17: Ini masih belum berakhir!

27 20 70
                                    

 Re telah menuntun beberapa penyihir pekerja keluar dari kapal. Berkat perlindungan khusus yang di pasang pada badan kapal, sulit untuk menembus dan menghancurkan nya, itu memakan waktu lama hingga banyak juga dari pihak Serikat yang gugur.

"Apa kita tidak bisa bunuh saja kucing itu!" seru seorang penyihir serikat yang telah jatuh bangun dan penuh peluh mempertahankan serangan mereka.

"Jangan dulu!" jawab Jeremy.

"Tapi semakin sulit bertarung tanpa membunuhnya sekaligus menjaga warga pula!"

Re menelan ludah, mengamati Alba yang tanpa henti menyemburkan api sementara pihak serikat tak dapat memberikan serangan intensif yang akan melukai nya dengan serius.Jeremy tak menyahut lagi, ia pun mengakui bahwa jumlah mereka semakin berkurang, dan serangan mereka seperti sia-sia,karena kapal tetap saja menembak orang-orang Sampai melebur.

"Bunuh—" Jeremy terpelanting tepat ketika Re menabrak tubuhnya sampai tersungkur,ia mendelik kearah si Pelaku.Dalam sekejap Re meringis merasakan luka di perutnya yang mendadak perih kembali.

"Apa-apaan kau?!" Jeremy bangkit.

"Jangan bunuh! Percayalah Pada Audy," tukas Re.

"Ketua!"

Mereka berdua mendongak, menemukan beberapa pasukan bersapu telah kembali.

"Tidak ada apa-apa di dalam Kastil," katanya.

Jeremy kembali memandang kearah Re, meminta dirinya menjelaskan hal ini.

"Audy itu tidak kuat, tapi dia tahu cara untuk menang! Audy tidak akan kabur. Aku yakin!" seru Audy.

"Sebaiknya kau dapat membuktikan perkataan mu itu nantinya. Kita tidak bisa mengulur waktu lagi, kalau masih saja tidak ada perubahan Kami akan menghabisi kucing itu."

Re mengangguk."Tentu saja!"

"Semua nya bentuk formasi pertahanan terakhir, kita adalah harapan semua orang!" perintah Jeremy sambil Lalu.

"Audy cepat lah," gumam Re.

****

Perempuan itu yang ingin di panggil dengan nama Hera membuka pintu perlahan, Audy menodong dengan belati begitu ia berdiri Di ambang pintu. Setelah menyisir keadaan sekitar Audy mengangguk Pada Hera.

"Ayo masuk," pinta Hera setelah mendahului Audy masuk terlebih dahulu.

Ada piring dengan makanan tersisa penuh lalat di atas meja, juga beberapa buah-buahan busuk berserakan. Pakaian kotor tertumpuk di sudut rak buku dan ada satu pintu separuh terbuka yang menjadi sumber suara batuk yang mereka dengar, cahaya keunguan berpendar-pendar redup dari celah pintu.

"Dia benar-benar kritis," gumam Hera.

Begitu Hera mendorong Pintu, seekor Monster berukuran sedang mendorong Hera keluar bangunan, meninggalkan Audy yang terdorong membentur Rak buku. Tampaknya Monster itu tidak menangkap sosok nya sementara Audy dapat melihat Hera tengah bergulat di udara bersamanya.

Audy menendang pintu hingga terbanting, ia menodong Belati tanpa Gentar kali ini. Ia mendapati seorang Meringkuk di atas lingkaran berpendar-pendar keunguan.

"Aku tahu kau disana!" sentak Audy.

Tubuh lemah itu bangkit, membalikkan badan kearah Audy sembari duduk bersila.

"Cepat juga kau tahu? Bagaimana?" katanya.

Audy menelan ludah, bibir Abelia pucat dan pecah-pecah Hingga beberapa kulit bibir nya robek dan berdarah, bekas luka bakarnya juga terlihat berair dan menjijikkan.

CAPTAIN CALBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang