BAB 43

4.7K 136 8
                                    

"Tessa selamat tinggal." Seorang wanita berambut panjang sepunggung melambaikan tangannya saat mereka berpapasan di koridor.

"Bye Alice hati- hati." Tessa melambaikan tangannya saat wanita itu telah berjalan sedikit jauh darinya.

Tepat pukul dua pagi dini hari. Tessa baru saja selesai dari segala urusannya yang begitu menyibukkan dan menyita waktunya setiap harinya. Make up di wajahnya sudah di hapus, rambut sebahunya juga di ikat dengan cipulan asal. Tessa berjalan keluar melewati pintu kaca rumah sakit tempat dimana ia mengabdikan hidupnya demi kesehatan dan kesembuhan sesama manusia. Begitu isi dari sumpah yang ia ucapkan di sebuah ruangan yang begitu besar. Dengan pakaian toga sekitar lima tahun yang silam.

Berusia 32 tahun sudah cukup matang bukan. Begitulah hal yang sering orang lain katakan padanya, orang- orang mengatakan bahwa Tessa telah mendapatkan semua yang ia inginkan salah satunya dengan menjadi dokter spesialis bedah dengan waktu tersingkat dan lulusan terbaik.

Akan tetapi tidakkah orang lain tau tidak perlu tau. Akan perjalanannya yang begitu rumit hingga ia sampai pada tahap ini, semuanya sudah ia jalani dan telah ia alami dan sekarang rasanya cukup aneh ketika orang lain masih mempertanyakan akan hal apa saja yang telah ia lalui.

"Arrghhhh..." Tessa meluruskan tangannya dan menghembuskan nafasnya

Ia berjalan menuju mobilnya yang hanya terparkir sendirian. Tessa meletakan jasnya kedokterannya di kursi di sampingnya, ia memacu roda empat itu meninggalkan kawasan rumah sakit. Hanya butuh waktu setengah jam ketika jalanan sedikit sepi. Tessa berhasil sampai di kawasan elite tempat kondominium miliknya, yang ada di kawasan New york Hills.

Apartemen ini cukup terkenal di kalangan pembisnis lainnya. Tessa dan Hardin membeli satu unit Kondominium ini tiga tahun yang lalu dengan pakasaan Hardin yang ingin membelikan untuknya. Akan tetapi perlahan- lahan Tessa mencoba untuk mencicilnya dengan hasil bekerja menjadi dokter dan akan memberikannya pada Hardin suatu Hari nanti.

Tessa menaiki lift yang akan membawannya pada lantai. Dimana Flat miliknya Berada, pintu lift terbuka kaki Tessa dengan cepat melangkah melewati satu pintu dimana pintu Flat miliknya berada.

Buket bunga mawar hitam segar tergantung pada ganggang pintunya. Note pesan romantis dari Hardin selalu membuat Tessa tersenyum.

'Tetap jaga kesehatan my Wife love you more.'

Tessa segera membuka pintu dan menutupnya. Kakinya dengan cepat melepas heelsnya tanpa meletakan bunga yang ada di tangannya, berlari menuju wastafel menggisi Vas dengan air baru dan mengganti bunga mawar merah yang telah layu menjadi bunga mawar hitam yang baru.

Tessa berjalan menuju kamarnya. kamar utama yang berada cukup jauh  perlu melewati ruang tamu, ruang baca dan dua ruangan kosong yang ia gunakan untuk menyimpan barang yang tak ia gunakan. Dan satu lagi space ia biarkan kosong, tidak sebenarnya tempat itu tak kosong! karena ia menempatkan sebuah guci yang berisikan abu anaknya.

Kaki Tessa terhenti, untuk pertama kalinya setelah tiga bulan lebih ia tak masuk kedalam sana. Tangannya membuka pintu ruangan itu dan mencari saklar menghidupkan lampu.    Tessa tersenyum lebar, ia tak mungkin memasang wajah sedihnya meskipun, rasa lukanya tak pernah hilang sama sekali.

"Mommy datang."

"Apa kabar anak Mommy.... Bolehkan aku datang berkunjung? Mari dengarkan sedikit hari- hari membosankan yang Mommy lalui." Tessa terus berbicara sendiri menatap kosong pada gucci, yang telah di tutup oleh box kaca untuk menghindari debu.

Sepatu bayi, pakaian bayi dan juga topi merah yang senada ia letakan menjadi satu tumpukan. Rasanya masih sama seperti tujuh tahun yang lalu, rasanya baru saja Tessa merasakan pergerakan aktif bayi yang ada di dalam perutnya. Rasanya seperti baru kemarin mereka mendengarkan suara ombak tapi, tanpa terasa semua hal itu berlalu begitu cepat tujuh tahun tak terasa tapi begitu sulit kembali berdiri sendiri dengan kedua kakinya.

𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓𝐀𝐑𝐘Onde histórias criam vida. Descubra agora