Abian mengepalkan tangannya, Ravin lebih memilih El daripada dirinya, selalu begitu dia bersikap dingin kepada dirinya tak tahu kenapa.
Dan lihat sekarang padahal Ravin hanya tinggal mengantarnya tapi Ravin tidak mau.

"Yaudah ngak papa bund, biar bian sama Revan aja sekalian jalan ke kantor" sahut Revan.

"Ayo bian kita berangkat"

"Iya bang" Abian bangkit dari duduknya lalu salam kepada sang bunda dan berangkat.

Abian sampai di sekolah setelah berpamitan dengan ayah dan abangnya ia pun memasuki perkarangan sekolah, namun saat di pagar ia melihat El yang datang bersama Ravin, El dengan motor dan Ravin dengan mobil.

Ravin menatap El tajam, sungguh ia pikir dengan El pergi maka ia bisa mendapatkan kasih sayang dari seluruh keluarga namun ternyata salah, lihat ini bahkan walaupun El tidak dirumah dia masih bisa mengendalikan Ravin.

Dia akan membuat perhitungan nanti.

Skip situasi El.

Ia memarkirkan motornya, sedikit merapikan rambutnya yang berantakan lalu berjalan menuju kelasnya.

Hari ini ntah angin dari mana pagi pagi Ravin sudah ada di kostannya, dia membawakan nasi goreng yang mungkin ia beli di perjalanan sebelum ke kostannya.

Awalnya ia menolak namun Ravin terus memaksa, akhirnya ia menuruti keinginan Ravin dari pada ribet bisa bisa ia terlambat ke sekolah.

Sehabis sarapan itu Ravin malah kekeuh untuk mengantarkannya ke sekolah, bahkan sedikit terjadi keributan tadi dan hasilnya ia tetap mengalah membiarkan Ravin mengikutinya dari belakang hingga ia sampai di sekolah.

Sebenernya ia melihat Abian tadi yang turun dari mobil, dapat ia tebak jika anak itu tampak kesal dengan dirinya.
Maybe karena ia bersama Ravin, tapi ia tidak memperdulikan itu, toh dirinya tidak salah, juga bukan dia yang meminta Ravin untuk datang kan.
Jadi ia bersikap biasa biasa saja.

Hingga jam pelajaran di mulai, saat ini sudah masuk pembelajaran kedua dan itu adalah olahraga, mereka berkumpul di lapangan hari ini mereka di bagi dua para siswa laki laki akan bermain basket dan perempuan akan bermain voli.

El dengan lincah memainkan bola, selalu mencetak poin ya dia memiliki bakat hanya saja tidak di gunakan.
Sempat dulu ia di minta untuk ikut tim basket namun ia menolak, waktunya akan habis dan ia tidak bisa, ia memiliki banyak kegiatan lainnya yang lebih bermanfaat dari itu.

"El tu kunyuk kayaknya liatin Lo deh dari tadi" ucap Ken pada El dengan menunjukkan Abian yang berad di lantai dua.

El melihat ke atas, memang benar yang Ken katakan disana Abian menatap dirinya, entah apa yang dilihat oleh bocah itu tapi ia tak peduli dan tetap melanjutkan permainan.

Skip hingga waktu pulang sekolah.

El sudah berada di parkiran bersama teman temannya, katanya mereka ingin mengerjakan tugas kelompok di kostannya, ia hanya mengiyakan saja, palingan juga nanti akhirnya hanya akan merusuh.

Saat akan menaiki motor dirinya di tahan oleh seseorang, El membalikkan badannya melihat seseorang dia Abian.
Anak itu memegang pundaknya.

El menepis tangan anak itu

"Mau apa Lo" ucap El.

"Gua mau bicara sama Lo" ucap abian.

"Mau ngapain lagi Lo ha? Fitnah El lagi nuduh dia mukul Lo lagi?" Sahut bintang.

"Gua ngak ada urusan sama Lo jadi ngak usah ikut campur" ujar Abian pada bintang.

"Oh harus urusan kita, secara El Sahabat kita jadi apapun masalah El kita bakal bela dia" jawab bintang.

"Ngomong gua ngak punya banyak waktu" ujar El.

"Jauhin keluarga gua" ucap abian

"Gua ngak ada Deket sama keluarga Lo"

"Ngak usah ngeles, tadi bang Ravin ke kostan Lo kan, pasti Lo yang nyuruh kan"

"Udah gua bilang gua ngak ada hubungan sama keluarga Lo" El berusaha untuk mengatur kata kata yang akan ia ucapan, disini teman temannya tidak mengetahui hubungan El dengan Abian.

" Ngak usah ngeles, buktinya kemaren Lo ketemu sama ayah kan habis itu Lo juga ketemu sama bang Ravin di bengkel Lo. Mau Lo apa? Mau rebut perhatian mereka lagi biar Lo di baw kerumah" ujar Abian.

"Banyak bacot Lo" ucap El ia menaiki motornya tak ingin melanjutkan perdebatan.

"Kenapa Lo ngak mau  temen temen Lo tahu kalo Lo di usir dari rumah sendiri? Kenapa malu ya. Pasti sih tapi gua tebak mereka memang ngak tahu duh kasian banget yah udah di buang ngak di anggep anak lagi"

"Diem Lo" tekan El.

"Hahahaha woi Lo udah temenan sama El berapa lama? Pada ngak tahu ya kalo dia di buang sama keluarga, anak yang ngak di inginkan"

"Jaga ucapan Lo anjing, yang anak pungut itu Lo yang jadi perusak itu Lo? Kenapa Lo ngomong sekarang takut keluarga Lo itu bawa gua lagi terus lupain Lo? Basi anjing gua juga ngak butuh keluarga kayak gitu jadi silakan bilang sama keluarga Lo itu supaya enggak ganggu gua lagi, karena nyatanya mereka yang nyari gua bukan gua yang nyari mereka, gua bukan orang yang bakal ngemis ngemis buat dapet kasih sayang kayak Lo ANAK PUNGUT"

El menghidupkan motornya lalu pergi dari sana.

Teman teman El juga ikut pergi mengejar El.

"Awas Lo El, gua ngak bakal biarin Lo masuk ke rumah gua lagi" ucap abian.

Halooo guysss Mimin comeback lagi nihhhh.

Semoga suka jangan lupa votmen juga ya

Pay pay

Elgara Bramasta  (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora