih untuk tak mengatakannya ia tak ingin berbagai masalah ini karena semuanya hanya omong kosong Axel yakin Hardin normal dan Axel tak percaya akan ucapan orang lain yang berkata hal buruk tentang sahabatnya.

''Omong kosong. hal bodoh apa yang berusaha kau sembunyikan dariku. . aku bukan baru mengenalmu kemarin Axel kita sudah berteman hampir 6 tahun ini dan tak mungkin aku tak bisa mengenali ekspresi wajah frustasimu.'' Hardin yang awalnya tak ingin meminum alkohol malam ini akhirnya hanya bisa meminum satu kaleng bir.

''Tidak ada. Hanya sedikit kekalahan yang terjadi pada tender yang aku pegang selebihnya tidak terjadi apa apa.'' Axel mencoba mencari alasan yang logis agar Hardin tak terus menerus bertanya padanya.

''Kau butuh suntikan dana?uangmu sudah habis?berapa kerugian yang terjadi padamu.''

Axel menggelengkan kepalanya ia tak bangkrut sama sekali bahkan kekayaanya masih bisa di katakan bisa menghidupinya sampai tujuh keturunan. kekalahan tender tak akan membuat Axel leonidas bangkrut dalam satu malam.

''Lalu? masalah apa lagi yang terjadi padamu.'' Hardin kembali menatap wajah Axel satu tanganya yang berada disisinya ingin sekali mengusap wajah Axel hanya saja hal itu tak bisa Hardin lakukan.

''Sepertinya aku harus segera menikah.'' Axel mengatakan omong kosong hanya untuk melihat ekspresi Hardin seperti apa. Dan tebakan kali ini ia benar Hardin merasa sangat terkejut bahkan ekspresi wajahnya langsung saja berubah seperti ia sedang menahan amarah sekarang.

''Kau sudah terlalu mabuk Axel ayo kita pulang saja.'' Hardin berdiri dan menarik tangan Axel untuk segera bangkit dari duduknya karena Hardin merasa ucapan yang terkeluar dari bibir Axel semakin terdengar sangat omong kosong.

Jujur saja Axel malah terkejut saat tangannya di genggam erat oleh Hardin. ia pikir sebelumnya hal ini biasa saja jika karena mereka berteman sudah sejak lama bahkan sudah seperti keluarga sendiri Hardin lebih tua dari Axel 2 tahun dan Axel berpikir bahwa perhatian yang Hardin berikan padanya seperti kakak yang menjaga adiknya. tapi, mulai hari ini sudut padang dan hati Axel mengatakan hal yang berbeda.

''Kau membawa mobil?'' langkah kaki Hardin terhenti saat mereka sudah sampai di parkiran ia melihat kearah Axel yang masih sadar tapi tak sedikitpun pria itu mengeluarkan suara sedikitpun bahkan Hardin melihat hanyalah ekspresi datar dengan tatapan kosong.

''Hei bodoh.'' Hardin memukul kepala Axel hanya untuk menyadarkan pria itu. akan tetapi saat mata Axel menatapnya, Hardin dengan cepat mengusap jidat Axel yang merah karena ulahnya yang begitu kasar.

''Mobilku berada disana.'' Axel menuju arah yang berlawanan dimana mobilnya terparkir sedikit jauh dari posisi mereka saat ini.

''Masuklah! Mobilmu akan aku urus nanti.'' Hardin membuka pintu mobilnya dan mendorong tubuh Axel yang sedikit lebih besar darinya.

𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓𝐀𝐑𝐘Where stories live. Discover now