38 : Goresan

82 12 0
                                    

Jam menunjukkan pukul enam sore, Lyora ingin pulang tapi Nolan masih ingin memberinya materi.

"ngerti?"

"heeh."

Nolan yang sadar Lyora mulai bosan segera keluar kamar untuk mengambil minum dan cemilan "minum aja, lu pasti haus."

Lyora mengambil gelas yang berada di atas nampan kemudian meminum jus jeruk yang Nolan bawa "kamar lu gede banget, tapi cuma di isi sama satu orang aja?"

"tadinya satu kamar sama Norman, ada tembok pembatas di sana tapi di hancurin sama papa soalnya Norman udah ga ada."

"aha ha ha ha ha Norman...?" tanya Lyora kembali memastikan, masalahnya Nolan memanggil nama Norman tanpa embel embel 'Kak.'

Nolan menunjuk ke daerah rak rak yang berisi buku, piagam, alat musik, baju bola dan beberapa peralatan olahraga "itu wilayah Norman, yang banyak gambarnya itu wilayah gue."

Berbalik dengan wilayah Norman, wilayah Nolan tampak terlihat begitu cerah dan ramai karena lukisannya yang begitu banyak dan berwarna warni.

Lyora menganggukkan kepala mendengar semua cerita Nolan, kakak adik ini benar benar punya hobi yang berbeda dan itu sangat terlihat jelas.

"kalian nyaman sekamar?"

"engga, dia nyebelin kalau balik sekolah baju sama kaos kaki di taruh sembarang dan kadang kalau hilang dia malah salahin gue."

"kak Norman begitu?" tanya Lyora tak percaya.

"kejelekan dia banyak, walau pinter di sekolah orang orang ga tau sikapnya kalau di rumah gimana. Kadang makan bisa sampai setengah jam sambil melamun, kadang dia suka ketawa ketawa sendiri ga jelas, kadang suka joget joget depan kaca itu." jelasnya seraya menunjuk kaca yang tergantung di tembok.

"Norman juga suka marah marah ke papa."

Lyora tak dapat menahan tawanya, ternyata Nolan bisa julid juga.

"kenapa?" tanya Nolan bingung pasalnya Lyora tertawa tiba tiba.

"gue ga nyangka lu banyak bicara juga yaa, apalagi kalau bicarain soal kak Norman kaya sregep banget..?"

Nolan mengalihkan wajahnya malu, dia juga merasa jika tadi terlalu banyak berbicara. Tak apa setidaknya Lyora harus tau kejelekan kakaknya itu, karena orang orang tak boleh berfikir jika Norman sempurna.

"lu ga sesuka itu yaa sama kak Norman?"

"banget."

"kenapa bisa begitu?"

Nolan menarik nafas, tak ada yang tau soal ini. Apa dia harus menceritakannya kepada Lyora? Atau tidak?

"gue ga mau banyak bicara." ujarnya.

Lyora mendesah kecewa "padahal gapapa, gue suka liat lu cerewet begini dari pada diem."

Nolan menarik nafasnya kembali sebelum bercerita "dulu, gue salut banget sama Norman dia— serba bisa apa aja."

"semuanya hancur waktu gue mulai sakit sakitan dan harus di rawat di rumah sakit, tapi ga sampai situ walaupun udah pulang dari rumah sakit gue tetap harus kontrol setiap seminggu dua kali."

"dan waktu itu....

Norman melangkah menuju ruangan adiknya dengan perasaan marah, keringat yang mengalir sukses membuat bajunya basah.

Brakk!!

Anak itu membuka pintu ruangan dengan kasar membuat bunda dan juga Nolan tersentak.

Soulmate | Enhypen Donde viven las historias. Descúbrelo ahora