10.02

17K 1.2K 117
                                    

"Dan tuan rumah pun tidak akan membukakan pintunya, jika si tamu tidak pernah mengetuk pintu tuan rumah lebih dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dan tuan rumah pun tidak akan membukakan pintunya, jika si tamu tidak pernah mengetuk pintu tuan rumah lebih dulu."
Aleska Khansa Nerissa

🪐🪐🪐

"Gue rasa kita bisa jodohin anak kita nanti, Zhey? Lo kan sama Arkha di jodohin tuh, bisa kali Razan jodohin sama anak gue?" Dhea menaik turunkan kedua alisnya, mencoba memberikan sebuah tawaran pada Arkha dan Zheya.

"Gue tergantung gimana Razan aja, gak semua perjodohan itu berhasil Dhey," ujar Zheya.

"Aman lah itu mah, kalau di liat-liat juga kan Ansel sama Razan deket banget kan? Yang penting mah setuju aja dulu."

Zheya menggedikkan kedua bahunya, belum bisa memberikan jawaban yang tepat untuk penawaran Devin dan Dhea.

Karena sejak awal, prinsip Arkha dan Zheya adalah pantang adanya perjodohan jika anak mereka tidak setuju dengan itu. Karena mau bagaimanapun, Arkha dan Zheya tidak nau memaksakan mereka karena Arkha dan Zheya pun paham jika anak mereka pasti mempunyai hak keputusannya masing-masing.

"Nanti kita omongin lagi aja mah ke Razannya," ucap Arkha.

Di sisi lain, seorang perempuan berkuncir kuda yang kini sedang duduk di bangku SMP kelas delapan, mendengar semua percakapan di antara kedua orangtuanya itu.

Dengan minimnya pemahaman tentang sebuah perjodohan, senyum perempuan itu mengembang bahagia. Ia berlari ke taman belakang rumah dengan membawa sebuah kabar yang ia dengar tadi dari percakapan kedua orang tuanya.

"Razan, aku punya berita bagus!" serunya dengan begitu antusiasnya untuk menceritakan sebuah berita yang tadi ia bawa dari ruang tamu.

"Apa?"

"Kata mamah nanti kita mau di jodohin," ucap Ansel mengadu pada Razan setelah apa yang ia denger dari percakapan para orang tuanya di ruang tamu tadi.

Razan yang tengah sibuk dengan game di layar handphonenya hanya bisa mengangguk menanggapi ucapan Ansel.

"Kamu seneng gak kita di jodohin?" tanya Ansel dengan binaran matanya.

"Seneng," jawab Razan singkat, karena ia masih terlalu fokus pada gamenya.

Ansel mengerucutkan bibirnya ke bawah, merasa kesal karena di cuekin oleh Razan. Walaupun emang sebenarnya biasanya pun seperti itu, Razan selalu saja mencueki dirinya.

"Kalau kamu cuekin aku terus, nanti aku aduin ke Rezan mau?"

Razan menghela napasnya panjang, dengan berat hatinya ia menutup game di handphonenya dan meletakkan handphonenya untuk kembali memperhatikan Ansel yang sejak tadi sudah berada di hadapannya.

Razan dan Ansel yang saat itu hanya remaja kelas delapan hanya merasa jika sebuah perjodohan diantara keduanya tentu akan berhasil berjalan dengan baik.

RAZANDRA [ ON GOING ]Where stories live. Discover now