🏵 Cold Heart 🏵

719 118 10
                                    

Sepulang sekolah, Minjeong menjalani kehidupannya seperti biasa. Tapi nampaknya minggu ini agak berbeda, karena kemunculannya di toko buku yang makin sering.

Bunyi gemerincing di pintu menandai kedatangan Minjeong di hari yang sudah gelap ini, membuat dua orang yang sedang bicara di depan meja kasir menoleh padanya.

"Eh, ada Minjeong." Kak Jeno menyapanya.

"Hai, kak." Minjeong balas menyapa kak Jeno.

Jaemin menatapnya terus sedari tadi. "Ada apa, Minjeong? Mau beli buku lagi? Biar aku belika-"

"Bu-bukan." Minjeong menghentikan kalimat Jaemin.

Sedikit banyak Minjeong takut juga karena ternyata Jaemin serius tentang ingin membelikannya buku lagi. Mentang-mentang punya banyak uang.

"Aku bukan mau membeli buku. Tapi aku bawakan kalian ini. Ibuku yang membuatnya."

Minjeong meletakkan dua porsi makanan di meja kasir, membuat Jaemin dan Jeno bertanya-tanya.

"Apa ini, Minjeong? Baunya seperti kwetiau. Benar, tidak?" Jeno menyentuh-nyentuh plastik pembungkus makanannya karena penasaran.

"Benar, kak."

"Nah, kan. Pantas saja baunya tidak asing. Satu untukku, kan?" Mata kak Jeno nampak berbinar-binar.

Minjeong mengangguk singkat.

"Yeay. Terima kasih banyak, Minjeong. Kamu memang paling mengerti aku. Tidak seperti bosku ini. Padahal aku belum makan sejak siang, tapi dia tidak memberiku makan sama sekali." Jeno mengusap matanya dramatis.

Jaemin melotot tidak terima. "Enak saja. Aku bukan tidak mau memberimu makan, tahu. Tapi kamu ini sekali beli makan langsung tiga porsi. Rugi di aku."

Jeno tertawa-tawa tanpa dosa, sementara Minjeong hanya bisa geleng-geleng kepala melihat perdebatan antar laki-laki di hadapannya yang sangat kekanakkan.

"Eumm... kenapa ibumu tiba-tiba memberi kami makanan, Minjeong?" Jaemin sudah mengabaikan Jeno yang baru saja menyobek plastik pembungkus sumpit dan siap makan.

"Oh, itu karena ibuku tahu kalau kak Jaemin membelikanku buku. Dia bilang sebagai ucapan terima kasih."

"Kenapa kamu beritahu ibumu?"

Minjeong mengendikkan bahu. "Sudah terlanjur ketahuan. Daripada dimarahi, lebih baik aku bilang sejujurnya."

Jaemin menatap lekat-lekat Minjeong yang wajahnya selalu nampak lesu. Selain itu, Minjeong juga jarang tersenyum. Sejauh ini mungkin baru Yeri saja yang pernah melihat senyum gadis ini. Sementara Jaemin masih perlu berjuang keras untuk bisa melihatnya.

Minjeong tiba-tiba melangkah menjauhinya, menyentuh pintu toko. Jaemin yang sadar langsung menahannya.

"Kamu mau kemana?"

"Pulang. Lagipula di sini tidak ada kak Yeri yang bisa kuajak bicara. Aku juga harus mengerjakan tugasku."

Jaemin belum melepaskan tangannya di lengan Minjeong. "Kan ada aku. Kamu bisa mengajakku bicara."

Minjeong mendongak, namun tidak bisa berkata apa-apa. Apa maksud perkataan Jaemin barusan?

Jaemin menggaruk belakang kepalanya untuk sesaat dan mengambil bungkus kwetiau yang tinggal sisa satu di meja.

"Eumm, bagaimana kalau kamu menemaniku makan dulu sebentar?"

Minjeong semakin menatap Jaemin penuh tanda tanya. Ia antas menunjuk laki-laki lain di balik meja kasir. "Kan sudah ada kak Jeno."

Melt My Cold Heart • Jaemin x Winter ✅Where stories live. Discover now