🌼 Our Date 🌼

456 71 4
                                    

Hari yang cerah di akhir pekan ini membawa Jaemin dan Minjeong berkencan. Kali ini Minjeong tidak menolak naik mobil Jaemin karena jarak tempat kencan mereka yang jauh dari rumah.

Berhenti di sebuah resto western, Jaemin dapat memahami gurat wajah Minjeong yang terkejut. Pasti mengagetkan tiba-tiba ke resto besar begini tanpa memberitahu terlebih dulu.

Minjeong pun semakin terkejut saat Jaemin menjelaskan bahwa resto besar ini milik keluarganya.

Tapi meski begitu, Minjeong tetap menurut untuk masuk ke dalam. Dia tidak menolak sama sekali saat Jaemin mencoba menuntunnya untuk pergi ke rooftop. Jaemin bilang, pemandangan di rooftop adalah yang terbaik.

Hanya saja, yang membuat Minjeong grogi adalah saat beberapa kali ada staff melihat ke arah mereka. Beberapa lainnya bahkan tidak sungkan untuk bertanya pada Jaemin tentang siapa gadis yang dia bawa.

Secara mengejutkan, Jaemin bilang kalau Minjeong ini pacarnya. Laki-laki itu menjawabnya tanpa beban sama sekali.

"Kak Jaemin kenapa memberitahu hubungan kita ke mereka?"

Jaemin dengan kalem meraih sepiring cantik beef tenderloin steak milik Minjeong dan memotongkannya, berusaha bersikap selayaknya pacar yang pengertian.

"Memangnya kenapa? Kamu kan memang pacarku."

Minjeong merengut. "Nanti kalau orangtuamu tahu bagaimana?"

Jaemin berlanjut memotong daging miliknya sendiri tanpa kesulitan sama sekali. "Orang tuaku? Mereka sudah tahu lebih dulu."

Minjeong hampir menyemburkan jus jeruk yang sedang diminum pada Jaemin. Minjeong ingin protes, karena siapa tahu Jaemin bercanda. Kalau memang begitu, bercandanya kelewatan sekali. Tapi...

"Aku serius, kok. Aku memang suka menceritakan banyak hal pada orangtuaku. Mereka juga suka saat aku menunjukkan fotomu. Kata mereka imut sekali."

Merasa ucapannya terdengar salah, Jaemin segera berhenti makan dan menatap Minjeong. Tangannya terjulur untuk meraih tangan Minjeong yang berada di atas meja.

Jaemin lupa jika Minjeong mungkin saja akan sedih mendengar kebahagiaan keluarga lain. Jaemin dengan bodoh justru memamerkannya.

"Maaf, Minjeong. Aku tidak bermaksud pamer tenta-"

Minjeong menggeleng cepat. "Aku baik-baik saja, kok. Kenapa kamu harus minta maaf, kak? Aku senang mendengar kalau orangtuamu tidak menolakku."

Jaemin masih terdiam memperhatikan wajah Minjeong. Sungguh di luar dugaannya. Dia pikir Minjeong akan sedih lagi jika membahas tentang keluarganya.

"Apakah kak Jaemin berpikir aku akan iri?" Minjeong terkekeh pelan.

Minjeong melepaskan genggaman tangan Jaemin untuk balik menggenggamnya.

"Aku tidak iri kok, kak. Di dunia ini kan ada banyak sekali jenis keluarga. Ada yang harmonis dan juga tidak harmonis seperti punyaku. Aku bisa menerimanya. Tapi memang akan lebih menyenangkan jika keluargaku baik-baik saja, sih."

Jaemin lamat-lamat tersenyum. Entah mengapa Minjeong terdengar makin dewasa saja.

"Ngomong-ngomong, enak juga ya kak ternyata berpacaran dengan orang kaya. Kencannya ke tempat mewah. Hehe." ucap Minjeong tiba-tiba.

Jaemin hampir tersedak dibuatnya.

"Kamu belajar dari mana bicara seperti itu, Minjeong?"

Minjeong menggeleng santai. "Tidak dari mana-mana. Aku kan bicara fakta."

Jaemin sedikit banyak menahan tawa. "Aku tidak bermaksud mengajakmu ke sini untuk pamer, Minjeong. Aku murni ingin mengajakmu keluar dari rumah, agar kamu tidak terus mendekam di kamarmu. Aku khawatir saat kamu bilang akhir-akhir ini pusing karena terlalu banyak belajar."

Melt My Cold Heart • Jaemin x Winter ✅Where stories live. Discover now