12: A Sisters(?)

29 21 61
                                    

  Hari kelima di Pulau selatan ternyata membawa Audy lebih jauh ke dalam gelapnya kehidupan Pulau selatan. Judi, Kupu-kupu malam,budak, penjualan Organ tampak nya adalah hal biasa untuk semua orang. Audy setiap hari berusaha menahan Murka kala konglomerat atau bangsawan sinting rupanya datang ke Pulau selatan dengan kedok Dinas padahal dia mencari kesenangan dan memuaskan birahi mereka.

Tak heran bagaimana Pulau selatan mampu bertahan lama dan terus berkembang berkat Bangsawan yang datang membayar mereka untuk dilayani. Audy yakin Serikat Pun sudah mencium pergerakan Bangsawan di Pulau selatan. Namun Tidak tercukupi nya bukti mengharuskan mereka menahan diri terus menerus sebelum mencebloskan orang-orang itu ke tiang gantung. Audy berjanji pada dirinya sendiri untuk ikut menyeret gaun-gaun mewah mereka di sepanjang jalanan berlumpur menuju Penjara Dengan ratusan kerabat tikus begitu ia berhasil menyelamatkan Alba nantinya.

Audy menggaruk kulit kepalanya yang gatal, rambut nya kusut dan lengket berkat lumpur yang telah mengeras. Ia memutuskan mengabaikan lantas mendorong Pintu menuju ke Arena.

"Permisi!" serunya,ia menjengit sewaktu Pintu di belakangnya terbanting tertutup dengan sendirinya.

"Kau tahu kalau Turnamen akan di adakan lagi Malam besok," jawab seorang petugas yang tengah menyeka darah kering di lantai Arena.

"Saya ingin menanyakan sesuatu soal ... monster," tambah Audy sembari menuruni tangga menuju pegawai wanita tersebut.

"Baik sekali kalau kau punya Monster untuk di tawarkan. Ketua bersedia membayar mahal untuk Monster pegulat yang menarik perhatian. Kalau kau ingin menyewakan Monster mu saja pastikan Monster itu Kuat agar taruhan Semakin tinggi. Kau akan dapat Loyalti sebesar Empat puluh persen dari jumlah keseluruhan Taruhan. Tapi jika Monster mu lemah." Ia membanting Lap nya ke lantai dengan kasar menghasilkan bunyi serupa tamparan maut."Monster mu akan di masak!"

Audy menelan ludah."Saya tidak datang untuk Bernegosiasi."

Si pegawai Ahkirnya memberikan Atensi pada Audy. Mata Sipit nya menelusuri tiap jengkal tubuh Audy.

"Bocil Seperti mu mau apa?"

"Saya ingin menanyakan Soal Al-- Rushel. Monster kucing yang di ambil Q-queen." Audy tersenyum kaku.

"Rushel?" Wanita itu Mengernyit dalam,sesaat kemudian ia menjentikkan jari."Oh kelelawar itu?"

"Dia lebih mirip naga bagiku." Audy tertawa Garing kali ini.

"Bodohlah,Kenapa dengannya? Begitu Queen menjauhkan pilihan maka tidak ada harapan untuk melihatnya lagi terkecuali Queen membawanya sendiri untuk di perlihatkan. Dari Pendahulu Rushel, rata-rata yang kembali kesini hanya Susunan Gigi dan matanya." Wanita itu memelankan nada bicaranya." Queen wanita yang plin-plan. Perempuan itu mudah bosan."

"Siapa pemilik Rushel?"

"Kami semua," jawabnya singkat.

"Ada. Ada satu orang yang menjadi pemasok sihir Rushel.saya hanya ingin tahu orang itu--" Audy tercekat sewaktu si Wanita melempar kain lap nya ke dalam ember lantas berjalan ke arah Audy yang berada di luar Arena.

"Kau barusan membicarakan apa?"

Audy mengerjap."Ah, Semua Monster adalah makhluk magis. J-jadi setiap dari mereka selalu punya Inti sihir mereka dari sang pemilik sebenarnya. Saya ingin menanyakan Pemilik Rushel."

"Bagaimana kau tahu?" Ia meletakkan telunjuk nya di antara Alis Audy.

"S-saya membaca."

"Di Pulau selatan? Bagaimana kau bisa tidak buta huruf? Kau tidak besar di sini?"

Jantung Audy berdegup kencang tak menentu, Audy terus menautkan tangan mencegah keringat membasahi dirinya lebih banyak lagi. "Ibu saya punya banyak buku,dan dia bisa membaca."

CAPTAIN CALBARAWhere stories live. Discover now